Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Petugas kebersihan Wisma Atlet yang terjangkit Omicron, berinisial N, diduga tertular dari pelaku perjalanan yang baru pulang dari Nigeria.
Ada 14 orang yang berstatus probable Omicron.
Kasus kedua Omicron di Indonesia baru saja mengikuti hajatan di London.
JAKARTA – Pemerintah melacak riwayat kontak fisik penumpang pesawat yang tertular varian baru virus penyebab Covid-19, Omicron. Dari pelacakan itu, selain sudah dipastikan bahwa tiga orang tertular varian baru ini, sebanyak 14 orang lainnya masih dinyatakan probable Omicron, meski mereka sudah dipastikan tertular Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan dua dari tiga orang yang dipastikan tertular Omicron itu merupakan pelaku perjalanan dari luar negeri. Keduanya melakukan penerbangan dari London, Inggris; dan Guyana, Amerika Selatan. Satu kasus Omicron lainnya adalah seorang petugas kebersihan di rumah sakit darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, berinisial N. N diduga tertular dari seorang pelaku perjalanan dari Nigeria.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Yang paling penting saat ini adalah melakukan tracing yang satu pesawat dan ini yang kami pantau," kata Nadia, Senin, 20 Desember 2021.
Pekan lalu, pemerintah mengumumkan tiga kasus Omicron di Indonesia. Pertama, petugas kebersihan di Wisma Atlet berinisial N. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 belakangan mengetahui bahwa N diduga tertular dari warga negara Indonesia berinisial TF, 21 tahun, yang baru melakukan perjalanan dari Nigeria pada awal Desember lalu.
Tower rumah sakit darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, 17 Desember 2021. TEMPO/Hilman Fathurrahman W.
Kasus kedua, seorang laki-laki berinisial MN. Warga Indonesia ini baru saja melakukan penerbangan dari London menuju Jakarta pada 10-14 Desember 2021. Berdasarkan informasi yang diperoleh Tempo, MN baru saja mengikuti sebuah hajatan di London yang dihadiri sekitar 300 orang. Sebagian dari peserta hajatan itu juga tertular Omicron.
Enam penumpang yang satu pesawat dengan MN tengah menjalani karantina. Satu orang dari mereka yang juga kolega MN, berinisial RM, berstatus probable tertular Omicron.
Kasus ketiga, seorang laki-laki berinisial IK, 41 tahun. IK melakukan penerbangan dari Guyana, Amerika Selatan, menuju Jakarta pada 6-12 Desember 2021. Penerbangan IK ini sempat transit di Bandara Schiphol Belanda dan Changi Airport Singapura sebelum sampai di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Beberapa orang yang satu pesawat dengan IK tengah menjalani karantina.
Menurut Nadia, ketiga kasus Omicron tersebut dikonfirmasi setelah melalui uji whole genome sequencing (WGS). Ia mengatakan penumpang yang satu pesawat dengan ketiga pelaku perjalanan dari luar negeri itu sudah diperiksa. Hasilnya, sebagian dinyatakan negatif tertular Covid-19. Meski negatif, mereka tetap wajib menjalani karantina selama 10 hari. Setelah itu, barulah mereka dibolehkan pulang ke daerah masing-masing.
Nadia mengatakan saat ini pemerintah juga tengah menguji WGS terhadap 60 orang yang disinyalir tertular Covid-19. Mereka merupakan pelaku perjalanan dari berbagai negara ke Indonesia. Status sebagian besar dari mereka adalah tidak bergejala dan belum diketahui varian Covid-19 yang menularinya.
Petugas medis mengambil sampel dengan tes usap Covid-19 di Jakarta, 24 September 2021. TEMPO/Muhammad Hidayat
Epidemiolog dari Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, berdasarkan informasi yang ia peroleh, kasus pertama Omicron yang diumumkan pemerintah memang diduga bersumber dari TF. Windhu mengetahui proses pelacakan ketiga kasus Omicron itu karena dilibatkan oleh Satgas Covid-19 sebagai ahli dalam urusan penularan varian baru tersebut.
"Tapi TF itu masih pasien probable, belum positif Omicron," kata dia, kemarin.
Windhu mengatakan, selain menangani ketiga kasus Omicron itu, saat ini pemerintah tengah menunggu hasil uji WGS dan S-gene target failure (SGTF) terhadap 14 pasien Covid-19 yang dicurigai tertular Omicron. "Tujuh orang dari mereka masuk Indonesia melalui udara dan tujuh orang lainnya melalui perbatasan darat," ujarnya.
Menurut Windhu, ketujuh pelaku perjalanan udara itu baru datang dari Cina sebanyak 3 orang, London 1 orang, dan Malaysia 1 orang. Dua orang lainnya masih diidentifikasi. Adapun warga Indonesia yang melalui jalur darat diketahui masuk lewat perbatasan Indonesia dengan Malaysia, yaitu Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Ketujuh orang itu disinyalir berkontak erat dengan warga Malaysia. "Mereka probable, sedang diisolasi di Wisma Atlet, Kemayoran. Tinggal menunggu variannya yang belum diketahui," ujar Windhu.
PEMERINTAH memperketat pelacakan dan penelusuran pelaku perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Windhu menjelaskan, alat untuk mendeteksi varian Covid-19 lewat serangkaian tes WGS dan SGTF masih terbatas di Indonesia sehingga membutuhkan waktu lama untuk mengetahui hasilnya. Perbandingannya, dari setiap 100 orang positif Covid-19, hanya satu orang yang bisa diuji menggunakan alat WGS dan SGTF.
Ketua Umum Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Hariyanto Suwarno, meminta pemerintah membenahi tata kelola karantina terhadap buruh migran ataupun WNI yang hendak menjalani karantina terpusat di Wisma Atlet. Ia mengatakan semestinya pihak Imigrasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia bersama Kementerian Ketenagakerjaan memberikan daftar buruh migran Indonesia yang bakal masuk ke Indonesia setiap hari, sehingga pemerintah cepat mengalokasikan tempat karantina bagi mereka. Langkah ini sebagai upaya pencegahan masuknya varian baru virus corona Omicron. "Pemerintah juga harusnya membatasi kontak erat saat karantina di Wisma Atlet dengan tenaga medis ataupun petugas kebersihan," kata dia.
AVIT HIDAYAT
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo