Sejumlah pemuka Hindu mendirikan forum cendekiawan. Reaksi lambatnya Parisadha mengantisipasi kepentingan umat? BALI, sekalipun dijuluki Pulau Dewata, bukan surga. Tak heran bila penduduk Bali. mayoritas beragama Hindu, juga diguncang macam-macan masalah -- terutama menyangkut agama. Selama ini orang luar sering salah kaprah mengenai kepercayaan itu, seperti masih saja ada anggapan agama Hindu itu menyembah patung, agama Hindu bersifat diskriminatif karena ada aturan kasta, dan ada pula yang menyebut agama tersebut sebagai Hindu Bali, padahal kepercayaan serupa juga dianut masyarakat di luar Bali, antara lain di Tengger, Jawa Timur. Ketidaktahuan mengenai agama Hindu itu tidak jarang membuat orang melakukan kesalahan besar, seperti penamaan Pura Wisata di Taman Hiburan Rakyat Yogyakarta. Padahal, pura bagi umat Hindu adalah rumah Tuhan. Pemakaian kata pura yang tidak pada tempatnya itu suatu ketika bukan mustahil menjadi peletup kerukunan beragama. Salah kaprah mengenai agama Hindu itu bukan tidak mungkin akibat kurangnya pengetahuan orang luar tentang agama tersebut. Maka, akhir September lalu, delapan hari setelah Munas Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI), sejumlah pemuka umat Hindu berkumpul lagi di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, dan lahirlah: Forum Cendekiawan Hindu Indonesia (FCHI) yang diketuai oleh Putu Setia. "Forum bukan organisasi tandingan Parisadha," kata Putu. Penulis buku Menggugat Bali itu menambahkan, Forum justru akan membantu Parisadha dengan masukan-masukan, termasuk kritik, jika memang diperlukan untuk kesejahteraan umat Hindu. "Forum tidak punya anggota tetap karena merupakan lembaga dialog, yang pesertanya bisa datang dan pergi sesuai dengan minat mereka pada obyek yang didiskusikan," ujar Putu. Ada tiga tema yang bakal didiskusikan Forum dalam waktu dekat ini, yaitu masalah agama Hindu, kerukunan antaragama, dan masalah aktual bangsa Indonesia. Dalam diskusi nanti, menurut Putu, akan diperdebatkan persepsi umat agama lain terhadap beberapa ajaran agama Hindu, pandangan hukum Hindu terhadap SDSB dan bunga bank, sampai soal perizinan pendirian pura. Oka Mahendra, anggota Fraksi Karya Pembangunan di DPR -- juga pemeluk Hindu -- berharap agar Forum kelak tidak sampai mencampuri urusan-urusan yang jadi wewenang Parisadha. "Dalam soal perkawinan, misalnya, mestinya Forum hanya membahas bagaimana membuat perkawinan yang langgeng. Soal keabsahan perkawinan itu sudah bidang Parisadha," tambahnya. Sementara itu, Wakil Sekjen PHDI, Ida Bagus Gunada, minta agar Forum tetap mengadakan koordinasi dengan Parisadha, walau secara formal kedua lembaga ini tidak punya hubungan organisatoris. "Secara emosional serta moril pasti ada keterkaitan antara keduanya," kata Gunada. Ia menolak adanya anggapan bahwa Forum berdiri sebagai reaksi dari lambatnya Parisadha mengantisipasi kepentingan umat Hindu di Indonesia. "Parisadha sudah punya forum sendiri untuk membahas kasus-kasus yang akan jadi suara resmi umat," tambahnya. Keikutsertaan Forum kelak dalam memberi masukan pada kerukunan kehidupan beragama di Indonesia memang diharapkan. Maka, kata Putu, diskusi-diskusi yang diselenggarakan Forum kelak tidak tertutup untuk umat agama lain. "Yang penting jangan sampai mengarah pada primordialisme," pesan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan Sudomo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini