Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Dadah Siklon Dahlia

Siklon dahlia mulai menjauhi Indonesia, tapi BMKG menemukan dua bibit siklon tropis lainnya.

4 Desember 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kota Bandung pada Rabu pekan lalu dilanda angin kencang dari pagi hingga sore hari. Akibatnya, sejumlah papan reklame nyaris roboh. Di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, sedikitnya 10 pohon tumbang tersapu angin. Beruntung tak ada korban jiwa.

Sehari sebelumnya, di Yogyakarta, sebuah pohon beringin besar di kompleks kantor Gubernur DIY Kepatihan, yang diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun, mendadak roboh akibat terpaan angin kencang. Angin disertai badai juga terjadi di beberapa wilayah Indonesia lainnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia memang dikunjungi dua siklon tropis. Terakhir yang menerjang adalah siklon Dahlia. Siklon ini sempat membuat Pelabuhan Merak di Banten ditutup karena tingginya gelombang pasang air laut.

Beruntung, berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika pada Jumat lalu, siklon Dahlia sudah berada di Samudra Hindia sebelah selatan Jawa Tengah, atau sekitar 290 kilometer sebelah selatan barat daya Cilacap. Artinya, siklon ini mulai menjauhi Indonesia.

"Kecepatan angin maksimum 95 kilometer per jam dan bergerak ke timur tenggara," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, Jumat pekan lalu. Menurut Dwikorita, siklon Dahlia menimbulkan hujan sedang hingga lebat di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

"Siklon Dahlia juga membuat gelombang tinggi sekitar 2,5-4 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai hingga Bengkulu, Laut Jawa bagian tengah, perairan utara Jawa Tengah; 4-6 meter di perairan selatan Banten hingga Jawa Tengah; dan 6-7 meter di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah hingga Jawa Timur," ujarnya.

Sebelum siklon Dahlia datang, sudah ada siklon tropis lain yang menerjang Indonesia, yakni siklon Cempaka. Datangnya berdekatan. Bedanya, Dahlia terbentuk di daerah Samudra Hindia dekat Sumatera Selatan. Sedangkan Cempaka lahir di selatan Jawa dan bergerak menuju utara masuk ke arah Jakarta.

Dampak yang ditimbulkan siklon cempaka lebih dahsyat karena karakter keduanya memang berbeda. Siklon Cempaka terbentuk lebih dekat dengan daratan Indonesia ketimbang siklon Dahlia. Meski begitu, dua siklon tropis ini menyebabkan pohon tumbang dan banjir.

Lantas, apa itu siklon tropis? Juru bicara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, menjelaskan, siklon tropis adalah proses sirkulasi atmosfer yang memindahkan panas dari daerah khatulistiwa menuju garis lintang yang lebih tinggi.

Persyaratan terbentuknya siklon tropis adalah suhu permukaan laut sekurang-kurangnya 26,5 derajat Celsius hingga kedalaman 60 meter. Kondisi atmosfer yang tidak stabil serta memungkinkan terbentuknya awan kumulonimbus ikut meracik pembentukan siklon tropis.

Secara teknis, siklon tropis tumbuh akibat anomali suhu permukaan laut yang menghangat di perairan Indonesia. "Perbedaan tekanan pada atmosfer dan bumi juga menyebabkan terjadi siklon tropis," kata Hary, Sabtu pekan lalu.

Walau siklon Cempaka dan Dahlia sudah mulai menjauh, Dwikorita mewanti-wanti agar masyarakat tetap berhati-hati. Sebab, pada Jumat lalu, BMKG menemukan dua bibit siklon tropis lainnya, yakni bibit siklon tropis 93W dan bibit siklon tropis 97S.

Bibit siklon tropis 93W terpantau di Laut Andaman sebelah utara Aceh, dengan kecepatan angin maksimum 56 km per jam. Bibit siklon 93W bergerak ke arah timur menjauhi Indonesia dan intensitasnya diprakirakan stabil. "Bibit siklon ini juga memberikan dampak seperti hujan sedang hingga lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi," ucap Dwikorita.

Adapun bibit siklon tropis 97S terpantau di Samudra Hindia sebelah selatan NTT, dengan kecepatan angin maksimum 28 km per jam. Bibit siklon 97S bergerak ke arah barat daya menjauhi Indonesia. "Dampaknya, hujan sedang hingga lebat dan gelombang tinggi, intensitas bibit siklon tropis 97S diperkirakan meningkat dalam 24 jam," kata Dwikorita. AFRILIA SURYANIS


Mengapa Nama Bunga?

Indonesia adalah anggota Regional Association V Tropical Cyclone Committee (RA-V TCC), sebuah komite internasional di bawah Organisasi Meteorologi Dunia (WMO). Komite ini dibentuk saat sidang RA V-IX pada 1986 dan memutuskan pengoperasian pusat peringatan dini siklon tropis di seluruh dunia.

Dalam pertemuan ini disepakati bahwa Indonesia (BMKG) berkewajiban memberikan peringatan dini siklon tropis di daerah tanggung jawabnya, yaitu 90-125 derajatBT, 0-10 derajat LS. Penamaan siklon berbeda bertujuan untuk membedakan lokasi pergerakan awal bibit siklon yang terjadi.

Karena itu, menurut juru bicara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) BMKG Jakarta sudah membuat daftar siklon tropis yang melintasi wilayah Indonesia. Daftar itu dibagi menjadi dua, yakni list A dan B.

Jika list A sudah terpakai semua, dilanjutkan dengan list B. "Mengapa nama bunga? Agar memberikan kesan tidak seram di masyarakat. Sebab, dampak (siklon) sangat buruk, seperti angin kuat, hujan lebat, banjir, hingga longsor," kata Hary.

Sebelum siklon Cempaka dan Dahlia terbentuk, terdapat siklon Anggrek di perairan barat Sumatera (30 Oktober-4 November 2010) dan siklon Bakung di perairan barat daya Sumatera (11-13 Desember 2014).


Berikut ini daftar nama siklon list A dan B.

List A
Anggrek, Bakung, Cempaka, Dahlia, Flamboyan, Kenanga, Lili, Mangga, Seroja, Teratai.

List B
Anggur, Belimbing, Duku, Jambu, Lengkeng, Melati, Nangka, Pisang, Rambutan, Sawo.

Nama Pewayangan
Diberi nama bunga sebagai nama siklon agar terlihat netral dan tak terdengar menyeramkan.
Sebelum nama bunga, digunakan nama tokoh pewayangan.
Nama tokoh pewayangan memiliki sifat baik dan buruk sehingga dianggap tidak layak untuk nama badai.
Wewenang pemberian nama diatur BMKG dan Jakarta Tropical Cyclone Warning Centre.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus