Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam hitungan jam setelah Megawati terbang kembali ke Jakarta, pertikaian pecah di Desa Soahuku, Kecamatan Amahe, Kabupaten Maluku Tengah. Pertempuran dua hari berturut-turut itu menewaskan 18 orangsatu di antaranya adalah Ahmad Rumatiga, 38 tahun, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Maluku Tengah, yang berada di daerah konflik. Dengan begitu, spiral kekerasan ini telah menelan lebih dari 1.600 nyawa dalam setengah tahun terakhir.
|
Apa saja yang dilakukan Megawati selama di Maluku? Terbang dari Jakarta, Megawati dan sejumlah menteri mendarat di Kota Ambon, Selasa pagi. Di situ, dia mengunjungi Masjid Alfatah, markas umat Islam, lalu ke Gereja Maranatha, markas umat Kristen, dan ke tempat penampungan pengungsi. Sorenya, Megawati dan rombongan terbang melompati sejumlah pulau ke Ternate, Maluku Utara. Setelah meninjau pengungsi di Desa Dufadufa dan Jambulamasing-masing hanya memakan waktu 10 menitMegawati mengadakan acara dialog dengan para tokoh agama dan masyarakat di kantor gubernur. Tatap muka berlangsung selama sejam lebih.
Malam hari, rombongan Megawati rehat dan menginap di Kapal Perang RI Arum, yang berlabuh di Dermaga Ahmad Yani, Pulau Hiritetangga Ternate. Keesokan hari, Rabu, Megawati terbang dengan helikopter ke Pulau Jailolo untuk meninjau para pengungsi. Rombongan meninggalkan Maluku dan terbang ke Jakarta tengah hari, setelah mereka rehat sebentar di Bandara Babullah, Ternate.
Kedatangan Megawati ke Maluku diwarnai ketegangan lokal. Tak hanya masyarakat yang panas-dingin, juga aparat keamanan. Megawati memperoleh pengawalan ekstraketat dari Tentara Nasional Indonesia. Beredar rumor bahwa masyarakat muslim di Kota Ambon menolak kedatangan Megawati karena posisinya sebagai pemimpin Partai Demokrasi Indonesia Perjuanganyang dianggap dekat ke kaum Kristen. Ketika rombongan Megawati masuk ke Kota Ambon, Pasukan Pengamanan Presiden sempat terpaksa melompat dari mobil secara tiba-tiba untuk menghadapi sekelompok massa yang menghampiri mobil rombongan. Entah apa yang ditakutkan. Sebab, sejurus kemudian, sekelompok massa dari Kampung Batumerah itumayoritas muslimternyata justru hendak menyambut kedatangan sang tamu, bahkan dengan sajian kesenian hadrah segala.
Ketegangan juga muncul di Kota Ternate. Sekitar 200 mahasiswa Universitas Hairun berunjuk rasa dengan bentangan spanduk di depan rombongan Megawati, yang melaju kencang di jalan. Mereka menuntut agar Wakil Presiden berkunjung ke beberapa daerah di Maluku Utara, tempat ratusan massa tewas beberapa pekan lalu. Suasana panas juga menyengat acara dialog di Kantor Gubernur Maluku Utara, yang disaksikan ribuan orang. Ketika Megawati berpidato, seorang tokoh dari Majelis Ulama Indonesia setempat menyela, "Kami tidak butuh penjelasan Ibu Mega yang berbelit. Yang kami butuhkan penyelesaian konkret," katanya. Megawati, yang duduk lesehan, hanya terpaku, diam.
Adakah solusi konkret? "Saya bertugas menampung, mencari masukan, memberi keterangan, dan menyampaikan hal-hal yang perlu dilakukan. Setelah itu, presidenlah yang memutuskan," kata Megawati kepada pers. Hanya itu.
Kelik M. Nugroho, Hani Pudjiarti, Yusnita Tiakoly (Ambon)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo