Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon tidak setuju jika ketua umum partainya, Prabowo Subianto, disebut meniru strategi Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya kira itu pandangan yang keliru," kata Fadli di gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis, 5 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kemiripan strategi itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari pada Selasa, 3 April 2018. Qodari mengatakan keduanya menyebarkan pesimisme dan ketakutan.
Menurut Qodari, isu yang digiring oleh Prabowo dan Trump memiliki kesamaan. Salah satunya, mempertentangkan kalangan atas dan bawah dengan membahas kesenjangan. Selanjutnya, sorotan terhadap ancaman asing. Trump pernah menyebut Amerika berada di bawah ancaman Cina, Islam, hingga imigran Meksiko.
Fadli menampik Prabowo menggunakan isu yang sama dengan Trump. Menurut dia, Prabowo lebih menekankan permasalahan ekonomi, ketimpangan sosial, dan kemiskinan.
"Pak Prabowo tidak menaburkan ketakutan, yang disampaikan Pak Prabowo itu adalah kenyataan apa adanya dan disampaikan dengan basis data dan fakta," ujar Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu.
Sebelumnya, Prabowo pernah menyinggung kemungkinan Indonesia bubar pada 2030. Meski mengacu pada karangan fiksi ilmiah, Prabowo mengatakan potensi itu tetap ada lantaran elite Indonesia saat ini tak peduli meski 80 persen tanah di Indonesia dikuasai oleh satu persen rakyat.
Saat berpidato di Gedung Serbaguna Isnata Kana, Cikampek, Sabtu, 31 Maret 2018, Prabowo menyatakan tak suka pada elite politik sekarang karena banyak yang menipu. Para elite itu juga dituding menganut paham neoliberalisme di Indonesia.