Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan Puan Maharani belakangan mulai melontarkan "serangan-serangan" kepada lawan politiknya menuju Pemilihan Presiden 2024. Ia meminta simpatisan PDI Perjuangan tidak memilih calon yang ganteng saja dan rajin muncul di medsos. Puan juga meminta para kader tidak terpengaruh survei-survei yang menunjukkan keunggulan elektabilitas tokoh tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Puan tidak menyebut nama siapa sosok yang disindirnya. Namun pengamat menafsirkan berbagai sindiran Puan itu ditujukan pada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar merupakan salah satu kader PDI Perjuangan yang disebut sejumlah lembaga survei sebagai kandidat kuat calon presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sepertinya arah kritikan itu ditujukan ke Ganjar. Mungkin Puan gregetan melihat Ganjar masih terus tancap gas melakukan pencitraan di medsos. Atau bisa saja sindiran tersebut sebagai bentuk ketakutan akan kader lain yang elektabilitas lebih tinggi darinya. Dan itu bisa mengancam posisi Puan. Diakui atau tidak, elektabilitas Ganjar lebih tinggi dari Puan," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin, Ahad, 1 Mei 2022.
Dalam berbagai survei, Ganjar Pranowo konsisten berada di posisi tiga teratas, sementara Puan Maharani di jajaran bawah. Dalam hasil survei Politika Research & Consulting (PRC) dan Parameter Politik Indonesia yang dirilis awal Maret lalu misalnya, Puan menempati urutan paling buncit dari 11 figur Capres potensial untuk Pemilu 2024 dengan angka 5,8 persen, sementara Ganjar di posisi pertama 7,51 persen.
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis awal April lalu juga menunjukkan, pada simulasi semi terbuka dengan 43 nama, Ganjar berada di posisi teratas dengan 18,1 persen, sementara Puan Maharani di angka 0,8. Jika dikerucutkan pada basis massa PDI Perjuangan saja, pemilih partai tersebut paling banyak mendukung Ganjar dengan 34,2 persen.
Disusul Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto 11,1 persen, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 7,2 persen, dan Puan Maharani 1,9 persen. "Puan melihat Ganjar itu melangkahi dirinya di partai karena elektabilitasnya lebih tinggi dari dia," ujar Ujang.
Kendati demikian, gaya komunikasi Puan ini dinilai tak bagus, karena akan memantik respon yang negatif dari publik kepadanya. Menurut Ujang, Puan sebaiknya tidak menyerang lawan politiknya untuk menaikkan elektabilitas. "Menyerang itu sesuatu yang tak baik dan itu akan membuat lawan politik menyerangnya baik. Lihatlah gaya Giring menyerang Anies, bukannya Giring dapat nilai plus, tapi dibenci oleh publik. Itu pun sama akan menimpa Puan, jika Puan terus menerus menyerang lawan politiknya," tuturnya.
Ujang menilai Puan Maharani akan ngotot maju sebagai calon presiden dari PDI Perjuangan karena dia merupakan anak Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. "Jika skema Puan maju sebagai capres dari PDI Perjuangan, maka suka tak suka, mau tak mau, Ganjar harus cari partai lain," ujar dia.
Peneliti politik Saiful Mujani menyebut ada tiga skenario yang mungkin bisa diambil PDI Perjuangan dalam mengusung Capres 2024. Pertama, mengusung Puan bersama Ganjar, karena partai ini satu-satunya yang bisa mengajukan pasangan sendirian tanpa koalisi. Kedua, melihat tokoh lain di luar PDI Perjuangan yang kuat. Misalnya, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Kalau Prabowo meyakinkan untuk bisa menang, kata Saiful, maka Puan akan menjadi wakil presiden mendampingi Prabowo.
Skenario ketiga yaitu apabila peluang Puan Maharani untuk menjadi calon presiden semakin berat, maka diprediksi PDI Perjuangan mengusung Ganjar daripada Gubernur Jawa Tengah itu dicalonkan partai lain. Sehingga, PDI Perjuangan mengusung Ganjar dan Puan tidak jadi maju. "Sekarang posisi Ganjar menunggu perintah Mega," kata Saiful, Sabtu, 23 April 2022.
DEWI NURITA | FAJAR PEBRIANTO
Baca Juga: Puan Maharani Pastikan PDIP Ajukan Capres pada Pilpres 2024, Ganjar Pranowo?