Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Serangan pemborong luar

Proyek pembangunan di kalimantan selatan banyak yang ditangani pemborong dari jakarta dan surabaya. pemborong daerah protes. gubernur subardjo merasa tersudut karena pemborong luar itu milik pejabat.(dh)

27 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERANGAN para pemborong dari luar daerah, terutama Jakarta dan Surabaya, sudah cukup mengkhawatirkan perusahaan serupa itu yang ada di Kalimantan Selatan. "Mereka selalu siap menerkam setiap proyek pembangunan di daerah ini," ucap seorang pemborong di Banjarmasin. Bahkan beberapa kalangan pemborong di Banjarmasin menuduh ada semacam sindikat di Jakarta yang selalu memasang telinga di departemen-departemen atau instansi lainnya jika ada proyek di daerah daerah. Karena kekhawatiran itulah, Gabungan Pemborong Seluruh lndonesia (Gapensi) Kalimantan Selatan baru-baru ini sampai memohon agar Gubernur Subardjo melibatkan diri dalam keresahan itu. Itulah Persoalannya Rupanya Gubernur Kalimantan Selatan itu ser diri mengakui adanya ancaman bagi pembong-pemborong di daerahnya. "Memang banyak pemborong dari Jakarta datang ke kantor saya," katanya kepada TEMPO pekan lalu. Mereka ini, menurut Subardjo, selalu membuka percakapan dengan dalih demi partisipasi. "Tapi ingat, jangan harap saya memberikan pekerjaan. Pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh pemborong daeran, ini prinsip saya, harus dikerjakan oleh pemborong daerah sendiri," tambah gubernur itu. Tapi bagaimana dengan proyek pusat yang ada di daerah? Subardjo terdiam sejurus. "Itulah persoalannya," ucapnya. Tentu saja ia tak begitu saja memandang enteng kemampuan teknis maupun modal pemborong di daerahnya untuk melaksanakan pekerjaan pusat. Sebab, Subardjo yang lain, direktur CV Semut Ireng Banjarmasin, malahan "sanggup mengerjakan pekerjaan yang omsetnya di atas Rp 10 milyar." Buktinya? "Ya bagaimana membuktikan kalau kami tak diberi kesempatan," tangkis seorang pemborong lain. Bagi Gubernur Subardjo sebenarnya masih ada sisa persoalan. Wala tak disebutnya, rasa rikuh agaknya masih sering menghadang kelicinan niatnya untuk membantu para pemborong daerah. Umpamanya, seorang pemborong dari Jakarta menghadapnya untuk meminta borongan pekerjaan. Lalu di akhir percakapan si pemborong berucap: "Sebetulnya, perusahaan kita ini milik jenderal anu, pak anu (atau siapa saja yang kira-kira disegani sang gubernur) . . . beliau titip salam." Nah, beranikah Gubernur Subardjo menampik hal serupa itu?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus