Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Fosil Tertua Manusia Misterius Denisovans Ditemukan di Gua Siberia

Analisis DNA yang diekstraksi dari fosil Denisovan menunjukkan bahwa mereka mungkin pernah tersebar di seluruh benua Asia, Asia Tenggara dan Oseania.

2 Desember 2021 | 16.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan telah menemukan fosil tertua sampai saat ini—berusia 200.000 tahun ini—dari garis keturunan manusia misterius yang dikenal sebagai Denisovans. Bersama dengan itu, peneliti juga untuk pertama kalinya menemukan artefak batu yang terkait dengan kerabat manusia modern yang telah punah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertama kali diidentifikasi lebih dari satu dekade lalu, Denisovans—cabang pohon keluarga manusia yang punah—adalah kerabat terdekat manusia modern yang diketahui, bersama dengan Neanderthal. Analisis DNA yang diekstraksi dari fosil Denisovan menunjukkan bahwa mereka mungkin pernah tersebar luas di seluruh benua Asia, Asia Tenggara dan Oseania, dan mengungkapkan bahwa setidaknya dua kelompok berbeda Denisovan kawin dengan nenek moyang manusia modern.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelumnya, para ilmuwan baru menemukan setengah lusin fosil Denisovan, lima digali di Gua Denisova di Siberia, dan satu ditemukan di situs suci di Cina. Sekarang, ilmuwan telah menemukan tiga fosil Denisovan lainnya di Gua Denisova. Para ilmuwan memperkirakan bahwa mereka berusia sekitar 200.000 tahun.

“Menjadikan temuan Denisovan ini tertua yang pernah ditemukan. Sebelumnya, spesimen Denisovan paling awal yang diketahui berusia sekitar 122.000 hingga 194.000 tahun,” demikian tertulis dalam penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Ecology and Evoluion pada 25 November 2021.

Dalam studi baru, para peneliti memeriksa 3.791 sisa tulang dari Gua Denisova, dan mencari protein yang mereka tahu adalah Denisovan berdasarkan penelitian DNA sebelumnya pada garis keturunan yang punah. Di antara sisa-sisa ini, mereka mengidentifikasi lima tulang manusia. Empat di antaranya mengandung cukup DNA untuk mengungkapkan identitas mereka—satu adalah Neanderthal, dan tiga lainnya adalah Denisovan.

Berdasarkan kesamaan genetik, dua fosil ini mungkin berasal dari satu orang atau dari individu yang berkerabat. Penulis studi dari University of Vienna in Austria, Katerina Douka, menerangkan pihaknya sangat bersemangat dalam mengidentifikasi fosil Denisovan baru itu di antara lapisan tertua Gua Denisova.

"Kami secara khusus menargetkan lapisan ini di mana tidak ada fosil manusia lain yang ditemukan sebelumnya, dan strategi kami berhasil,” ujar Douka yang merupakan seorang ilmuwan arkeologi.

Para peneliti memperkirakan usia fosil Denisovan ini berdasarkan lapisan bumi tempat mereka ditemukan. Lapisan ini juga berisi banyak artefak batu dan sisa-sisa hewan, yang dapat berfungsi sebagai petunjuk arkeologi penting tentang kehidupan dan perilaku Denisovan.

Sebelumnya, fosil Denisovan hanya ditemukan berlapis-lapis tanpa bahan arkeologi semacam itu, atau dalam lapisan yang mungkin juga mengandung bahan Neanderthal. "Ini adalah pertama kalinya kami dapat memastikan bahwa Denisovans adalah pembuat sisa-sisa arkeologi yang kami temukan terkait dengan fragmen tulang mereka," kata Douka. 

Douka menerangkan, Denisovans yang baru ditemukan ini hidup pada masa ketika, menurut penelitian sebelumnya, iklimnya hangat dan sebanding dengan hari ini, di lokasi yang menguntungkan bagi kehidupan manusia yang mencakup hutan berdaun lebar dan padang rumput terbuka. Sisa-sisa hewan yang dibantai dan dibakar yang ditemukan di gua menunjukkan bahwa Denisovan mungkin memakan rusa, kijang, kuda, bison, dan badak berbulu. 

"Kami dapat menyimpulkan bahwa Denisovans beradaptasi dengan baik dengan lingkungan mereka, memanfaatkan setiap sumber daya yang tersedia bagi mereka," tutur Douka.  

Artefak batu yang ditemukan di lapisan yang sama dengan fosil Denisovan ini sebagian besar adalah alat pengikis, yang mungkin digunakan untuk menangani kulit binatang. Bahan mentah untuk barang-barang ini kemungkinan berasal dari sedimen sungai tepat di luar pintu masuk gua, dan sungai itu kemungkinan membantu Denisovans ketika mereka berusaha berburu. "Titik strategis situs di depan sumber air dan pintu masuk lembah akan menjadi tempat yang bagus untuk berburu," kata Douka lagi.

Alat-alat batu yang terkait dengan fosil-fosil baru ini tidak memiliki padanan langsung di Asia utara atau tengah, namun memiliki beberapa kemiripan dengan barang-barang yang ditemukan di Israel yang berusia antara 250.000 dan 400.000 tahun yang lalu—periode yang terkait dengan perubahan besar dalam teknologi manusia, seperti penggunaan api secara rutin.

Studi baru menemukan bahwa Denisovans mungkin bukan satu-satunya penghuni gua saat itu. Tulang karnivora seperti serigala dan anjing liar menunjukkan bahwa Denisovan mungkin secara aktif bersaing dengan predator ini untuk memperebutkan mangsa dan mungkin gua itu sendiri. "Saat ini tim kami terus bekerja di Gua Denisova dan beberapa situs Asia lainnya,” ujar dia sambil menambahkan bahwa dirinya berharap dapat segera melaporkan beberapa hal baru yang menarik.

LIVE SCIENCE | NATURE ECOLOGY AND EVOLUTION

Baca:
Bukti Genetik Baru Ungkap Manusia Purba Menjinakkan Diri 

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.


Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus