Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PRAYIT kini tak tahu lagi bagaimana menghabiskan waktu luangnya. Bandar lotere tempat ia biasa membeli Toto gelap (Togel) sudah tak aktif sejak beberapa waktu lalu. "Dia lagi tiarap," ujar warga Benowo, Surabaya, itu pekan lalu. Prayit mendapat informasi para bandar judi tengah mundur (sementara) dari arena, setelah Jenderal Sutanto naik menjadi Kapolri baru. "Tetapi, kalau nanti keadaan aman, mereka akan buka lagi," ujarnya setengah berharap.
Prayit memang hanya bisa berharap. Menurut sebuah sumber, merunduknya para bandar judi itu karena ada instruksi langsung dari sang cukong yang bermarkas di kawasan Tanjung Perak. Sepertinya cukong ini masih jeri karena pernah digulung habis semasa Sutanto menjabat Kapolda Jawa Timur tiga tahun lalu. Prayit juga ingat, masa-masa itu menjadi era hitam bagi dunia perjudian Surabaya, karena, "Tak peduli cukong kecil atau besar, semua dilibas."
Bos judi Kota Buaya memang tengah melambatkan putaran roda kegiatan haramnya pasca-keputusan Presiden menjadikan Jenderal Sutanto sebagai Kapolri. Mereka kini menunggu apa yang bakal dilakukan komandan korps baju cokelat itu.
Sebutlah Binawan, kita panggil saja begitu, seorang toke judi di Surabaya. Ia memilih mengurangi frekuensi operasi judi ketangkasan yang dijalankannya di sebuah mal. "Tunggu dululah, seperti apa gebrakannya," ujar tangan kanan seorang bos judi di Surabaya Timur ini.
Faktor Sutanto agaknya serius diperhitungkan mafia judi Tanah Air. Sepak terjangnya menebas aneka perjudian selama menjabat Kapolda Sumatera Utara dan Jawa Timur terlalu berat untuk diabaikan. Kepada Tempo yang mewawancarainya dua pekan lalu, Sutanto menegaskan tekadnya untuk tak mau kompromi dengan perjudian. "Undang-undang sudah melarang, ya kita akan bertindak !"
Tidak aneh, bahkan sejak ada tanda-tanda dia bakal melesat ke kursi tertinggi kepolisian, para cukong judi sudah enggan menawar risiko. Seorang pemilik tempat hiburan kelas atas di kawasan Jakarta Barat memilih menutup gerai judinya sejak sehari sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan nama Kapolri baru. Dia mengatakan penutupan itu berkaitan langsung dengan terpilihnya Sutanto. Dia juga mengaku seorang pejabat di Mabes Polri telah memintanya "istirahat".
Sampai kapan cuti akan berlangsung? "Mungkin sampai enam bulan ke depan, sampai kami mengetahui sikap Sutanto," ujar Dudi, sebuah nama samaran, kepada Wahyu Muryadi dari Tempo. Dudi adalah seorang bandar judi ketangkasan di kawasan Kota, Jakarta Barat. Rentang waktu enam bulan itu agak istimewa. Sebab, kata Dudi, biasanya mereka hanya istirahat dua atau tiga bulan jika terjadi pergantian pejabat kepolisian.
Sumber lain yang dekat dengan kalangan cukong judi membenarkan situasi ini. Kepada Muhamad Nafi dari Tempo, dia memastikan pusat judi besar di Jakarta hampir semuanya berhenti operasi. Meski demikian, masih ada satu-dua yang nekat buka pintu. Dia mencontohkan arena perjudian yang menggelar kegiatannya di sebuah ruko di Jakarta Barat. "Yang 107 itu masih beroperasi," katanya menyebut nomor sebuah rumah toko.
Tak semua aktor judi memilih tiarap. Bagaimanapun, judi bukanlah sebuah industri ecek-ecek. Uang ratusan miliar rupiah berputar tiap malam dalam bisnis yang jualan utamanya berupa iming-iming kaya mendadak ini. Sebuah sumber menengarai omzet perjudian di sebuah pusat bisnis di kawasan Mangga Dua, Jakarta Pusat, saja bisa mencapai Rp 10 miliar tiap malam. Dari angka itu seorang big boss bisa meraup 50 persennya. Siapa yang rela melewatkan keuntungan sebesar itu hanya karena faktor Sutanto?
Mereka yang nekat buka sebagian juga yakin bahwa duit bisa menggaransi kelanggengan bisnisnya. Di kawasan Rawalumbu, Bekasi, misalnya, seorang pengusaha jackpot tak begitu cemas dengan masa depannya. Dia sudah mendengar kabar bahwa Sutanto bukanlah sosok yang suka main-main dengan mafia judi. "Tetapi polisi itu kan jumlahnya banyak? Masih ada yang tetap mau terima uang koordinasi," ujar pengusaha yang memperkenalkan diri bernama Purba. Uniknya, dia punya saran kepada polisi jika serius ingin menghapus perjudian, yakni libas juga para bos judi kelas kakap. "Jangan hanya yang kecil-kecil."
Purba adalah salah satu pengelola permainan jackpot di Rawalumbu. Selain milik dia, masih ada belasan gerai jackpot lainnya. Masing-masing sekurangnya memiliki lima buah unit mesin komputer permainan. Saat didatangi pada Kamis malam pekan lalu, kegiatan perjudian berjalan seperti biasa di sana. Begitu juga yang terpusat di sekitar terminal Bekasi. Reta, salah seorang operator di sana, mengungkapkan bahwa untuk urusan keamanan semua sudah diurus bosnya.
Hal serupa juga terlihat di Semarang dan Batam, yang kondang sebagai surga judi di luar Jakarta. Tengoklah sebuah gedung tua berwarna pink di Jalan Hasanuddin, Semarang, yang bagi warga di sana biasa disebut Lipstik. Panggilan itu diambil dari nama panti pijat dan karaoke yang sebelumnya beroperasi di sana. Kini Lipstik menyulap dirinya menjadi pusat judi jackpot di kota lumpia itu.
Tempo, yang memasuki Lipstik pekan lalu, mendapati ratusan mesin jackpot di lantai satu masih aktif. Puluhan penjudi tengah asyik mempertaruhkan impiannya pada mesin dingdong. Suasana remang-remang yang menyelimuti ruangan itu akan dipancarkan puluhan gadis muda yang menemani pengunjung bertaruh. "Omzet per hari di sini mencapai ratusan juta, Mas," ujar seorang petugas di sana.
Jika lagi tak mood main jackpot, petaruh boleh naik ke lantai dua tempat rolet dan ketangkasan bola digelar. Hendro, seorang preman di sekitar lokasi itu, mengungkapkan bahwa naiknya Sutanto tak berpengaruh apa-apa pada keramaian Lipstik. Semakin hari, kata dia, pengunjung kian ramai.
Sementara di kawasan Nagoya, Batam, pegiat judi masih bisa main judi sie jie, bola pingpong, dan jackpot. Di sebuah pusat jajanan di sana, misalnya, pengunjung bisa menikmati makanan seraya menyimak layar televisi yang menayangkan pengocokan nomor undian lewat bola pingpong. Mereka yang menang akan dihampiri seorang perempuan belia untuk mengurus duit kemenangannya.
Sepertinya tekad Sutanto untuk menggulung perjudian bakal menuntut napas panjang. Mafia judi mempunyai seribu cara untuk bertahan. Mereka bisa mengubah modus kegiatannya. Di Surabaya, menurut seorang intel polisi, para cukong judi mengalihkan kegiatannya ke kompleks perumahan mewah yang tertutup. Kendaraan tamu langsung menuju tempat parkir di dalam sehingga tak terlihat dari luar.
Cara lain lama yang ampuh tetap dipakai: main sogok. Yang terakhir ini bakal menguji keteguhan setiap hamba wet di lapisan mana punbahkan mungkin Sutanto sendiri.
Terbetik kabar para bos besar perjudian di Jakarta sudah menyiapkan duit puluhan miliar rupiah untuk melobi Tanto. Duit itu diperoleh dari saweran di antara mereka, masing-masing Rp 5 miliar. Seorang sumber menyebut saweran itu semula digunakan untuk menjegal Sutanto selama proses pemilihan Kapolri. "Namun sekarang justru sebagai biaya untuk melobi Sutanto," katanya.
Dari Jawa Timur diperoleh informasi serupa. Seorang sumber yang dekat dengan kalangan perjudian menyatakan para cukong besar di sana bahkan berhasil mengumpulkan dana Rp 3 triliun.
Kamis pekan lalu Sutanto sudah resmi dilantik sebagai Kapolri. Reputasinya kini kembali diuji dalam menghadapi mafia judi, yang tak gampang menyerah. Dengarlah tekad seorang bandar judi di pinggiran Jakarta yang ditemui Tempo pekan lalu. "Iris kuping saya kalau judi bisa habis diberantas!"
Tulus Wijanarko, Nurlis Meuko, Siswanto, Kukuh S. Wibowo (Surabaya), Sohirin (Semarang), Rumbadi Dalle (Batam)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo