PARA pelajar itu 'kan bukan anak kecil lagi. Mereka sudah dewasa
dan sepatutnya telah mengetahui norma-norma hukum, ujar Menteri
P&K Daoed Joesoef ketlka ditemui TEMPO sewaktu membuka Pameran
Keliling ASEAN II di TIM, 13 Oktober. Sehingga, katanya lagi,
kalau terbukti mereka telah melakukan pengrusakan, melukai atau
membunuh, "saya setuju mereka dimejahijaukan".
Kecuali itu, ia masih kukuh pada pernyataannya tempo hari, bahwa
perkelahian para pelajar yang terjadi akhir-akhir ini karena ada
yang menghasut. Antara lain dengan selebaran-selebaran gelap
--yang buktinya sudah ada di tangannya, katanya. Namun, "bukan
tugas Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengusut
selebaran itu."
Sementara itu Frankie Oroh, siswa kelas 11 SMA 70 (eks XI) yang
mengaku sering keluar masuk bui dan selalu terlibat dalam setiap
perkelahian, menyebut "Berantem itu spontanitas saja. Nggak ada
yang nyuruh." Pun perkelahian antar-SMA IX - SMA XI yang terjadi
23 September lalu itu -- yang menyebabkan Frankie ditahan di
Kores 704 Kebayoran selama tiga hari.
John Tambayong, bekas siswa SMA VI yang juga sering ditahan dan
selalu ikut berkelahi -- termasuk perkelahian SMA VI dengan SMA
46 belum lama ini -- pun merasa begitu. Alasannya cuma satu.
"Saya merasa bangga kalau ikut berkelahi. Kayaknya sudah ikut
atau berhasil membela nama SMA VI," katanya.
Sedang Rizal, siswa kelas II STM Penerbangan---yang bulan lalu
menyebabkan teman-teman sekolahnya berantam dengan anak-anak SMA
46--menyebut awal mula kejadian itu hanya karena sakit hati. Ada
seorang anak SMA 46 yang meledeknya dengan mengatakan STM itu
sekolah tukang. "Jadi kami tersinggung," ujarnya. Kecuali itu,
"murid SMA kebanyakan sombong-sombong. Mentang-mentang mereka
anak orang kaya dan di sekolahnya banyak cewek."
Lantas, untuk "memberi pelajaran", apakah sudah saatnya sekarang
ini siapa saja yang terlibat perkelahian, misalnya, diajukan ke
pengadilan atau ditahan? "Saya tidak setuju," ujar Fachronie
Ramlan, Kepala STM Penerbangan, tegas. "Kecuali kalau
perbuatannya memang sudah merupakan tindak kriminalitas,"
tambahnya. "Kalau hanya merusakkan, itu 'kan masih dalam tingkat
kewajaran. Pokoknya, sebelum saya kewalahan, jangan sampai
aparat kepolisian turun tangan." Ia juga tak mau sekolahnya
ditongkrongi polisi.
R.O. Mahmud, Wakil Kepala Sekolah SMA 46, berpendapat lain.
"Saya tetap percaya, hukum harus berlaku. Bila memang salah, ya
harus ditindak," katanya. Sesudah itu kalau yang bersangkutan
mau mengubah kelakuannya, "akan kami terima kembali -- setelah
terlebih dahulu mengembalikannya ke orang tuanya."
Lebih tegas lagi pendapat Ny. Ir. Soetjipto Hadinata--yang
ketiga anaknya di SMA XI dan yang bungsu, Ninasapti, kini Ketua
OSIS-nya. "Kenakalan pelajar sekarang ini sudah menjurus ke
tindak kriminal. Jadi memang harus diadili --demi tegaknya
hukum."
Sedang seorang ibu yang tak mau disebut namanya, yang punya anak
di SMA 46 dan pernah jadi pengurus BP3 mengatakan "harus dilihat
dulu motif perkelahian itu. Untuk kasus seperti kasus Sidik,
saya setuju sekali diadili." Toh ketika para pelaku pengrusakan
gedung SMA IX dan XI, yakni siswa kedua sekolah yang saling
bermusuhan itu--dalam perkelahian massal November 1980--diajukan
ke pengadilan, banyak yang protes. Antara lain Ikatan OSIS
Jakarta, orangtua tersangka dan para siswa sendiri. Malah hanya
Kepala Sekolah Xl, Ilham, yang setuju--sambil berpesan agar
pengadilan itu "berhati-hati". Sebab, "segi pendidikannya yang
harus diutamakan," katanya waktu itu, Januari silam.
Tapi segi pendidikan, itulah memang yang ditekankan oleh Kapten
Pol. Djamarin IIS, salah seorang petugas pada Satuan Pembinaan
Remaja, Mahasiswa, Pelajar dan Pemuda Kodak Metro Jaya. Ayah
delapan orang anak itu lantas bertutur.
"Sering," katanya, "kalau saya harus menangkap anak-anak, saya
berpikir bahwa saya juga punya anak-anak yang seusia mereka.
Tapi polisi sebenarnya tidak sembarangan menangkap orang.
Biasanya dicari yang menonjol dan kelihatannya bertindak sebagai
pimpinan.
Tapi bagaimana perasaan saya, melihat anak-anak yang begitu muda
sudah harus berurusan dengan polisi?. Saya sedih."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini