Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Suka Duka KKN

Beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi memberikan pengalamannya selama mengikuti KKN. Baru 15 perguruan tinggi yang mewajibkan KN. Itu pun belum semua fakultasnya. (pdk)

14 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPAI sekarang baru 15 perguruan tinggi yang menjadikan KKN wajib dilakukan mahasiswa. Itu pun belum semua fakultasnya. Perguruan tinggi yang masih menjalankan KKN sukarela biasanya hanya diikuti kurang dari 5% jumlah mahasiswa keseluruhannya. Di UI, menurut Rusdi Ramli, rata-rata per tahun 150 mahasiswa. Di ITB tahun lalu ada 261 mahasiswa ber-KKN. Lalu dari waktu yang singkat dan dari mahasiswa yang sedikit itu, apa yang bisa diperbuat bai masyarakat dan apa yang mereka peroleh dari masyarakat? Di bawah ini beberapa contoh: Dari Unhas  Di sebuah desa di Kabupaten Jeneponto, seorang mahasiswa kedokteran ternyata diminta masyarakat setempat untuk membuat listrik. Untung mahasiswa itu sedikit banyak paham tentang listrik, dan sampai kini desa itu tak lagi perlu lampu minyak.  Seorang mahasiswa kedokteran gigi ternyata kalah bersaing dengan penduduk suatu desa dalam hal cabut gigi. Katanya, mereka mencabut gigi dengan cara sederhana dan tidak sakit. Maka calon dokter gigi itu pun malu, dan lebih suka disuruh membuat kandang ayam.  Ada lagi mahasiswa ber-KKN yang mencoba menasihati penduduk satu desa yang mengandangkan ternaknya di kolong rumah. Akibatnya pekarangan rumah sangat kotor. Penduduk mau membangun kandang di luar rumah dengan syarat: mahasiswa itu menyediakan bahan-bahannya dan bersedia bertanggungjawab kalau nanti ternyata ternaknya dicuri. Yah, tak jadilah membuat kandang. Dari Unpad  Di sebuah desa di Tasik Selatan mahasiswa diminta contoh membuat jalan. Tentu saja, karena waktu terbatas, sebelum selesai seluruhnya mahasiswa itu sudah harus kembali ke kampus. Tapi beberapa bulan kemudian terdengar kabar penduduk desa tersebut berhasil menyelesaikan sendiri jalan itu. Unpad pun senang. Dari UI  Menurut seorang mahasiswi UI yang telah ber-KKN, waktu KKN memang singkat. Tapi dia berhasil menyelenggarakan khitanan massal, pemeriksaan gigi, penyuluhan perawatan kecantikan dan membuat buletin. Belum ditinjau kembali apakah buletin itu masih tetap terbit setelah dia kembali ke UI. Yang unik, ketika dia datang ke daerah itu, langsung pak Lurah menemuinya dan minta dicarikan kredit mobil Colt. "Saya senang ber-KKN, bisa melihat kenyataan yang ada, dan menyadari tidak selamanya akan tinggal di lingkungan orang berada saja," katanya.  Seorang mahasiswa UI berhasil menyelenggarakan pekan olahraga dan seni ketika ber-KKN. Dia jadi memahami pemuda pengangguran yang biasanya hanya kumpul-kumpul saja. Dia tak lagi berpandangan buruk terhadap mereka. Ternyata mereka pun sebenarnya tak ingin menganggur. Yang dibutuhkan adalah bimbingan. "Sebaiknya mahasiswa ber-KKN. Biar tahu sulitnya menjalankan hal-hal itu. Jangan hanya berteriak 'ini harus begini atau hegitu' saja," begitu oleh-oleh dari ber-KKN-nya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus