Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Sumatera Selatan menargetkan menggandeng 35 ribu orang tua asuh untuk mengurangi angka stunting. Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumsel Mediheryanto mengatakan pemerintah ingin mempercepat penurunan prevalensi kasus stunting sebanyak 14 persen hingga akhir 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jadi fungsinya orang tua asuh ini adalah pemberian bantuan dan pendamping untuk keluarga-keluarga yang berisiko stunting dan yang stunting," kata Mediheryanto saat ditemui usai kegiatan Launcing Program Orang Tua Asuh di Kantor Gubernur Sumsel. Kamis, 5 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Target menggandeng 35 ribu orang tua asuh itu akan dicapai melalui kolaborasi pemerintahan dan swasta. Pemerintah akan memberikan bantuan dan pendampingan terhadap orang tua dengan anak yang berisiko stunting. Pemerintah masih mendata orang tua asuh yang berasal dari seluruh kabupaten/kota di Sumsel.
Selain memberikan bantuan, orang tua asuh juga berfungsi untuk memonitoring keluarga yang mereka dampingi. Kegiatan monitoring itu dilakukan selama tiga bulan, seiring dengan pemberian bantuan.
"Iya, pemberiannya nggak hanya sekali ya. Nanti mereka akan dievaluasi selama tiga bulan untuk melihat nantinya apakah ada perkembangan atau tidak. Kalau tidak, maka kami akan lakukan evaluasi mendalam tentang pemberian bantuannya," katanya.
Para ibu hamil dan yang memiliki anak dengan risiko stunting, kata dia, mendapatkan vitamin, makanan penunjang gizi seperti telur, dan lainnya. "Mereka juga mendapatkan makanan dengan anggaran per harinya Rp15 ribu selama tiga bulan," katanya.
Dari catatan Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) Dinas Kesehatan Sumsel periode Oktober 2024, jumlah angka bayi di bawah lima tahun (Balita) yang stunting mencapai 6.092 anak. Angka itu dinilai masih tinggi dari target penurunan kasus stunting di Sumsel.
"Program ini kan gotong royong ya, jadi kami harapkan semuanya berkontribusi dan berkomitmen, terutama kepala daerah ya, kalau sudah komitmen, maka stunting bisa ditangani," katanya.
Sementara, data dari Survei Kesehatan Indonesia atau SKI, angka stunting pada 2023 di Sumsel naik 1,7 persen menjadi 20,3 persen dari tahun sebelumnya. Padahal kasus stunting sempat turun signifikan pada 2022, dari 24,8 persen (2021) menjadi 18,6 persen (2022).
Pilihan editor: Mensos dan Wamen BUMN Bahas Hambatan dan Penyaluran Bansos 2025