Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Tumpang Tindih Sekolah Anak

Fakultas psikologi UI mengadakan penelitian ke sejumlah kelompok bermain (KB) dan taman kanak-kanak (TK) hasilnya, tk dan kb tumpang tindih, banyak persamaannya. (pdk)

18 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMAR-SAMAR, agaknya memang ada pertanyaan banyak orang: sebetulnya apa perbedaan antara kelompok bermain (KB) dan taman kanan-kanan (TK). Sejak tiga tahun lalu, yang disebut KB menjamur, dan seperti tak begitu berbeda dengan TK. Itu sebabnya setahun yang lalu Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K) Dep. P&K menugasi Fak. Psikologi UI agar diadakan satu survei -- tentang KB. "Karena kelompok bermain makin banyak," kata Drs. Soedijarto, Kepala Pusat Kurikulum BP3K, "kami ingin tahu apa manfaatnya bagi anak-anak, memenuhi kebutuhan siapa, dan apa motivasi orangtua anak dan penyelenggaranya." Dan kini survei yang diketuai Dra. Fawzia Aswin Hadis itu sudah selesai. Dengan mengambil sampel 50 KB di Jakarta dan 18 di kota lain (Bandung, Bogor, Semarang, Yogya, Malang dan Surabaya), serta 25 TK di Jakarta plus 12 di kota lain, survei itu menyimpulkan: "memang terjadi tumpang tindih antara TK dan KB" -- seperti kata Ny. Aswin. Baik dari segi pelajaran maupun usia, antara TK dan KB banyak persamaannya. Tentang pelajarannya, pun ternyata banyak persamaan maksud. Untuk sosialisasi anak. Untuk merangsang perkembangan mental, motoris dan disiplin anak. Memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitar. Itu yang penting. Kalau toh mau dicari perbedaannya, yang pertama-tama tampak ialah jam belajar. KB biasnya hanya tiga kali dalam seminggu, sementara TK telah seperti sekolah dasar, enam hari. Toh sebenarnya ada Buku Pedoman Pembinaan KB -- dikeluarkan Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, 1977. Di situ KB tidak disebut sebagai lembaga pendidikan persiapan untuk masuk TK -- maupun SD. Hanya KB diperuntukkan bagi anak usia 2 - 3 tahun. "Tapi nyatanya ada anak-anak yang dari KB bisa langsung masuk SD," kata Ny. Aswin pula. Tiga Tingkat TK Memang: dari 185 orang tua anak KB yang diambil sebaai responden, sebagian besar menyatak an "usia belum cukup untuk bisa diteri ma di TK" sebagai sebab mengapa mereka memasukkan anaknya ke KB. Tapi ada juga yang menjawab bahwa "program KB-lebih baik dari TK." Dan ada pula yang ternyata tak tahu-menahu tentang TK. Tumpang tindihnya usia anak di KB dan TK barangkali bisa dilihat dari kenyataan yang ditemukan tim survei ini. Meski pemerintah telah menetapkan tiga tingkat TK (A untuk usia 3 - 4, B untuk 4 - 5 dan C untuk 5 - 6 tahun) ternyata TK A sedikit sekali adanya. Yang seharusnya menjadi siswa TK A malah jadi siswa KB. Malah banyak KB yang muridnya berusia 2 - 6 tahun -- bayangkan. Kenyataan lain ialah: sebagian besar siswa KB (usia 2 - 4 tahun) anak orangorang dari golongan ekonomi yang relatif kuat (berpengeluaran Rp 100 ribu Rp 300 ribu). Sedang di TK, untuk perbandingan, sebagian besar orang tua siswa berpengeluaran sebulan Rp 50 ribu sampai 200 ribu. Dari pihak P&K sendiri, untuk TK memang sudah ada kurikulum yang harus diterapkan di seluruh Indonesia. Sedang tentang KB, tak ada pengarahan. Masing-masing punya program sendiri, yang memang belum tentu baik-buruknya. "Itulah, salah satu tujuan survei ini untuk bahan seminar tentang KB dan TK nanti," kata Soedijarto. Kisah Ny. Haskin Munculnya KB di Indonesia pun unik juga Tahun 1968, seorang wanita berkebangsaan Amerika Serikat, Ny. Haskin, gagal memasukkan anaknya ke TK karena ia warganegara asing. Lalu ia mendirikan KB (masih bernama Inggris play group) -- khusus untuk anak-anak asing. Tahun-tahun berikutnya ia membuka kesempatan bagi anak Indonesia. Dan kemudian bermunculanlah KB yang di Jakarta mencapai puncaknya 1977: tahun itu sudah ada 18 KB plus 21 yang baru. Di kota besar yang lain, KB mula-mula muncul karena yang di Jakarta membuka cabangnya di situ. Yang jelas, memang telah ada perhatian para orang tua untuk memberikan rangsangan perkembangan bagi anak sedmi mungkin, pada usia yang menurut para ahli psikologi merupakan perkembangan yang amat penting. Tentu, tidak harus lewat KB -- bahkan TK. Itu tergantung pada orang tua sendiri -- dan lingkungan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus