SAMPAI sekarang baru 15 perguruan tinggi yang menjadikan KKN
wajib dilakukan mahasiswa. Itu pun belum semua fakultasnya.
Perguruan tinggi yang masih menjalankan KKN sukarela biasanya
hanya diikuti kurang dari 5% jumlah mahasiswa keseluruhannya. Di
UI, menurut Rusdi Ramli, rata-rata per tahun 150 mahasiswa. Di
ITB tahun lalu ada 261 mahasiswa ber-KKN. Lalu dari waktu yang
singkat dan dari mahasiswa yang sedikit itu, apa yang bisa
diperbuat bai masyarakat dan apa yang mereka peroleh dari
masyarakat?
Di bawah ini beberapa contoh:
Dari Unhas
Di sebuah desa di Kabupaten Jeneponto, seorang mahasiswa
kedokteran ternyata diminta masyarakat setempat untuk membuat
listrik. Untung mahasiswa itu sedikit banyak paham tentang
listrik, dan sampai kini desa itu tak lagi perlu lampu minyak.
Seorang mahasiswa kedokteran gigi ternyata kalah bersaing
dengan penduduk suatu desa dalam hal cabut gigi. Katanya, mereka
mencabut gigi dengan cara sederhana dan tidak sakit. Maka calon
dokter gigi itu pun malu, dan lebih suka disuruh membuat kandang
ayam.
Ada lagi mahasiswa ber-KKN yang mencoba menasihati penduduk
satu desa yang mengandangkan ternaknya di kolong rumah.
Akibatnya pekarangan rumah sangat kotor. Penduduk mau membangun
kandang di luar rumah dengan syarat: mahasiswa itu menyediakan
bahan-bahannya dan bersedia bertanggungjawab kalau nanti
ternyata ternaknya dicuri. Yah, tak jadilah membuat kandang.
Dari Unpad
Di sebuah desa di Tasik Selatan mahasiswa diminta contoh
membuat jalan. Tentu saja, karena waktu terbatas, sebelum
selesai seluruhnya mahasiswa itu sudah harus kembali ke kampus.
Tapi beberapa bulan kemudian terdengar kabar penduduk desa
tersebut berhasil menyelesaikan sendiri jalan itu. Unpad pun
senang.
Dari UI
Menurut seorang mahasiswi UI yang telah ber-KKN, waktu KKN
memang singkat. Tapi dia berhasil menyelenggarakan khitanan
massal, pemeriksaan gigi, penyuluhan perawatan kecantikan dan
membuat buletin. Belum ditinjau kembali apakah buletin itu masih
tetap terbit setelah dia kembali ke UI. Yang unik, ketika dia
datang ke daerah itu, langsung pak Lurah menemuinya dan minta
dicarikan kredit mobil Colt. "Saya senang ber-KKN, bisa melihat
kenyataan yang ada, dan menyadari tidak selamanya akan tinggal
di lingkungan orang berada saja," katanya.
Seorang mahasiswa UI berhasil menyelenggarakan pekan olahraga
dan seni ketika ber-KKN. Dia jadi memahami pemuda pengangguran
yang biasanya hanya kumpul-kumpul saja. Dia tak lagi
berpandangan buruk terhadap mereka. Ternyata mereka pun
sebenarnya tak ingin menganggur. Yang dibutuhkan adalah
bimbingan. "Sebaiknya mahasiswa ber-KKN. Biar tahu sulitnya
menjalankan hal-hal itu. Jangan hanya berteriak 'ini harus
begini atau hegitu' saja," begitu oleh-oleh dari ber-KKN-nya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini