HAJAT Pemda Kabupaten Bogor, yang sudah dikumandangkan sejak 4
tahun lalu, untuk membangun ibukota kabupaten di Desa Rancamaya
kecamatan Ciawi, beberapa kilometer arah selatan kota Bogor,
gagal. Menteri Dalam Negeri dalam suratnya kepada Gubernur Jawa
Barat, pertengahan Maret lalu, menyatakan bahwa pengembangan
pembangunan kota harus disesuaikan dengan pengembangan wilayah.
Pemda Kabupaten Bogor tentu saja tak dapat berbuat apa-apa.
Kendati, perencanaan Rancamaya dulu dengan biaya lebih dari Rp
15 juta, sebagaimana dikatakan ir Pepet Syafe'i (47) Ketua Badan
Perencanaan Pembangunan Kabupaten (Bappemka) Bogor "sudah
memperhitungkan segala-galanya." Antara lain bahwa di Rancamaya
tersedia sejumlah tanah negara yang dewasa ini dikuasai PT
Perkebunan XIII tapi dianggap sudah tidak produktif. Di samping
itu Rancamaya dinilai 'bersejarah' sebagai pusat kerajaan
Pajajaran beratus tahun yang silam.
Jelasnya, surat Mendagri itu menyebut 3 kecamatan calon ibu kota
Kabupaten Bogor: Parung, Depok dan Cibinong. Satu dan lain hal,
3 kecamatan itu lebih sesuai dengan pengembangan wilayah dalam
arti pengembangan Jakarta-Bogor-Tanggerang-Bekasi (Jabotabek).
Agar lebih tepat mana di antara 3 kecamatan itu yang lebih
cocok. Mendagri membentuk satu tim gabungan untuk meneliti
segala sesuatunya. Tim ini diketuai Dirjen PUOD Depdagri Majen
Wang Suwandi SH dan unsur-unsur dari Pemda Bogor, Jawa Barat dan
Departemen Pekerjaan Umum sebagai anggota.
Mendekati Rakyat
Terhitung sejak pembentukannya di bulan Mei kemarin, untuk
mengadakan penelitian itu tim diberi waktu 8 bulan. Jadi,
sekarang mereka masih sedang bekerja.
Apa yang mendorong Pemda Kabupaten Bogor mencari ibukota baru?
"Kita ingin mendekatkan diri dengan rakyat sendiri," itu kata
drs RM Muhlis (48) Pejabat Bupati Bogor di tahun 1974 ketika
rencana itu baru dimulai. (TEMPO, 7 dan 21 Desember 1974). Dan
Muhlis ketika itu agaknya memang tidak bertepuk sebelah tangan.
Setelah beberapa kali bersidang, di tahun 1975 para anggota DPRD
setempat pun sepakat mengeluarkan SK persetujuannya, bukan saja
untuk membangun ibukota kabupaten tapi sekaligus menunjuk
Rancamaya sebagai tempatnya.
Bagaimana jelasnya suara wakil rakyat setempat itu setelah
rencana Rancamaya ditolak pemerintah pusat? Mereka pasrah.
Sebagaimana dikatakan Usman Noor BA (40), salah seorang anggota
DPRD Kabupaten Bogor dari Fraksi Karya Pembangunan "asumsi kita
membangun ibukota kabupaten di Rancamaya dulu hanya untuk
sekedar mengumpulkan dinas-dinas yang ada yang dewasa ini
terpencar di beberapa tempat." Itu saja.
Kenapa musti Rancamaya, tidak misalnya di sekitar kantor
pemerintahan yang ada sekarang di Kota Bogor. Jawabnya: "ibarat
numpang di rumah orang, nggak enak."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini