MUHAMMADIYAH memilih ketua baru. Haji A.R. Fakhruddin, 69, yang telah memimpin Muhammadiyah lebih dari 17 tahun itu, kembali tampil di puncak pimpinan. Mengantungi 1.059 suara dari 1.086 mutakmirin dalam Muktamar Muhammadiyah ke-41 di Solo yang berakhir Rabu pekan lalu, kedudukannya sebagai ketua tak tergoyahkan dalam empat kali muktamar. "Kelebihan beliau adalah kebijakan," ujar Amien Rais, 41, eksponen muda yang terpilih menjadi anggota PP dan Ketua Majlis Tablig periode 1985-1990. Adalah Pak A.R. yang menginginkan posisinya digantikan oleh generasi muda. Tetapi agaknya hal itu tidak terkabul. "Saya sudah mendorong-dorong, tetapi mereka belum mau," ujarnya, "Ini 'kan sama saja dengan salat yang imamnya tidak ada. Nah, 'kan saya harus maju." Santai dan penuh humor. Itu pembawaan Fakhruddin bila memberi pengajian, khotbah, atau memimpin rapat organisasi. Orang Yogya menyebut gaya putra gusti naib (semacam penghulu) istana Pakualaman itu gaya Mataraman: nggleges. Artinya, serius dan penuh kritikan, tapi membuat tertawa pendengarnya. Sabtu siang pekan lalu, di rumah milik Muhammadiyah yang ia tinggali, di Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta, yang selalu ramai tamu, Pak A.R. menerima TEMPO. Memakai sarung dan peci, dan sekali-sekali menyedot nikmat rokok Dunhill-nya, ia menjawab berbagai pertanyaan aktual. Keinginan Bapak untuk mundur tak terpenuhi. Mengapa? Saya sudah berusaha agar Ahmad Azhar menggantikan saya. Ilmu agama dia itu lebih luas dari saya, dan dia itu alim. Lha, saya ini 'kan tidak alim dilihat dari agama. Betul-betul tidak alim. Menurut Bapak, Azhar calon paling tepat? Ya. Menurut saya, dia itu calon paling tepat. Pada muktamar di Padang, 1974, dia itu sudah saya minta. Tetapi juga menolak. (Sementara itu, Azhar, 57, dosen Filsafat UGM, memang menolak dicalonkan. "Sekarang ini, kalau diperbolehkan menangguhkan, saya ingin menangguhkan keanggotaan saya di PP Muhammadiyah. Kalau dirasa penting, saya bersedia, tetapi tidak dalam posisi ketua. Saya sibuk dalam dunia pendidikan." Akhirnya Azhar memang terpilih sebagai anggota PP merangkap Ketua Majelis Tarjih) Gaya kepemimpinan Bapak dianggap paling cocok saat ini. Luwes ke pemerintah dan berwibawa di kalangan umat. Itu kunci sukses Bapak? Luwes itu gaya Muhammadiyah kepada semua pihak, bukan hanya kepada pemerintah. Mengumpat orang saja tidak boleh dalam Islam, apalagi menjelekkan. Kalau ada kesalahan pemerintah, Muhammadiyah tidak akan pernah membuka pada umum. Membuat statement, misalnya, ndak. Demonstratif itu bukan cara kami. Pemerintah ini 'kan orang kita juga. Memang ada orang pemerintah yang bilang, asal Pak A.R. memegang pimpinan Muhammadiyah, pendeknya running well. (Di dalam Muhammadiyah sendin A.R. dianggap sebagai unsur pemersatu. "Pak A.R. itu mampu menerangkan secara jelas kepada unsur-unsur Muhammadiyah yang terlalu berbeda dengan mainstream secara memuaskan," ujar Amien Rais. "Salah satu sebab mengapa sampai saat ini Muhammadiyah tetap utuh adalah faktor Fakhruddin yang sangat menonjol.") Tak demonstratif itu karena takut subsidi untuk sekolah, misalnya, dicabut? Sikap itu bukan karena subsidi. Kami hanya menerima subsidi yang tidak mengikat. Kalau mengikat, ya lebih baik tidak usah diterima. Dalam pemilu mendatang, apa tidak sebaiknya orang Muhammadiyah mendukung organisasi yang memperjuangkan aspirasi Islam? Jelas. Kalau itu jelas. Artinya mendukung PPP? Aspirasi Islam ini sekarang juga banyak di Golkar. Bahkan ada di PDI. PPP memang semua orangnya Islam. Meski mereka eker-ekeran (cakar-cakaran) terus. Muktamar Solo menginginkan pengiriman TKW (tenaga kerja wanita) ke luar negeri dihentikan. Alasannya? Saya menginginkan hal itu diperbaiki. Sebab, nyatanya, 'kan banyak ibu-ibu kita tertarik. Ada di antara mereka yang berhasil. Tetapi memang ada hal-hal yang kurang baik yang bisa disempurnakan. Kita minta supaya selekasnya ada undang-undangnya. Agar TKW itu dapat perlindungan. Kalau sampai ada tenaga kerja yang ke luar negeri, pemerintah harus prihatin. Seakan-akan kita tidak bisa menjamin pekerjaan buat mereka. Ada keharusan memakai busana muslimah bagi siswi Muhammadiyah. Begitu pentingkah kerudung itu? Kalau sekolah itu seratus persen Muhammadiyah, ya harus sekolah yang Islamistis. Kalau sekolah umum, ya, sedikit demi sedikit. Jadi, kalau sekolah Mualimat, misalnya, kerudung harus dipakai. Karena itu memang sekolah muslimat. Akhir-akhir ini hubungan dengan NU tambah baik. Bapak optimistis Muhammadiyah dan NU akan kawin? Waktu saya bertemu Kiai Siddiq dan Ustad Yusuf Hasyim, niat kami sudah baik. Kami sama-sama berniat rukun. Meski tidak terlalu resmi bergandengan tangan. Kami akan mulai tukar-menukar informasi, supaya bisa saling mengerti. Yang berselisih itu 'kan pemimpinnya. Saya optimistis bahwa perkawinan NU-Muhammadiyah akan terjadi. Kapan? Wallahualam. Waktu penutupan muktamar ada suguhan wayang orang. Kesenian tidak tabu lagi bagi Muhammadiyah? Waktu itu kita 'kan di Solo, di Mangkunegaran lagi. Ndak apa-apa to ditambah wayang. Toh, wayangnya laki-laki semua, Gatotkaca dan Antareja. Gambyongan itu boleh saja di Muhammadiyah, tetapi mbok ya penarinya itu pakai baju. Juga bermain reog boleh saja, tetapi waktu salat lohor mereka harus salat. Lha, ini 'kan reog Muhammadiyah, he-he ....
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini