SEBAGIAN besar mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta gembira dengan pungutan yang satu ini: premi asuransi. Bersamaan dengan pendaftaran ulang yang dimulai Juni ini, setiap mahasiswa dipungut Rp 1.000. Itulah premi tahunan yang dipungut PT Asuransi Jasa Indonesia (AJI). Perjanjian kerja sama asuransi itu ditandatangani Selasa pekan lalu oleh Rektor UGM Prof. Koesnadi Hardjasoemantri dan Pimpinan AJI Cabang Yogya, Z. Batubara. Dalam naskah itu disebutkan, setiap mahasiswa yang mengalami kecelakaan mendapat santunan maksimum Rp 1 juta bagi perawatan, dan Rp 6 juta jika sampai kehilangan nyawa. Santunan itu diberikan untuk kecelakaan apa saja, termasuk dalam fungsi yang bukan mahasiswa. "Asuransi ini sangat penting buat saya, mahasiswa perantauan," kata Tedy, 21 tahun, mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian UGM asal Kalimantan Barat. "Kalau mengalami kecelakaan, cepat ada yang menanggung biayanya, tak harus menunggu wesel." Premi itu, katanya, tak akan memberatkan mahasiswa. "Untuk masuk ke gedung bioskop yang baik di Yogya, kan bayar Rp 2.000. Ini cuma seribu per tahun," ujar Tedy lagi. Menurut Koesnadi, selama ini jika mahasiswa UGM mengalami kecelakaan, teman-temannya bergotong-royong membantu biaya perawatan. Dan itu sering tak mencukupi. Asuransi masal dengan premi murah ini diharapkan memberi perlindungan kepada mahasiswa. "Apalagi saat melakukan Kuliah Kerja Nyata. Sering terjadi kecelakaan-kecelakaan kecil," kata Koesnadi. "Dosen UGM juga boleh ikut asuransi ini." Sementara itu, Z. Batubara menjanjikan pembayaran santunan tidak akan berbelit-belit. Setiap mahasiswa diberi sertifikat asuransi. Mahasiswa yang mendapatkan kecelakaan, umpamanya, cukup melapor ke universitas. Selanjutnya pihak universitas menyampaikan permohonan itu ke AJI. Uang pun dibayarkan setelah melihat besar-kecilnya kecelakaan. Karena pembayaran premi ini dikaitkan dengan pendaftaran ulang mahasiswa di setiap semester ganjil, PT AJI memberikan "keuntungan" pada UGM sebesar 5 persen dari premi yang masuk. Saat ini jumlah mahasiswa UGM sekitar 28 ribu. Dengan begitu, yang diterima UGM setiap tahunnya lebih dari Rp 1 juta. Masih ada keuntungan lain. Jika persentase kecelakaan kecil, yang berarti klaim asuransi juga kecil, UGM mendapat bagian. Ada tabel-tabel yang mengatur pembagian "keuntungan" itu. Jenis asuransi yang diberi nama "Asuransi Kecelakaan Diri Mahasiswa" ini kontraknya setiap tahun. Kerja sama ini bisa diteruskan dan bisa pula diputuskan secara sepihak. Ternyata UGM bukan yang pertama. Asuransi buat mahasiswa sudah dikenal di perguruan tinggi lainnya. Di Universitas Islam Bandung (Unisba) asuransi itu dikenal lama dan dikaitkan dengan pembayaran SPP. "Jadi,semua mahasiswa sudah diasuransikan sejak masuk," kata Aminurazid, staf Pembantu Rektor III Unisba. Mereka memilih PT Asuransi Timur Jauh. Premi per tahun Rp 2.500, dengan santunan maksimum Rp 1 juta untuk kecelakaan sampai meninggal dunia, dan maksimum Rp 2 juta untuk cacat seumur hidup. Asuransi Timur Jauh juga menjalin kerja sama dengan mahasiswa Politeknik ITB. Besar preminya Rp 6 ribu setahun. Santunan yang diberikan dua kali lebih besar dari santunan untuk mahasiswa Unisba. Cuma saja, peserta asuransi di ITB ini hanya 266 orang. Kampus-kampus tampaknya menjadi lahan yang subur buat perusahaan asuransi, terutama untuk memasarkan asuransi kecelakaan diri. Namun, menurut Djarwo Wiratno, Kepala Bagian Pemasaran PT Asuransi Timur Jauh Bandung, "Data statistik yang ada menunjukkan bahwa yang namanya asuransi kecelakaan itu cuma profitable untuk bilangan besar."Slamet Subagyo dan Sigit Haryoto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini