Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Presiden yang juga mantan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla mengatakan penilaian masyarakat terhadap Golkar tetap jelek meskipun Setya Novanto memenangkan gugatan praperadilan dalam kasus dugaan korupsi E-KTP. Karena itu, kata Kalla, Golkar harus dipimpin orang yang bersih agar citra Golkar menjadi baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masyarakat itu tentu walaupun katakanlah pengadilan hasilnya begitu, tapi kan masyarakat penilaiannya tetap jelek saja," kata Kalla seperti diungkapkan juru bicara Wapres Husain Abdullah melalui layanan Whatsapp, Senin, 9 Oktober 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kalla mengatakan itu menjawab pertanyaan soal perlunya penggantian Ketua Umum Golkar Setya Novanto. Dia menjawab pertanyaan wartawan di sela kunjungannya ke Belgia untuk menghadiri festival budaya Europalia.
Menurut Kalla, penilaian publik pada Golkar menjadi jelek setelah Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Novanto menjadi tersangka korupsi E-KTP. Belakangan Setya Novanto mengajukan gugatan praperadilan. Sidang yang dipimpin hakim tunggal Cepi Iskandar pun memenangkan Setya Novanto, sehingga penetapan tersangka oleh KPK dianggap tidak sah.
Kalla mengatakan tokoh-tokoh Golkar menginginkan Golkar maju. Untuk mencapai itu, penilaian yang baik dari masyarakat sangat dibutuhkan. Menurutnya, partai sangat tergantung kepada konstituen. "Konstituen itu tidak memilih berdadarkan alasan-alasan yang ada," ujar Kalla. Karena itu pimpinan Golkar harus baik. "Bersih. Jangan timbulkan gonjang-ganjing, soal korupsi, macam-macam," ucap Kalla.
Bagi Kalla, belum terlambat untuk memperbaiki citra Golkar. Masih ada waktu dua tahun menjelang Pemilu 2019. "Masih cukup waktu untuk memperbaiki citra itu. Ada dua tahun lagi," ujar Kalla.