BULAN depan, di seluruh Kalimantan Selatan para petani padi
panen besar. Laporan dari daerah-daerah tingkat II sudah masuk
ke kantor gubernur siap panen besar. Bahkan beberapa di
antaranya mengundang Gubernur Subardjo untuk melakukan potong
padi pertama. Daerah Pagatan misalnya yang selama ini tak
termasuk sebagai lumbung padi, kabarnya akan melakukan upacara
panen secara besar-besaran.
Sementara kegembiraan siap meledak di mana-mana, tak sedikit
pula menyelip kekhawatiran. Ini gara-gara informasi yang
bersumber dari Dolog Kalimantan Selatan dan tembus ke telinga
para pengurus BUUD/KUD. Menurut keterangan itu -- dan kabarnya
diakui juga oleh Subardjo -- gudang-gudang Dolog yang ada di
propinsi ini tak mungkin mampu menampung hasil panen tahun ini.
Maksudnya, jika Dolog melakukan pembelian-pembelian sebagaimana
mustinya, "ke mana Dolog akan menyimpan padi itu?"
Sekarang saja, untuk menampung pembelian dari panen kecil bulan
Mei tadi, Dolog terpaksa menyewa gedung bioskop Pertama di
Kandangan. Bahkan Subardjo dikutip sebagai mengatakan, "Dolog
sudah memikirkan untuk menyewa gudang-gudang karet." Tapi ini
diragukan jika diingat bahwa gudang-gudang karet yang ada di
propinsi ini umumnya sudah tua dan sulit dipercaya untuk menjaga
ketahanan padi-padi itu kelak.
Kekhawatiran para petani lebih beralasan lagi jika ditilik bahwa
dalam gudang Dolog sekarang masih tersimpan stok hasil pembelian
tahun lampau. Menurut Subardjo jumlahnya masih sekitar 10.000
ton lagi. Dan jumlah ini pun akan segera jadi masalah jika Dolog
tak cepat-cepat memasarkannya. Jika tidak segera diatasi, maka
dalam panen raya bulan depan paling banyak Dolog hanya mampu
membeli 7.000 ton. Ini sesuai dengan kapasitas gudang Dolog.
Padahal hasil panen besar Juli nanti diperkirakan lebih dari
700.000 ton.
Ke Mana?
Angka produksi itu jelas melebihi kebutuhan makan penduduk
propinsi ini. Bahkan Gubernur Subardjo memperkirakan hasil padi
seperti itu akan mampu mensuplai kebutuhan warga Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur. Kedua propinsi inikah hasil panen
itu kelak akan dipasarkan? Tampaknya sulit. Sebab tak ada kapal
yang langsung dari Banjarmasin ke Kalimantan Timur. Tapi harus
lewat Surabaya dan ini berarti memakan biaya angkut besar yang
berakibat sampai di tempat tujuan sang beras akan berharga dua
kali lipat. Untuk ke Kalimantan Tengah ada kapal, tapi
kecil-kecil. Jalan darat tidak mungkin, di samping jalan-jalan
masih belum bagus, truk-truk pengangkut akan makin membuat parah
jalan itu.
Melihat keadaan itu, mudah dipastikan bahwa para petani akan
memilih menjual padi kepada para tengkulak. Sebab para pengurus
BUUD/KUD agaknya tak mau mengambil risiko membeli dari petani
jika Dolog tak mampu menampungnya. Tapi Gubernur Subardjo
sendiri tetap berpendirian, "Dolog tak boleh menghentikan
pembelian." Sebab, katanya, jika Dolog tak mau membeli, petani
terang dirugikan dan saya tak mau ini terjadi. Tapi nyatanya
daya tampung Dolog belum tentu sejalan dengan kehendak gubernur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini