KETUA Rektorium ITB Dr. Sudjana Sapi'ie Sabtu pekan lalu
mendadak memberikan keterangan pers di Dep. P&K Senayan Jakar{a.
Didampingi Dirjen Pendidikan Tinggi Prof. Dody Tisnaamidjaja,
Sudjana mengulangi sikapnya, menolak kehadiran lembaga Dewan
Mahasiswa (DM) ITB, yang dilantik 14 April silam. Senada dengan
pernyataan Rektorium ITB 1 Mei sebelumnya, ia tidak mengakui dan
tidak membenarkan adanya lembaga kemahasiswaan yang bertentangan
dengan SK Menteri P&K No. 037/U/1979 tanggal 24 Pebruari lalu.
Tentu saja Menteri P&K Dr. Daoed Joesoef tidak mentolerir
lahirnya DM IT13. "Perbuatan itu merupakan sikap pembangkangan.
Saya sarankan pada mereka untuk mengundurkan diri," katanya di
Yogyakarta awal Mei. "Saya akan tindak tegas mereka yang
membangkang."
Tampaknya tahap kedua Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) yang
berakhir Juni depan tidak mulus berjalan. Pembentukan Badan
Koordinasi Kegiatan (BKK) mahasiswa di ITB dan UI masih mendapat
tentangan. Sementara Rektorium ITB menghadapi DM ITB pimpinan
Ausie Gautama, tiba-tiba Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM)
UI yang masih dibekukan itu seakan bangkit dari kuburnya.
Pada 28 April kemarin para fungsionaris mahasiswa UI menyatakan,
"tetap melaksanakan AD/ART IKM UI '76." lni berarti mereka hanya
mengakui perangkat lembaga kemahasiswaan semacam Dewan Mahasiswa
yang dibekukan dan Senat Mahasiswa yang sudah dicairkan.
Pernyataan itu mengatas-namakan Pertemuan Mahasiswa UI dengan
perangkat lembaga kemahasiswaan tingkat fakultas dan
universitas.
Pernyataan kembali pada AD/ART IKM UI '76 yang mendapat dukungan
mahasiswa itu ditandai dengan acara Lenggang Irama Kampus 6 Mei
di Fak. Sastra Rawamangun. Akibatnya, dengan pernyataan itu,
"kita otomatis menolak pembekuan DM dan MPM UI," kata Gazi
Yusuf. "Pokoknya kita sudah bertekad akan menghadapi segala
risikonya."
Mahar Akan Mundur?
Masuk akal bila pernyataan MPM UI tadi membuat usar Rektor UI
Mahar Mardjono Sebab 28 April itu juga, dengan SK Rektor UI No.
/17/SK/R/UI/ 79, Mahar telah menelurkan susunan pengurus BKK UI
periode '79-'80. Ia berpendapat pernyataan itu tidak syah.
"Maklumat mereka kembali ke IKM UI tidak syah. Sebab sudah saya
bubarkan. Dan SK saya tentang BKK sudah keluar lebih dahulu,"
katanya.
Tapi rupanya kelahiran BKK UI tidak disambut hangat. Di dinding
SM Fak. Ekonomi misalnya terpampang berita duka-cita, "atas
meninggalnya hak demokrasi di UI dan munculnya kebudayaan tunjuk
hidung." Bagai gayung bersambut, 3 Mei kemudian Koordinator
Bersama Pimpinan Cabang Olahraga Mahasiswa UI mengeluarkan sikap
juga: ke 23 pimpinan tadi menolak pencantuman namanya dalam
kepengurusan BKK UI. Pendeknya mereka tetap berpegang pada
hasil Raker Olahraga UI secbelumnya yang tetap mengakui struktur
kelembagaan mahasiswa seperti diatur AD/ART IKM UI.
Diakui Indra K. Budenani, Wakil Sekjen DM UI, dulu mahasiswa UI
pernah mengalah menerima konsep NKK setelah mengadakan pertemuan
2 kali dengan syarat tertentu. Mereka minta nama lembaga tingkat
Universitas adalah Lembaga Eksekutif Mahasiswa (LEM) dan Badan
Permusyawaratan Mahasiswa (BPM). Bedanya dengan konsep BKK
Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi: Mei 1978, untuk menghidupkan
prinsip demokrasi, para pengurus dipilih langsung oleh
mahasiswa. Rupanya syarat itu tidak mendapat tanggapan Menteri
P&K. Meskipun demikian beberapa fakultas masih mencoba melakukan
pemilihan pengurus Senat mengikuti SK Dirjen. Namun banyak
mahasiswa menolak. "Akhirnya kita harus putuskan kembali ke
AD/ART IKM UI, apa pun risiko yang kita hadapi." kata Indra.
Tahun lalu ketika para mahasiswa mengadakan pertemuan kedua,
Mahar pernah mengancam akan mengundurkan diri bila nama Dewan
Mahasiswa masih dipakai. (TEMPO 11 Nopember 1978). Kini setelah
mereka menyatakan kembali ke IKM UI '76, tentu saja hanya
perangkat DM yang syah diakui. Mahar atau mahasiswa yang akan
mundur? "Lihat saja nanti, itu urusan saya," katanya pada
Bachrun Suwatdi dari TEMPO. Sementara dari sisinya, Pembantu
Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni yang baru, dr. Dadang
Hawari, menimpali, "sabar, jangan terburu-buru tunggu saja
pernyataan resmi."
Tidak Mundur
Meski sudah diberi peringatan keras Rektorium ITB, tampaknya DM
ITB tidak akan mundur. Mereka tetap menolak lembaga
kemahasiswaan BKK menurut konsep NKK. "Itu bertentangan dengan
asas pendidikan yang tut wuri handayani," kata Ausie, Ketua DM
ITB. "Mereka betul-betul tidak lagi bicara sebagai pendidik,
tapi sebagai kepala."
Bersandar pada hasil 3 kali pertemuan mahasiswa ITB, Ausie
menyatakan konsep NKK tidak mendapat dukungan para ketua
Himpunan dan Unit. Karena itu ia bertekad melaksanakan hasil
raker KM ITB '78 yang menolak SK Rektor dan menolak
campur-tangan luar dalam mengurus lembaga kemahasiswaan di ITB.
Yang menarik, dalam perbedaan pendapat antara Rektorium dengan
mahasiswa, beberapa kali Senat ITB memberikan tekanan pada
Rektorium dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Begitu
berwibawanya Senat ITB ini, sampai-sampai di kampus Ganesya itu
beredar pula Surat Pernyataan palsu yang mengatas-namakan Senat
Institut. Tentu saja kejadian itu membikin puyeng Ketua
Rektorium ITB. "Kalau perlu nanti saya panggil Garth untuk
menyelesaikannya," kata Sudjana Sapi'ie mengingat cerita
bergambar di harian Kompas.
Sementara itu di Hotel Wisata Jakarnl 49 dosen dari 9 PT Negeri
Wilayah II (Jawa Barat dan Kalimantan Barat) diam-diam
mengadakan rapat kerja mengenai NKK. Pertemuan tertutup itu juga
diisi berbagai diskusi. "Pokoknya kita ditatar bagaimana caranya
melaksanakan NKK sampai selesai," kata seorang peserta dosen
dari ITB. Para peserta raker, setiba di tempat asalnya
berkewajiban menatar rekannya. Hingga kelak di Wilayah II itu,
sekitar 3.000 dosen diharap akan paham konsep NKK. "Pemerintah
tidak akan mundur dari kebijaksanaannya melanjutkan proses NKK,"
kata seorang peserta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini