ADA beberapa yang luka. Tapi tak ada korban jiwa. Berkelahi
mungkin sudah menjadi bagian masa remaja -dalam pertandingan
olahraga, misalnya. Dan itulah pula yang terjadi dalam
pertandingan voli antara STM Gautama dengan SMAN VI, Jakarta,
Selasa dan Rabu pekan lalu. Anak-anak STM itu merasa
tersinggung, karena "sudah kalah diejek pula." Anak-anak SMA,
sebaliknya merasa "diserang duluan, dan mereka brengsek,
colek-colek cewek kita."
Dasar remaja, beberapa hari kemudian suasana tenang kembali.
"Namanya anak-anak. Masih terlalu terbawa emosi," kata Soebandio
SH, Wakil Direktur SMAN VI kepada TEMPO "Tapi sekarang sudah
selesai. OSIS kedua pihak sudah saling bertemu, sudah berjanji
tak akan mengganggu ketertiban masyarakat."
Tapi di Medan, peristiwa Kamis minggu terakhir September lalu di
SMAN I sampai hari ini masih ditangani pihak kepolisiam Memang
bukan sekedar perkelahian anak-anak biasa. Sebab terd-ngar pula
suara "dor" sampai lima kali -- dan sebuah pistol colt 38, juga
sebuah ciss kaliber 22 berhasil disita polisi. Lebih lagi Ny.
Husna Muriyati, karyawan Bank Indonesia Cabang Medan yang waktu
itu kebetulan berada di Jl. Teuku Cik Ditiro, jalan yang dihuni
SMAN itu, menjadi sasaran tak disengaja dor-dor itu -- dan
terpaksa masuk rumah sakit.
Peristiwa nampaknya bermula dari kelas II IPA/4--yang kebetulan
siswanya "semua cap lonceng, tak ada ceweknya," kata Hendra
Yusuf, ketua kelasnya, anak Letkol Yusuf anggota DPRD Sum-Ut.
Menurut ketua kelas tersebut, kejadian bermula sekitar Agustus
lalu. Kelas itu menerima seorang murid baru pindahan dari SMA VI
Jakarta. "Dia sok. Mentang-mentang dari Jakarta," katanya.
Zainal Abidin Siregar, 18 tahun, anak baru di II IPA/4 itu,
sudah sejak masuk ke situ sering berkelahi. Terakhir--yang
mengawali peristiwa Kamis siang--dia bergumul dengan Jonni
Simangunsong teman sekelasnya. Sehari sebelum ada "dor", kepala
sekolah sudah mencoba mendamaikan mereka. Bahkan Zainal diminta
menghadapkan orangtua atau walinya untuk menyelesaikan soal
tersebut.
Dia benar menghadap kepala sekolah hari itu, 27 September,
bersama dua orang muda yang diaku sebagai walinya (orangtua
Zainal sendiri di Jakarta). Tapi teman-temannya tahu benar bahwa
dua orang muda tersebut anggota kelompok KORDOPA--nama radio
non-RRI di Jl. Sriwijaya, Medan. Maka, meski perdamaian sudah
disetujui di depan drs Sinaga, kepala sekolah, begitu keluar di
halaman perkelahian tak bisa dihindari.
Karena pihak Zainal hanya bertiga sementara lawan mereka hanyak,
salah seorang "wali" Zainal tiba-tiba mengeluarkan sepucuk
pistol. Dengan pistol di tangan, mereka bertiga selamat masuk ke
mobil Fiat 131 oranye yang diparkir di jalan. Tapi justru waktu
itulah mulai terjadi baku tembak,--dan Ny. Husna menjadi korban
peluru salah alamat. Pihak mana yang mulai terlebih dahulu,
masih dalam pengusutan.
Gabungan Anak Pejabat
Hari itu pula diadakan penggeledahan semua lokal SMA itu.
Beberapa siswa yang diduga tersangkut, ditahan-termasuk Aidil
Siregar, ketua OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) di situ.
Awal Oktober, Zainal yang menghilang ditemukan polisi di
Brastagi, sekitar 60 km dari Medan. Persamanya ditahan pula
Agam Singarimbun, anak Mayor Singarimbun, yang di hari peristiwa
tersebut mengemudikan Fiat 131 dan seorang pemuda lagi.
Kini, setelah Aidil dipulangkan karena hanya diminta
keterangannya, ada 11 orang ditahan di rumah tahanan Kampung
Durian. Termasuk 3 pemuda yang waktu peristiwa terjadi ada di
halaman sekolah, dan seorang anggota Resimen Mahasiswa USU Medan
-- kakak salah seorang pelajar yang ditahan yang diduga
melepaskan tembakan dari kompleks sekolah. Diduga pula dialah
yang empunya salah satu senjata api yang disita.
Kepada TEMPO Kadapol II Brigjen Montolalu menilai peristiwa itu
"bukan lagi kenakalan remaja. Tapi sudah merupakan kejahatan
yang harus ditindak tegas dan diajukan ke pengadilan." Dan yang
akan diusut bukan saja perkelahian tersebut, tapi juga pemilik
senjata apinya.
Kepala sekolah sendiri tak bersedia memberi komentar. Dari SMAN
VI, Jakarta, sekolah Zainal sebelum pindah ke Medan, didapat
keterangan bahwa Zainal "dikeluarkan tidak dengan hormat karena
sering membuat ribut." Wakil Direktur SMAN VI yang memberi
keterangan itu pun mengeluh: "Masyarakat memang sulit. Kalau
bekas anak sini bikin ribut, terbawa jelek juga sekolah ini."
Tapi tercatat, dalam waktu tiga tahun ini saja SMAN VI Jakarta
sudah terlibat tujuh kali perkelahian antar sekolah (dengan SMA
Pangudi Luhur, SMAN IX, SMAN III dan STM Penerbangan). Susahnya
kalau terlibat juga pemuda dari luar sekolah tersebut. Seperti
peristiwa Medan itu: diduga merupakan kelanjutan perkelahian dua
kelompok anak muda: KORDOPA yang sudah disebut dan GAP (Gabungan
anak Pejabat)--3 bulan sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini