RAPIM (rapat pimpinan) ABRI 1983, yang diselenggarakan selama
empat hari pekan lalu, agak berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya. Di masa lalu, beberapa kali rapim diadakan di
daerah, antara lain Pakanbaru, Ambon, Dilli, dan Bandung. Tahun
ini dipilih Jakarta, di Sasana Adiguna, Taman Mini Indonesia
Indah.
Menurut Pangab Jenderal L.B. Moerdani, sewaktu membuka rapim,
Jakarta dipilih karena banyaknya aspek yang menguntungkan,
misalnya fasilitas tempat, penginapan, angkutan, dan
perhubungan. "Dengan kata lain, untuk penghematan dan
efisiensi," ujar seorang pejabat Hankam.
Sebagian besar dari 146 peserta rapim tahun ini memang bertugas
di Jakarta, hingga alasan tersebut masuk akal. Namun, pemilihan
Jakarta sebagai tempat rapim tampaknya lebih mencerminkan
kesungguhan tekad pimpinan ABRI saat ini melakuka penghematan.
Mengapa ini dipandang perlu ?
Dalam laporannya kepada Presiden Soeharto tatkala menyampaikan
hasil-hasil rapim di Istana Negara Jumat lalu, Benny Moerdani
menyebut "kesadaran akan keterbatasan sumber daya dan skala
prioritas pembangunan." Mungkin hal inilah yang mendorong
lahirnya salah satu keputusan rapim: "membudayakan kesadaran
akan biaya dan menumbuhkan sikap hemat" dalam pencapaian sasaran
dan program utama ABRI.
Penghematan memang merupakan salah satu dari lima perintah
harian Pangab yang diturunkah seusai pelantikannya Maret lalu.
Dan Jenderal Benny tampaknya menjalankannya dengan ketat. Ia
sendiri memberi contoh. Dalam berbagai peninjauannya ke daerah,
misalnya, ia membawa rombongan kecil tanpa disertai rombongan
wartawan. Yang bakal terkena gerakan penghematan Benny tampaknya
juga peringatan Hari ABRI 5 Oktober: tidak akan ada lagi parade
besar-besaran seperti dulu. ''Di zaman Pak Jusuf dulu tujuan
peringatan besar-besaran adalah untuk meningkatkan kebanggaan
masyarakat pada ABRI. Tujuan itu kini dianggap sudah tercapai,"
kata seorang perwira tinggi.
Seorang pejabat teras Hankam melukiskan tekad penghematan ini
dengan sebuah amsal, "Kalau yang dibutuhkan cuma 20 jenderal,
ya tidak perlu ada 50 jenderal." Ia menunjuk salah satu calon
sasaran penghematan: kepolisian negara yang jumlah prajuritnya
dinilai berlebihan. "Mestinya, jumlah polisi tingkat prajurit
tak perlu mirip dengan struktur piramida Angkatan Darat,"
ujarnya. Keadaan yang sekarang ini, menurut dia, merupakan
akibat dari situasi masa lampau tatkala Polri disamakan
statusnya dengan angkatan lainnya.
Peningkatan efisiensi juga dianggap salah satu tantangan ABRI.
"Peningkatan ini akan dilakukan dengan memperbesar kadar
penggunaan teknologi. Untuk kepentingan admimstrasi, misalnya,
markas-markas besar akan bisa disederhanakan dan dijamin
keberhasilannya dengan penggunaan komputer," kata Letnan
Jenderal Bambang Triantoro, deputi KSAD.
Tema rapim tahun ini adalah "Dengan jiwa kejuangan dan
profesionalisme yang tinggi ABRI mensukseskan Repelita IV".
Menurut suatu sumber TEMPO, ini berkaitan dengan tugas yang
diemban Benny untuk menjembatani generasi 1945 dengan generasi
muda ABRI. "Pangab ingin meletakkan dasar yang kuat bagi pijakan
generasi ABRI yang akan datang," ujar sumber tersebut.
Meningkatkan sifat kejuangan, dalam arti mengutamakan
kepentingan negara, juga merupakan salah satu perintah harian
pertama Pangab Benny. Tiap kali mengunjungi suatu pusat
pendidikan ABRI, Jenderal Benny kabarnya selalu menanyakan ada
tidaknya departemen kejuangan di lembaga tersebut. "Dalam
kurikulum pendidikan ABRI sebelum ini memang sudah ada, tapi Pak
Benny ingin meningkatkan intensitasnya," kata sumber yang sama.
Pemilihan tema rapim ini dianggap tepat oleh Presiden. "Tanpa
jiwa kejuangan, kita akan kehilangan elan pembangunan. Tanpa
profesionalisme, kita akan sulit menjawab pembangunan
masyarakat modern," kata Kepala Negara pada pengarahannya kepada
para peserta rapim. Menurut Presiden, perpaduan antara keduanya
harus dikembangkan di segala bidang dan lapisan masyarakat untuk
menjawab tantangan pembangunan yang makm berat.
Salah satu tujuan Rapim 1983 adalah juga untuk memberi
penjelasan tentang pelaksanaan UU No. 20 Tahun 1982 tentang
Ketentuan- ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara. Akibat
undang-undang ini adalah dipecahnya upaya hankam dalam dua
lembaga: Departemen Hankam yang menjalankan fungsi departemental
dan Markas Besar ABRI yang memegang kendali operasional .
Dalam susunan organisasi baru itu, yang akan diumumkan dalam
waktu dekat, kabarnya akan ada tiga direktorat Jenderal dalam
Departemen Hankam: Perencanaan dan Anggaran, Personalia dan
Veteran, serta Logistik/ Materiil.
Sedang dalam Markas Besar, jumlah kepala staf akan tinggal dua:
Kepala Staf Operasi akan diganti menjadi Kepala Staf Umum,
sedang Kepala Staf Kekaryaan menjadi Kepala Staf Sosial dan
Politik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini