SAMAR-SAMAR, agaknya memang ada pertanyaan banyak orang:
sebetulnya apa perbedaan antara kelompok bermain (KB) dan taman
kanan-kanan (TK). Sejak tiga tahun lalu, yang disebut KB
menjamur, dan seperti tak begitu berbeda dengan TK.
Itu sebabnya setahun yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) Dep. P&K menugasi Fak.
Psikologi UI agar diadakan satu survei -- tentang KB. "Karena
kelompok bermain makin banyak," kata Drs. Soedijarto, Kepala
Pusat Kurikulum BP3K, "kami ingin tahu apa manfaatnya bagi
anak-anak, memenuhi kebutuhan siapa, dan apa motivasi orangtua
anak dan penyelenggaranya." Dan kini survei yang diketuai Dra.
Fawzia Aswin Hadis itu sudah selesai.
Dengan mengambil sampel 50 KB di Jakarta dan 18 di kota lain
(Bandung, Bogor, Semarang, Yogya, Malang dan Surabaya), serta 25
TK di Jakarta plus 12 di kota lain, survei itu menyimpulkan:
"memang terjadi tumpang tindih antara TK dan KB" -- seperti kata
Ny. Aswin. Baik dari segi pelajaran maupun usia, antara TK dan
KB banyak persamaannya.
Tentang pelajarannya, pun ternyata banyak persamaan maksud.
Untuk sosialisasi anak. Untuk merangsang perkembangan mental,
motoris dan disiplin anak. Memperkenalkan anak dengan lingkungan
sekitar. Itu yang penting. Kalau toh mau dicari perbedaannya,
yang pertama-tama tampak ialah jam belajar. KB biasnya hanya
tiga kali dalam seminggu, sementara TK telah seperti sekolah
dasar, enam hari.
Toh sebenarnya ada Buku Pedoman Pembinaan KB -- dikeluarkan
Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1977. Di situ KB tidak
disebut sebagai lembaga pendidikan persiapan untuk masuk TK --
maupun SD. Hanya KB diperuntukkan bagi anak usia 2 - 3 tahun.
"Tapi nyatanya ada anak-anak yang dari KB bisa langsung masuk
SD," kata Ny. Aswin pula.
Tiga Tingkat TK
Memang: dari 185 orang tua anak KB yang diambil sebaai
responden, sebagian besar menyatak an "usia belum cukup untuk
bisa diteri ma di TK" sebagai sebab mengapa mereka memasukkan
anaknya ke KB. Tapi ada juga yang menjawab bahwa "program
KB-lebih baik dari TK." Dan ada pula yang ternyata tak
tahu-menahu tentang TK.
Tumpang tindihnya usia anak di KB dan TK barangkali bisa dilihat
dari kenyataan yang ditemukan tim survei ini. Meski
pemerintah telah menetapkan tiga tingkat TK (A untuk usia 3
- 4, B untuk 4 - 5 dan C untuk 5 - 6 tahun) ternyata TK A
sedikit sekali adanya. Yang seharusnya menjadi siswa TK A malah
jadi siswa KB. Malah banyak KB yang muridnya berusia 2 - 6 tahun
-- bayangkan.
Kenyataan lain ialah: sebagian besar siswa KB (usia 2 - 4 tahun)
anak orangorang dari golongan ekonomi yang relatif kuat
(berpengeluaran Rp 100 ribu Rp 300 ribu). Sedang di TK, untuk
perbandingan, sebagian besar orang tua siswa berpengeluaran
sebulan Rp 50 ribu sampai 200 ribu.
Dari pihak P&K sendiri, untuk TK memang sudah ada kurikulum yang
harus diterapkan di seluruh Indonesia. Sedang tentang KB, tak
ada pengarahan. Masing-masing punya program sendiri, yang memang
belum tentu baik-buruknya. "Itulah, salah satu tujuan survei ini
untuk bahan seminar tentang KB dan TK nanti," kata Soedijarto.
Kisah Ny. Haskin
Munculnya KB di Indonesia pun unik juga Tahun 1968, seorang
wanita berkebangsaan Amerika Serikat, Ny. Haskin, gagal
memasukkan anaknya ke TK karena ia warganegara asing. Lalu ia
mendirikan KB (masih bernama Inggris play group) -- khusus untuk
anak-anak asing. Tahun-tahun berikutnya ia membuka kesempatan
bagi anak Indonesia. Dan kemudian bermunculanlah KB yang di
Jakarta mencapai puncaknya 1977: tahun itu sudah ada 18 KB plus
21 yang baru. Di kota besar yang lain, KB mula-mula muncul
karena yang di Jakarta membuka cabangnya di situ.
Yang jelas, memang telah ada perhatian para orang tua untuk
memberikan rangsangan perkembangan bagi anak sedmi mungkin, pada
usia yang menurut para ahli psikologi merupakan perkembangan
yang amat penting. Tentu, tidak harus lewat KB -- bahkan TK. Itu
tergantung pada orang tua sendiri -- dan lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini