ANAK anda mendapat nilai rendah dalam tes psikologi? Tak perlu
cemas. Tes yang kini populer itu ternyata tak diakui sendiri
oleh sejumlah sarjana psikologi sebagai "dapat menangkap
segala-galanya dari manusia." Ada sejumlah faktor lain yang
menentukan keberhasilan seseorang dalam hidup. Dan ada suatu
jenis tes yang kini belum dimasukkan dalam tes psikologi, yang
oleh Dr Utami Munandar dianggap penting. Tes kreativitas.
Itu semua diungkapkan dalam Simposium Sehari Mengenai
Inteligensi, Bakat dan Tes IQ, di Hotel Arya Duta Hyatt, Kamis
pekan lalu. Fakultas Psikologi UI bekerja sama dengan majalah
psikologi Anda dan PT Kalman Book Service mengadakan simposium
ini untuk mengisi Tahun Internasional Anak, sekaligus
memperingati 100 tahun laboratorium psikologi pertama di dunia:
Laboratorium Wilhelm Wundt, di Leipzig, Jerman Timur sekarang.
Pemilihan topik memang aktual. Beberapa penceramah (10 orang,
terdiri dari 9 sarjana psikologi dan seorang dokter) sempat
menuturkan meningkatnya minat masyarakat terhadap tes psikologi
atau yang umum dikenal sebagai psiko-tes. Tapi minat itu juga
disertai kesalahpahaman tentang tes tersebut. Banyak orang
mengira, mendapat nilai rendah dalam tes tersebut berarti tak
punya harapan untuk maju.
Menurut Ny. Ilsiana Jatiputra, sarjana psikologi UI 1968, tes
psikologi ada berjenis-jenis ada tes inteligensi, tes bakat, tes
kepribadian. Tapi, baik Ny. Ilsiana sendiri maupun yang
lain-lain--juga Ny. Saparinah Sadli, Dekan Fak. Psikologi UI
dalam sambutan--menekankan bahwa semua itu hanyalah sekedar
beberapa usaha untuk memperoleh gambaran yang bisa saja salah.
Tes psikologi bukanlah vonis bagi seseorang--walaupun, "hasilnya
dapat membantu memperoleh pengertian lebih baik dan mendalam
mengenai orang yang dites," tulis Ny. Sadli.
Doktor psikologi itu memberi peringatan: "Manusia sebagai
makhluk biososial dan spiritual tak pernah boleh, dan juga tak
dapat, diredusir menjadi ukuran kuantitatif belaka." Sebab dalam
kehidupan nyata banyak faktor lain -- misalnya: lingkungan,
motivasi, gangguan emosi --yang mempengaruhi prestasi
inteligensi maupun bentuk kepribadian seseorang sehingga
menyimpang dari hasil tes psikologinya.
Tentu saja tes psikologi tetap bisa dimanfaatkan. Contohnya
seperti yang diuraikan Ny. Ilsiana. Seorang ibu bingung, karena
anaknya yang duduk di kelas IV SD menurun prestasi belajarnya.
Padahal di kelas-kelas sebelumnya dia tergolong pandai. Tes
inteligensi menunjukkan anak itu tergolong berinteligensi
rata-rata. adi masih ada harapan. Dari tes kepribadian,
diketahui anak tersebut ternyata sangat takut kehilangan teman,
takut berbuat lain dari temantemannya. Dari hasil tes
inteligensi tersebut, juga diperoleh kemungkinan bahwa anak yang
hanya berinteligensi rata-rata itu diharapkan oleh guru atau
orangtuanya agar berprestasi tinggi. Dan kedua jenis tekanan
mental itu bisa membuat si anak tidak tenteram dan menurunlah
prestasi belajarnya.
Ny. Utami Munandar, yang memperoleh doktornya tahun 1977 dari
Fak Psikologi UI, mempersoalkan kenyataan: siswa-siswa yang dari
tes inteligensi diketahui mempunyai IQ (ukuran tingkat
kecerdasan) tinggi, ternyata tak selamanya sukses di sekolah
atau di masyarakat. Di Jerman, 1974, pernah diadakan penelitian
terhadap sejumlah anak yang demikian itu. Perkembangan mereka
diikuti selama 20 tahun. Hasilnya: tak semua dari mereka
berhasil mengembangkan karier. Banyak yang kemudian bekerja di
bidang pekerjaan yang tak mencerminkan dibutuhkannya IQ tinggi,
misalnya: tukang kebun, tukang kayu, juru tik.
Dengan mengutip Guilford, seorang ahli psikologi Amerika
Serikat, Ny. Munandar mengatakan tes inteligensi h anyalah tes
untuk mengukur kemampuan seseorang menjawab atau menyimpulkan
secara logis persoalan yang diberikan. Sedang untuk mendapatkan
gambaran kemampuan seseorang sepenuhnya, masih dibutuhkan jenis
tes lain yang disebut tes kreativitas. Tes yang belakangan ini
untuk mengetahui kemampuan memberikan macam-macam alternatif
pada sesuatu problim.
Membentur Suami
Memang benar ada hubungan erat antara inteligensi dan
kreativitas. Seseorang dengan inteligensi rendah susah
diharapkan kreatif. Tapi yang berinteligensi tinggi juga belum
tentu. Padahal, kemampuan kreatif itulah justru yang sering
membantu orang keluar dari rnasalah.
Sejumlah ahli psikologi Barat mengadakan riset tentang ini.
Sekelompok anak berinteligensi tinggi diminta memberikan
komentar terhadap gambar seorang pria yang duduk bahagia dalam
sebuah pesawat terbang. Mereka rata-rata berkata: orang itu baru
saja berhasil dalam sesuatu bisnis, dan bahagia membayangkan
pertemuannya kembali dengan anak isteri. Yang dari kelompok
kreativitas tinggi rnemberi komentar misalnya: orang itu bahagia
karena berhasil bercerai dengan isterinya yang suka sekali
memakai minyak rambut yang licin, sehingga sering kepalanya
tergelincir dari bantal dan membentur kepala suaminya. Dan kini,
orang itu sedang memikirkan minyak rambut yang anti selip.
Ternyata yang berkreativitas tinggi lebih bebas dalam
mengutarakan pendapat--juga banyak humornya. Dan anak yang
mempunyai kreativitas tinggi cenderung memilih karier yang tidak
konvensional, yang kadang menyimpang dari harapan guru atau
orangtua. Sedang yang berinteligensi tinggi cenderung memilih
pekerjaan konvensional.
Tahun 1977, Ny. Munandar pernah mengadakan riset terhadap
sejumlah guru dan orangtua murid SD dan SMP di Jakarta.
Hasilnya: para guru dan orangtua ternyata lebih menyenangi anak
yang berinteligensi tinggi daripada yang kreativitasnya tinggi.
Yang kemudian dlsayangkan Ny. Munandar: "Tentunya anak-anak
dengan kreativitas tinggi lalu tak mendapat dorongan baik."
Dengan begitu kesempatannya mengembangkan kreativitas jadi
terhambat.
Perhatian kepada simposium itu memang lumayam Sekitar 200
pendaftar terpaksa ditolak karena penyelenggara hanya membatasi
peserta sampai 300 saja. Sebagian besar terdiri dari ibu-ibu.
"Banyak gunanya simposium ini. Sekarang saya jadi tahu apa
gunanya psikotes itu," kata seorang ibu yang puteranya sudah
duduk di SMP. "Eh, ternyata hasil psiko tes rendah tak harus
dicemaskan," kata ibu yang lain. Sambungnya: "Tapi kalau sekolah
mengadakan psiko tes dan hanya yang berhasil yang diterima,
bagaimana ya?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini