Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sarwono Bilang Tidak, Gafur Juga

14 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TATKALA menerima Panitia Gabungan Peringatan 1 Tahun Tntura di Gedun DPA pekan lalu, wakil ketua DPA Ali Moertopo antara lain menyarankan agar Angkatan 66 dilembagakan. "Apabila dalam peringatan 10 Januari mendatang ada pernyataan tentang pelembagaan Angkatan 66, itu sangat tepat. Angkatan 45 juga mempunyai dewan harian, kenapa Angkatan 66 tidak boleh?," kata Ali Moertopo. Perlukah Angkatan 66 dilembagakan? Gagasan ini tidak disetujui Sarwono Kusumaatmadja 40. Bekas aktivis Somal (Sekretariat Organisasi Mahasiswa lokal) Bandung, dan pernah ketua DM ITB, yang kini menjabat sekretaris jenderal Golkar itu berpendapat, yang seharusnya dilembagakan adalah ide perjuangan, bukan orang atau pelakunya. "Gagasan yang dllontarkan saat ini cenderung melembagakan orang atau pelaku. Ini akhirnya hanya membuat kumpulan Dested irterests," ujar Sarwono. Ketua umum KNPI, Aulia Rachman, juga tidak setuju pembentukan Iembaga Angkatan 66. "Tritura baru berumur 18 tahun. Masalah waktu itu hanya masalah panggilan dan pengabdian dalam mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara," ujarnya. Menurut bekas aktivis KAMI ini, "tidak selalu persatuan dan kesatuan perlu diwujudkan dalam bentuk lembaga." Menteri Pemuda dan Olah Raga Abdul Gafur juga menolak. "Menurut saya, tidak akan dibentuk lembaga Angkatan 66, sebab Angkatan 66 lebih dipentingkan pada nilai juangnya, kelanjutan dari perjuangan Angkatan 45," tuturnya pekan lalu. Pada saat ini, kata Gafur, Angkatan 66 sudah menyebar ke mana-mana. "Ya semangat itu saja yang dinyatakan dalam perbuatannya di mana seseorang bekerja," katanya. Penyair Taufiq Ismail, 46, yang merekam pergolakan 1966 dalam kumpulan sajaknya, Tirani dan Benteng, malah menganggap identitas dan mitos Angkatan 66 tidak perlu terus dipelihara. "Praktek hidup menunjukkan, pemeliharaan identitas dan mitos itu lebih banyak bermanifestasi pamer, tepuk dada, rasa unggul, unjuk jasa, menuntut hak, menggurui, dan malahan memaksa. Dalam teori, lima ratus kalimat cantik bisa dibikinkan untuk membenarkan maksud itu,' katanya. Menurut Taufiq Ismail, generasi yang lebih muda jangan dirisaukan. Kelompok cendekianya juga berpikir kritis, bisa membanding dan mungkin malah lebih cerdas karena gizinya lebih baik. "Mereka tahu mana yang sumbing dan mana yang utuh dari Angkatan 66. Seperti juga Angkatan 66, walaupun bertahun-tahun digebrak slogan, indoktrinasi, pidato, manipol, toh tetap kritis dan tahu mana yang loyang dan mana yang emas dari Angkatan 45." Pada gilirannya, kata Taufiq, kalau Angkatan 66 ternyata serakah dan serba uang atau benda, tentu akan dikoreksi angkatan yang lebih muda. Mengapa gagasan pelembagaan Angkatan 66 dianggap perlu? Ada yang menganggap, ini ada kaitannya dengan proses alih generasi yang pada tahun-tahun terakhir ini berlangsung. Rupanya, ada yang menilai Angkatan 66 sebagai "pewaris sah" Angkatan 45, hingga kini mulai tiba saatnya untuk menerima tongkat estafet dari generasi 45. Layakkah eksponen 66 disebut sebagai Angkatan 66? Menurut Taufik Abdullah, pengertian "angkatan" lahir pada masyarakat yang sedang berkembang. Adanya konsep ini "untuk mencari kearifan sejarah". Kata Tautik, 48, memang ada kecenderungan yang kuat di masyarakat Indonesia untuk "mengabadikan angkatan". "Konsep angkatan berbau subyektif," kata Taufik. ini, menurut sejarawan itu, dipengaruhi kepentingan pihak yang bersangkutan. "Kalau melihat Angkatan 66, bagi yang melihat masalah pergerakan pemuda atau kesadaran politik, peristiwa itu bisa dijadikan titik tolak. Tapi kalau ingin melihat istilah ekonomi, peristiwa itu tidak ada artinya," katanya. Taufik mengingatkan, persoalan yang dihadapi setiap masa tidak sama. Satu-satunya yang masih mungkin diabadikan adalah aspirasi perjuangan atau persoalan yang dihadapi. "Bukan perjuangan itu sendiri," kata sejarawan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus