Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terhitung sejumlah unjuk rasa di berbagai daerah menolak harga BBM naik sejak 29 Agustus lalu. Salah satunya adalah PB HMI menuntut pemerintah agar dapat memberantas mafia di sektor minyak, gas (migas), dan pertambangan dengan melakukan penegakan hukum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini juga mereka lakukan karena melihat kondisi yang memungkinkan akan mengorbankan kondisi ekonomi rakyat, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Unjuk Rasa Tolak Harga BBM Naik
Jauh sebelum ini, unjuk rasa karena rencana BBM naik sudah seringkali terjadi. Berikut merupakan kumpulan unjuk rasa yang pernah terjadi di Indonesia, yang disarikan dari sumber dan data Tempo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun 2008
Di tahun ini, ribuan massa dari berbagai elemen telah menolak kenaikan BBM. Saat itu, titik poin kawasan yang dipenuhi ialah di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta. Kondisi ini membuat arus lalu lintas. Dari pantauan Tempo, sekitar 1000 pengunjuk rasa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim (KAMMI) melakukan long march dari Bundaran Hotel Indonesia ke Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara.
Koordinator KAMMI, Syahrul menyatakan menolak kenaikan bahan bakar minyak. ''Kebijakan harus berpihak kepada rakyat kecil,'' katanya di lokasi demo. Gerakan ini dilakukan dengan membentuk barisan yang panjangnya hingga 100 meter sambil membawa. spanduk yang dibawa pendemo bertuliskan: BBM Naik SBY-JK turun; Kenaikan harga BBM bukanlah kebangkitan nasional.
Tahun 2012
Tahun 2012 dinilai sebagai demonstrasi besar-besaran yang dilakukan serentak di 33 Propinsi dan 340 Kabupaten atau Kota. Kegiatan ini terkonsentrasi langsung di ibu kota Propinsi kabupaten dan beberapa aksi dilakukan juga di berbagai kantor kecamatan dan desa.
Sementara dalam catatan Tempo, kepolisian Daerah Metro Jaya memperkirakan jumlah demonstran meningkat dua kali lipat, yang sebelumnya diperkirakan hanya mencapai 4000 orang. Massa terbesar dari gerakan unjuk rasa ini dilingkupi oleh para buruh, petani, nelayan, PKL, Mahasiswa dan simpatisan dari partai oposisi saat itu PDIP dan Gerindra.
Pada aksi ini, massa menuntut setidaknya tiga tuntutan. Pertama tentunya menolak kenaikan BBM, lalu ada juga nasionalisasi aset tambang dan migas. Terakhir dengan tujuan menurunkan Presiden dan Wakilnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono.
Adapun demonstrasi yang berakhir ricuh, tepatnya di pertigaan Jalan Solo, Yogyakarta. Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga sampai membakar tiga ban dan satu buah boneka replica berbentuk babi dengna tulisan ‘Babiyono’. Alhasil, tujuh mahasiswa ditangkap dan satu polisi dilarikan ke rumah sakit.
Tahun 2013
Selanjutnya pada 2013 tercatat belasan demonstrasi telah terjadi dengan misi menolak kenaikan BBM. Titik demonstrasi secara masih dilakukan di daerah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.
Namun dari laporan Tempo demonstrasi terjadi juga di Kota Bandung, tepatnya di Gedung Sate Bandung pada 17 Juni 2013. Menurut Ketua Umum PC PMII Kota Bandung, Taufik Nurrohim massa yang berdemonstrasi bertepatan dengan puncak rapat Paripurna DPR dengan harapan agar peserta sidang Paripurna tergerak hatinya menolak kenaikan BBM, tidak terjebak kotak-kotak koalisi
Terlebih mereka meminta para DPR untuk menolak perubahan APBN 2013 yang menjadi kunci kenaikan harga BBM. Sejumlah kelompok menilai bahwa pemerintah mempriotaskan bahan untuk ekspor, bukan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Alhasil mereka pun mengkritik kedaulatan energi di Indonesia dengan penguasaan 70 persen sumur minyak dan gas oleh perusahaan asing.
Kelompok itu mengkritik tidak adanya kedaulatan energi di Indonesia dengan penguasaan 70 persen sumur minyak dan gas oleh perusahaan asing. Itulah yang menjadi sebab produksi minyak mentah diprioritaskan untuk ekspor, bukan untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri.
Tahun 2017
Demonstrasi penolakan kenaikan BBM tahun 2017 dinamakan Aksi Bela Rakyat 121. Aksi ini diikuti langsung oleh Badan Eksekutif Mahasiswa se Jabotabek, yang berkumpul di depan Istana di kawasan Jalan Merdeka Barat dengan membakar ban. Adapun 30 Mahasiswa dari solo yang datang langsung ke Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo atau disebut Jokowi.
"Kami sengaja ikut aksi di Jakarta karena merasa ada janji Jokowi yang tidak sesuai waktu Pemilu," kata Ilham Akbar, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS).
Tujuan utama mahasiswa ialah meminta mengembalikan penetapan mekanisme BBM kepada pemerintah dan menjamin terpenuhinya BBM bersubsidi seluruh SPBU. Selain itu, mahasiswa juga menuntut untuk mencabut PP no 160 tahun 2016 tentang kenaikan tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pengurusan SNTK dan BPKB, serta menolak kenaikan tarif dasar listrik golongan 900 watt.
Tahun 2018
Ada yang menarik dari demonstrasi di tahun ini, salah satunya ketika mahasiswa melakukan aksi dorong motor dan melakukan demonstrasi di kantor Marketing Region Divre Jawa Barat PT Pertamina di Bandung.
Laporan Tempo mencatat bahwa para mahasiwa mengecam keputusan pemerintah yang telah menaikan harga BBM jenis pertalite. Maka dari itu, mereka menuntut juga agar pasokan BBM agar jumlahnya ditambahi yang sebelumnya dibatasi.
Demo mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Pembela Rakyat (Amper) di Kota Banda Aceh diikuti ratusan orang. Sama seperti di Bandung, mereka melakukan aksi dorong sepeda motor mulai dari bundaran simpang lima pusat kota menuju kantor Pertamina.
FATHUR RACHMAN
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.