Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MAKASSAR - Inflasi pada triwulan I-2011 di Sulawesi Selatan, berdasarkan laporan Bank Indonesia, mencapai 6,32 persen. Pendorong utama inflasi berasal dari produk ikan segar, bumbu masak, dan lemak minyak yang mencapai 13,96 persen.
"Inflasi di daerah ini masih berada di bawah inflasi nasional sebesar 6,65 persen. Bahan makanan memberi kontribusi terbesar," kata Peneliti Madya Senior Bank Indonesia Cabang Makassar Gusti Raizal Ekaputra, Sabtu lalu.
Persentase inflasi dari kelompok bahan makanan sebesar 13,96 persen itu mengalami peningkatan dibanding periode yang sama pada tahun lalu, yaitu 2,68 persen. Jumlah ini juga lebih besar dari sumbangan yang sama pada inflasi 2009 sebesar 13,17 persen.
Bahan utama makanan olahan itu, Gusti menjelaskan, merupakan salah satu bagian dari komponen penyumbang volatile inflation sebesar 3,46 persen. Kemudian diikuti oleh inflasi inti sebesar 2,26 persen dan administered inflation sebesar 0,62 persen.
Dominasi volatile inflation disebabkan oleh tingginya curah hujan pada triwulan I yang berdampak pada penurunan produksi tangkapan ikan dan sayur-sayuran. Pendorong inflasi lain yang cukup besar berasal dari kelompok sandang, barang pribadi, dan emas sebesar 8,30 persen.
Laporan BI triwulan I - 2011 juga menyinggung kontribusi sektor perumahan sebesar 4,16 persen, kesehatan 3,08 persen, pendidikan 1,48 persen, transportasi 1,84 persen, dan kelompok umum 6,32 persen.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Makassar Kwandy Salim membenarkan anggapan bahwa inflasi terbesar berasal dari kelompok bahan makanan dan makanan olahan. Menurut dia, bisnis restoran, perhotelan, kuliner, katering, dan warung makan merupakan faktor penting penyebab naiknya inflasi di Makassar.
Usaha kuliner, kata dia, tumbuh subur dan menjadi bisnis yang mulai digeluti di semua lapisan masyarakat. Restoran, hotel, dan semacamnya itu memang membutuhkan produk hasil laut, seperti ikan, udang, dan sejenisnya dalam jumlah besar, termasuk kebutuhan minyak lemak dan bumbu masakan. "Sudah tepat kalau dikatakan bisnis kuliner mempengaruhi inflasi daerah ini. Sangat positif dan akan terus berkembang pada tahun berikutnya," kata Salim.
Menurut dia, menjamurnya lokasi kuliner tradisional dan modern didorong oleh tingginya kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data PHRI Makassar, tercatat ada sekitar 200 usaha kuliner resmi yang tersebar di Kota Makassar. Sedangkan yang tidak terdata mencapai 400-500 unit usaha.
Jumlah bisnis makanan dan minuman itu, dia mengungkapkan, belum termasuk usaha makanan dan minuman yang dikelola oleh perhotelan sebanyak 30-40 unit usaha. Ikan segar merupakan permintaan terbesar dibanding daging hewan ternak dan kelompok unggas. "Wajar saja ikan sangat diminati karena daerah kita penghasil produk laut terbesar di Indonesia," ujarnya. SULFAEDAR PAY
Komponen Inflasi Sulawesi Selatan
Triwulan I (y to y) | 2009 | 2010 | 2011 |
Bahan Makanan | 13,17 % | 2,64 % | 13,96 % |
Makanan Jadi | 11,97 % | 6,22 % | 4,47 % |
Perumahan | 9,34 % | 3,48 % | 4,16 % |
Sandang | 11,12 % | 2,16 % | 8,30 % |
Kesehatan | 10,21 % | 2,98 % | 3,08 % |
Pendidikan | 3,55 % | 7,08 % | 1,48 % |
Transportasi | 1,77 % | 1,18 % | 1,84 % |
Umum | 9,01 % | 3,45 % | 6,32 % |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo