Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Stasiun KRL Padat Saat PSBB, Koalisi: Cermin Lambannya Birokrasi

Melalui Twitter, warganet pun mempertanyakan efektivitas pembatasan jarak fisik di dalam kereta api selama PSBB.

13 April 2020 | 11.44 WIB

Sejumlah penumpang KRL Commuter Line antre menunggu kedatangan kereta di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin, 13 April 2020. Antrean panjang penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bogor tersebut akibat kebijakan pemeriksaan suhu tubuh dan pembatasan jumlah penumpang di setiap rangkaian kereta sebagai tindakan pencegahan penyebaran wabah pandemi virus Corona (COVID-19). ANTARA
Perbesar
Sejumlah penumpang KRL Commuter Line antre menunggu kedatangan kereta di Stasiun Bogor, Jawa Barat, Senin, 13 April 2020. Antrean panjang penumpang KRL Commuter Line di Stasiun Bogor tersebut akibat kebijakan pemeriksaan suhu tubuh dan pembatasan jumlah penumpang di setiap rangkaian kereta sebagai tindakan pencegahan penyebaran wabah pandemi virus Corona (COVID-19). ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Meski Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, sejumlah stasiun kereta rel listrik (KRL) berjubel calon penumpang pagi tadi, Senin, 13 April 2020. Beberapa stasiun KRL yang terpantau padat adalah Stasiun Bogor,Cilebut, Bojonggede, Citayam dan Depok.

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pemantauan Penanganan Covid-19 menilai kepadatan adalah efek dari lambannya pemerintah menerapkan status PSBB wilayah episenter penyebaran virus Corona. "Ini mencerminkan lambannya birokasi bekerja menangani pandemi," kata Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Masyarakat, Ricky Gunawan, kepada Tempo, Senin, 13 April 2020.

Situasi ini semestinya bisa diantisipasi terlebih dulu oleh pemerintah. Ricky mengatakan, ketidakefektifan PSBB ini terjadi karena proses birokrasi yang lama dan berbelit. Hal itu juga menegaskan bahwa pemerintah pusat terkesan tak menunjukkan kepekaan tanggap darurat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Melalui Twitter, warganet pun mempertanyakan efektivitas pembatasan jarak fisik di dalam kereta api selama PSBB.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ricky mengatakan, di satu sisi dapat dipahami bahwa ada masyarakat dari kawasan penyangga perlu berangkat bekerja ke Jakarta. Namun dia juga menyorot Kementerian Kesehatan yang baru menetapkan PSBB di Bogor pada Sabtu lalu, 11 April 2020. Padahal, persetujuan PSBB untuk DKI sudah keluar pada Selasa, 7 April lalu.

Pemerintah DKI pun memerlukan waktu tiga hari hingga akhirnya mengumumkan penetapan PSBB pada Jumat, 10 April. Adapun pengajuan PSBB Bogor, Depok, dan Bekasi disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Rabu, 8 April.

Menurut Ricky, pemerintah seharusnya lebih cepat mengeluarkan persetujuan PSBB untuk tiga kawasan itu, yakni bersamaan atau tak berselang lama dengan persetujuan untuk DKI. Apalagi, ujar dia, fakta bahwa Jabodetabek merupakan episenter penyebaran virus Corona sudah diketahui sejak awal.

"Jika pemerintah sedari awal menetapkan PSBB di daerah-daerah itu, kita punya jeda waktu untuk persiapan agar kepadatan seperti ini (di stasiun dan KRL) bisa diminimalisir," ujar Ricky.

Koalisi masyarakat sipil menilai penerapan PSBB Jabodetabek akan efektif setidaknya dengan dua syarat. Pertama, penerapan PSBB Jakarta harus sejalan dengan daerah sekitarnya yang berbeda provinsi.

Kedua, PSBB tetap harus disertai tes massal dan penelusuran (tracing) yang agresif. Ricky menilai kedua hal ini masih sangat jauh dari standar, sehingga persentase kematian Indonesia akibat Covid-19 pun terbilang tinggi.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus