Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sisa-Sisa Pergantian Gubernur

Dua kelompok pemuda berusaha membakar rumah sekwilda sallata, sebagai buntut penggeseran moenafrie. moenafrie tidak terlibat, tapi orang menggunakan kesempatan ini untuk memindahkan sallata. (dh)

1 Desember 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PALU, ibukota Propinsi Sulawesi Tengah, agak tenang setelah jabatan gubernur diserah-terimakan dari Moenafrie kepada Eddy Djadjang Djajaatmadja. Setidaknya ketenangan itu terasa di kantor gubernur. Tapi 2 minggu setelah serah-terima, 3 sampai 5 November lalu, terjadi perkelahian antara dua kelompok pemuda. Peristiwa itu tak jauh dari rumah S. Sarungu, Kepala Direktorat Pembangunan Desa Sul-Teng. Sebagian pemuda yang bertikai tadi lari ke sana hingga rumah itu dilempari batu. Yang menarik: Sonny Smith, 21 tahun, mahasiswa Jakarta, terlibat. Ia adik Nyonya Cora Moenafrie. Memang ada dugaan hal itu berkaitan dengan pro-kontra penggeseran Moenafrie yang antara lain bersumber dari ketidak-serasian antara Moenafrie dengan Sekwildanya, BL Sallata yang kebetulan orang Toraja. Sumber di Palu mengungkapkan, Sallata berniat mengganti beberapa pejabat dengan rekan-rekan sedaerahnya. Yang menjadi sasaran penggantian antara lain: Karim Mbo (Karo Pembangunan), Jaeluddin Lembah (Karo Perbekalan), Ruslin Abdullah (Karo Pemerintahan), HF Tangkilisan (Asisten II Sekwilda), Basyir Nursin (Direktorat Sospol), Sangkota dan Pelima (wakil ketua dan anggota Bdppeda). Untuk Menarik Perhatian Tapi Sallata membantah. "Itu bukan wewenang saya sebagai sekwilda. Itu hak gubernur," katanya. Bahkan ia juga pernah berkata kepada Ruslin Abduliah: "Yang sudah, ya sudahlah." Dan Pjs Gubernur Eddy Djadjang sendiri memang tidak akan menggeser siapa-siapa, seperti digariskan oleh Mendagri. Mendengar keributan tersebut, Moenafrie yang kini mengontrak rumah di Pulo Mas, Jakarta segera memanggil Sonny dkk dan memperingatkan agar jangan membuat gara-gara. Selama menjadi gubernur, Moenafrie memang dekat dengan anak-anak muda, juga para mahasiswa asal Sul-Teng yang belajar di Jakarta, Bandung atau Yogya. Tapi peringatan ltu terlambat. Dua hari kemudian, 7 November lalu, bahkan ada usaha membakar rumah Sallata di Jalan A. Yani Palu. Tengah malam, Jeffrie Lasut (17 tahun) dan Anwar Thayib (19 tahun) berkendaraan motor menuju rumah Sallata. Sampai depan rumah, mereka melempar beberapa kantong plastik berisi bensin, lalu melempar obor yang menyala. Untung bensin cuma tumpah di tanah dekat tanaman bunga. Dan api pun padam. Hansip penjaga rumah Sallata tidak menghiraukannya. Beberapa jam kemudian, waktu subuh, empat pemuda 20 tahunan -- Roy Lisangan, Pieter Kaleb, Jacky Umbas, Eddy Rumangan --mengendarai 2 sepeda motor mengulang usaha pembakaran itu. Syall milik Jackie yang telah dicelupkan ke bensin dan dibungkuskan batu lalu dibakar dan dilempar ke atas rumah dan berhasil membakar 3 atap sirap kayu. Untung api segera padam dan rumah Sallata pun selamat. Beberapa jam kemudian sebagian pelaku tertangkap. Anwar Thayib yang diperkirakan lari ke pantai barat Sul-Teng dan Roy Lisangan yang diduga berada di Kecamatan Moutong, Donggala, sampai pekan lalu masih buron. Tapi sehari kemudian, otak pembakaran itu tertangkap pula. Mereka adalah Mohammad Kasim Maragau, 34 tahun, swasta, dan Ismail, 25 tahun, mahasiswa Jakarta yang konon juga Sekjen Generasi Muda Sul-Teng. Kasim ditangkap di rumah dinas bekas Gubernur Sul-Teng sedang Ismail disergap di Bandar udara Mutiara, Palu. Ia ada di rumah ini dalam rangka mengurus barang-barang Moenafrie. Ketika ditemui TEMPO di tempat tahanan Kowil 192 Sul-Teng Ismail mengenakan sarung Bugis warna hijau. Kasim sendiri berwajah lumayan berkumis dan berjenggot tak teratur. Dari mereka juga diketahui rencana membakar rumah beberapa pejabat lain: drs. Simak (Asisten I Sekwilda), drs. S. Sarungu (Kadit PMD), drs. Sarappang (Sekretaris DPRD), dan SML Tobing (ketua Bappeda). Mungkinkah Moenafrie terlibat? Sumber di Jakarta dan Palu membantah keras. Begitu pula hasil pemeriksaan Polri di Kowil 192, tidak menyimpulkan bahwa Moenafrie berada di belakang usaha pembakaran tersebut. "Mungkin itu didalangi orang untuk lebih menjatuhkan Moenafrie," kata sumber tersebut. Tapi Moenafrie sendiri tentu repot. Para pelaku, sebagian besar mahasiswa Jakarta asal Sul-Teng, memang pernah menemui Moenafrie sehubungan dengan rencana penggeserannya tempo hari. Apalagi Sonny Smith adalah adik iparnya, sedang Jeffrie Lasut, pelajar SMA Palu, adalah anak HHE Lasut, bekas sekretaris pribadi Moenafrie. "Terlalu bodoh kalau saya yang menyuruh mereka berbuat begitu," kata Moenafrie. Barangkali mereka hanyalah simpatisan Moenafrie yang bertindak sendiri tanpa perhitungan. Repotnya lagi: Mohammad Kasim Maragau dan Ismail, otak pembakaran itu, juga mengaku mengenal baik Moenafrie. Tapi mereka juga mengaku telah membujuk para pelaku yang katanya hampir setiap hari membicarakan kasus penggeseran Moenafrie. Menurut pihak Polri, cara membujuk itu gampang sekali kalau berhasil, mereka dijanjikan sejumlah uang dan diterbangkan ke Jakarta. Sebagian pelaku bahkan sudah ada yang menerima uang muka Rp 2.000 dan Rp 5.000. Tapi ketika usaha mereka gagal, uang dan tiket ke Jakarta tidak ada. Keberangkatan Kasim dan Ismail sendiri dari Jakarta ke Palu memang mendapat tugas dari Moenafrie untuk mengurus barang-barang sebanyak 39 kali. Rupanya tugas itu disalah-gunakan. Kepada TEMPO mereka sempat berucap: "Usaha pembakaran itu hanya untuk menarik perhatian agar Sallata dipindahkan. Kami rela dipenjara asal para pejabat putra daerah tidak digeser."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus