Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan calon presiden dan wakil presiden (capres-cawapres) nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendapat suara lebih dari 50 persen menurut hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga sigi. Akhirnya, setelah tiga kali kalah selama mengikuti ajang pemilihan capres-cawapres RI, apakah Prabowo di Pilpres kali keempatnya ini menang?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prabowo tercatat sebagai sosok yang paling banyak mengikuti kontestasi pemilihan kepala negara di Indonesia. Ia tak pernah absen sejak Pilpres 2009, kala itu dia maju sebagai pendamping capres usungan Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia (PDIP) Megawati Soekarnoputri. Namun, meski digandeng mantan Presiden RI Kelima tersebut, Prabowo tak menang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lima tahun berselang, pada 2014, Ketua Umum Partai Gerindra ini kembali hadir di Pilpres. Kali itu ia maju sebagai capres berpasangan dengan Hatta Rajasa. Prabowo melawan pasangan Joko Widodo atau Jokowi dan Jusuf Kalla (JK), usungan PDIP. Pemungutan suara digelar pada 9 Juli dan hasilnya diumumkan KPU dua pekan kemudian. Prabowo kalah lagi. Namun ini adalah kekalahan pertamanya sebagai capres.
Ketika itu Prabowo sempat mengklaim kemenangannya berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei. Di sisi lain, kubu Jokowi juga mendeklarasikan kemenangan dalam Pilpres 2014 tersebut. Saling silang klaim menang ini terjadi lantaran hasil quick count lembaga survei tak seragam. Dari 12 lembaga yang berpartisipasi, lima di antaranya menyebut Prabowo unggul.
Dalam deklarasi kemenangan di teras rumah ayah Prabowo, Soemitro Djojohadikusumo, Jalan Kertanegara Nomor 4, Jakarta Selatan, pada Rabu, 9 Juli 2014 itu, Prabowo-Hatta bahkan sampai melakukan sujud syukur. Tempo melaporkan sujud syukur itu dilakukan sekitar lima detik.Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus atau Kopassus tersebut mengaku bersyukur karena mendapatkan mandat dari rakyat Indonesia.
“Kami bersyukur bahwa dari semua keterangan yang masuk menunjukkan bahwa kami, pasangan nomor 1, Prabowo-Hatta, mendapatkan dukungan dan mandat dari rakyat Indonesia,” kata Prabowo.
Namun, hasil hitung nyata atau real count oleh KPU tak sesuai harapan Prabowo. Sebagaimana diumumkan pada 22 Juli, Prabowo-Hatta, yang diusung Koalisi Merah Putih, mendapatkan 62.576.444 suara alias 46,85 persen. Sementara rivalnya, Jokowi-JK unggul dengan perolehan suara 70.997.833 atau 53,15 persen. Jokowi pun akhirnya dilantik menjadi Presiden RI Ketujuh.
Dua kali kalah dalam pilpres tak membuat Prabowo patah asa. Dia kembali maju dalam Pilpres 2019. Prabowo yang menggandeng eks Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno kala itu, kembali menghadapi Jokowi yang didampingi tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin. Pemilihan ini dilaksanakan serentak dengan pemilihan umum legislatif pada 17 April 2019.
Tapi, lagi-lagi Prabowo kalah. Dari 13 lembaga survei yang berpartisipasi dalam menyajikan data hitung cepat, semuanya menunjukkan Jokowi unggul. Persentase suara Jokowi di kisaran 53-55 persen, sedangkan Prabowo antara 44-46 persen. Namun Prabowo tak percaya dengan hasil tersebut. Ia mengklaim kemenangan berdasarkan hitung nyata internal. Saat itu, Prabowo melakukan sujud syukur.
“Berdasarkan real count kita, kita sudah berada di posisi 62 persen. Ini adalah hasil real count di lebih dari 320 ribu TPS (Tempat Pemungutan Suara),” kata Prabowo diikuti gemuruh sorakan ribuan pendukungnya, Rabu 17 April 2019.
Seperti pada Pilpres 2014, klaim Prabowo dimentahkan oleh hasil hitung nyata versi resmi yang ditetapkan KPU pada 21 Mei 2019 dini hari. Jokowi-Ma’ruf, usungan Koalisi Indonesia Kerja, mendapatkan perolehan suara 85.607.362 atau 55,50 persen. Sedangkan Prabowo-Sandi, usungan Koalisi Indonesia Adil Makmur, mendapatkan 68.650.239 atau 44,50 persen suara.
Pengalaman pahit dalam dua Pilpres sebelumnya tampaknya membuat Prabowo tak lagi jumawa kendati kemenangan di Pilpres 2024 sudah di depan mata berdasarklan quick count. Saat berpidato di Istora Senayan, pada Rabu petang, 14 Februari 2024, ia tak melakukan sujud syukur. Prabowo justru berpesan kepada pendukung agar tetap rendah hati dan tidak boleh sombong.
“Saya bersama Mas Gibran berpesan, menyampaikan walaupun kita bersyukur kita tidak boleh sombong, kita tidak boleh jemawa, kita tidak boleh euforia, kita tetap harus rendah hati,” tuturnya.
HENDRIK KHOIRUL MUHID | PRIHANDOKO | RYAN DWIKY ANGGRIAWAN
Pilihan Editor: Prabowo Klaim Menang 62 Persen Kemudian Sujud Syukur