Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tongseng dan Wedang Sebelum ke Panggung

Jokowi dan Prabowo bersiap khusus menghadapi debat. Bukan sekadar duel konsep.

16 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di belakang panggung Balai Sarbini, malam itu, Joko Widodo meluruskan kakinya melepas penat seraya berbincang dengan Jusuf Kalla. Itulah jeda terakhir dalam debat perdana calon presiden dan wakil presiden Indonesia pada Senin dua pekan lalu. Di televisi, jeda lima menit itu diisi iklan kampanye. Tapi, di Balai Sarbini, Jakarta Selatan-lokasi debat-rehat pendek ini hangat oleh perang yel-yel pendukung dua pasangan calon presiden dan wakil presiden: Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Di sesi terakhir debat bertema pembangunan demokrasi dan penegakan hukum itu, Zainal Arifin Mochtar, Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gadjah Mada, yang menjadi moderator, meminta kedua calon presiden memberi pidato penutup. Prabowo memilih gaya orasi. Dia menyatakan akan bekerja keras menyelamatkan kekayaan nasional. "Sehingga demokrasi yang kita perjuangkan adalah demokrasi produktif dan memberikan kemakmuran, dan bukan demokrasi wani piro," kata Prabowo.

Jokowi mengambil cara yang lebih familial untuk menutup pidatonya. Dia berterima kasih atas dukungan keluarganya dan keluarga Jusuf Kalla. Dan ia menyebut secara khusus dua perempuan istimewa dalam hidupnya: Sujiatmi Notomiharjo, ibunya; dan Iriana, istrinya, yang dia nikahi 27 tahun lampau.

Debat kedua pun telah dilangsungkan pada Ahad, 15 Juni, dengan topik ekonomi dan kesejahteraan. Jokowi dan Kalla memilih cara debat santai tapi serius. Sekretaris tim sukses kubu Jokowi, Andi Widjajanto, mengatakan gaya ini dipilih karena Gubernur Jakarta nonaktif itu ingin berdebat dengan gaya apa adanya. "Saya sukanya lugas, tak basa-basi," ujar Jokowi.

Meski begitu, persiapan debat dilakukan jauh hari. Karena jadwal padat, penajaman materi dilakukan tim ahli di sela waktu yang ada. Misalnya dalam perjalanan kampanye. Dikoordinasi Muhammad Prakosa, Menteri Kehutanan di zaman kepresidenan Megawati Soekarnoputri, tim ahli Jokowi dibagi sesuai dengan bidangnya. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Maruarar Sirait, misalnya, menangani teknis debat. Dua hari sebelum debat perdana, pendalaman materi dilakukan di Jalan Subang, Jakarta Pusat.

Main futsal adalah cara Jokowi menyegarkan fisik sebelum naik panggung. Bersama pengawalnya, dia berfutsal di Rawamangun. Pulang ke rumah di Jalan Sawo-rumah sewanya di Menteng, Jakarta Pusat, setelah nonaktif sebagai gubernur-menu khusus pesanan Jokowi sudah menanti. Semuanya serba kambing: tongseng, sup, dan nasi goreng.

Soal busana diserahkan ke tangan Samuel Wattimena-perancang senior dan karib Megawati. Hasilnya? Jokowi dan Kalla muncul dalam pantalon dan jas yang formal-elegan. "Selain ada presidential look-nya," kata Jokowi. Persiapan lain adalah melatih pidato pembuka, ketepatan waktu, intonasi, dan interaksi Jokowi-Kalla. Simulasi akhir dilakukan di satu rumah di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Rosianna Silalahi, mantan Pemimpin Redaksi SCTV, memandu simulasi ini. "Tugasnya kurang-lebih membantu Pak Jokowi secara teknis berhadapan dengan stage," ujar Rosi.

Persiapan serupa terjadi di kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Tim sukses kubu ini mengevaluasi tampilan perdana pasangan mereka dan mencatat titik-titik lemah yang perlu dibereskan. Rabu pekan lalu, evaluasi dibuat di Rumah Polonia, Jakarta Timur. Fuad Bawazier, juru bicara tim sukses, menyatakan Prabowo tak rileks dalam tampilan perdana. Itu terlihat terutama ketika volume dan intonasi suaranya sempat meninggi saat merespons isu hak asasi manusia. "Kalau beliau tenang, poin-poin bisa disampaikan dengan jelas," kata Fuad.

Walhasil, sejumlah catatan teknis pun disiapkan, termasuk mengubah pilihan kata dan gaya bahasa. Juga wanti-wanti agar tak melontarkan pertanyaan menyerang. Juru bicara lainnya, Didik Rachbini, menegaskan, di luar hal-hal teknis, tak ada persiapan khusus. Menurut Didik, Prabowo dan Hatta sudah terbiasa dalam seleksi seperti ini. Prabowo berasal dari keluarga begawan ekonomi, sementara Hatta sudah terlatih lama di dunia pemerintahan. Maka ini urusan memoles belaka. Dan, "Hanya sedikit tambahan," ujar Didik.

Prabowo sendiri memilih bercakap soal bagaimana menyiapkan stamina agar lebih rileks. Selain menjaga kebugaran dan kesehatan dengan makan-minum teratur, mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ini mulai mengurangi kopi. Sebagai ganti, dia memilih wedang jahe dan menjaga pola tidur yang baik. Mengutip Prabowo, "Selebihnya tidur, agar segera bangun dari mimpi."

Agustina Widiarsi, Ananda Teresia, Muhammad Muhyiddin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus