Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
EMPAT lembar foto kurang fokus itu mengkonfirmasi kedekatan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dan Muhtar Ependy. Tiga foto menunjukkan Muhtar sedang duduk tersenyum di belakang meja yang berserakan pelbagai buku hukum dan undang-undang. Kursi yang didudukinya itu adalah kursi di ruang kerja Akil di Mahkamah.
Foto keempat membuka segalanya. Akil terlihat merunduk dengan jari tangan memainkan kursor laptop di depan Muhtar, yang tersenyum memandangi monitor. Setelah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi pekan lalu, Muhtar tak membantah kedekatannya dengan Akil. "Kenal sejak 2007 ketika Pak Akil memesan atribut kampanye," ujar pria 42 tahun pemilik perusahaan percetakan PT Promic International ini.
Pada 2007, Akil menjadi salah satu calon dalam pemilihan Gubernur Kalimantan Barat. Untuk keperluan kampanye, menurut Muhtar, Akil memesan spanduk, brosur, dan bendera kepadanya. Mereka berasal dari kampus yang sama, yakni Universitas Panca Bhakti, Pontianak. Tidak didukung Partai Golkar, Akil gagal memperoleh cukup suara. Ia balik ke Senayan, tempatnya menjadi anggota Fraksi Partai Golkar Dewan Perwakilan Rakyat periode 1999-2004 dan 2004-2009.
Menurut Muhtar, sejak itu hubungan kedua semakin akrab. Akil, kata dia, tak segan menanamkan uangnya untuk investasi dalam pelbagai bisnis yang ia jalankan. Selain ke PT Promic International, Muhtar menyatakan memutar duit Akil untuk bisnis jual-beli mobil. Sebelum Akil ditangkap KPK awal Oktober lalu, keduanya merencanakan berbisnis ikan arwana.
Di Kecamatan Selimbau, Kalimantan Barat, Muhtar mengaku punya peternakan arwana 10 hektare. Padahal kantor Promic di Pontianak hampir tutup. Hanya menempati satu rumah toko di Jalan Ahmad Yani, kantor itu tak berpenghuni. Penjaganya cuma satu orang. Kantor tersebut tampak jarang disambangi ketika ditengok Kamis pekan lalu.
Setelah Akil berkantor di Mahkamah Konstitusi, Muhtar juga mengalihkan bisnisnya ke Bogor dan Jakarta. Ia mengubah PT Kharisma menjadi PT Promic International pada 2011 dengan modal Rp 1 miliar. Menurut akta pendiriannya, Promic dibentuk Muhtar bersama Imas Maimunah dan Firmansyah. Mulai pertengahan tahun ini, ia membuka toko jual-beli mobil bekas di Puncak, Bogor, selain membangun pabrik kecil Promic di Cempaka Putih dan Cibinong, Bogor.
Klaim Muhtar soal sumber uang bisnisnya diduga tidak akurat. Menurut Mico Fanji Tirtayasa, sopir dan asisten pribadinya, Muhtar memulai bisnis mobil setelah mengurus sengketa hasil pemilihan Wali Kota Palembang. Ia menyebutkan Muhtar mengaku menerima Rp 8 miliar dari Romi Herton yang diserahkan untuk Akil Mochtar guna memenangkan gugatannya. Romi kalah dalam pemungutan suara pada Mei lalu. Akil kemudian memenangkannya.
Sejoli ini kian agresif menangguk suap dari gugatan beberapa bupati dan wali kota yang sampai ke Mahkamah Konstitusi. Petugas keamanan dan anggota staf di Mahkamah sudah tak asing dengan Muhtar. Mereka memanggilnya "Bos dari Palembang". Itu karena ia rajin mengikuti sidang-sidang gugatan Palembang. Jika parkir penuh, Mico tak segan memarkir Alphard Muhtar di parkiran RI-9—mobil dinas Akil Mochtar. "Kalau ke sana, kami juga tak diperiksa," ucap Mico.
Meski tak menyangkal kenal dengan Akil, Muhtar menampik jika disebut menjadi makelar kasus gugatan pemilihan kepala daerah di Mahkamah Konstitusi. "Saya pengusaha dan beragama, dididik orang tua tak boleh makan uang haram. Menyogok itu tempatnya di neraka," ujarnya. Usaha konfeksi, kata dia, membuatnya mengenal semua gubernur dan bupati.
Anehnya, ia mengaku tak mengenal Bupati Empat Lawang atau Bupati Banyuasin. Dalam penyelidikan KPK, dua bupati ini ditengarai menyuap Akil lewat Muhtar. Melalui Tamsil Sjoekoer, Akil mengatakan tak kenal sama sekali. Tamsil terkejut ketika diberi tahu ada foto yang memuat keduanya dalam satu bingkai.
Kartika Candra, Rusman Paraqbueq, Muhamad Rizki, Aseanty Pahlevi (Pontianak)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo