Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Greenpeace dan Walhi Ragu Trem Otonom IKN Ramah Lingkungan, Produksi Baterainya Disebut Sumbang Emisi

Proyek trem otonom atau kereta tanpa rel di IKN sudah dibanjiri kritik sebelum uji cobanya. Dianggap tetap menghasilkan emisi dari hulu ke hilir.

1 Agustus 2024 | 19.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tampilan salah satu trainset Autonomous Rail Transit (ART) atau trem otonom yang akan meluncur di IKN tiba di Balikpapan. Trem otonom IKN merupakan armada buatan pabrikan Cina, yaitu Zuzhou Electric Locomotive Co Ltd dan Qingdao Sifang Co Ltd (Dok.Kementerian Perhubungan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Greenpeace Indonesia turut meragukan klaim ramah lingkungan dalam promosi proyek kereta otonom tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) di Ibu Kota Nusantara (IKN). Juru Kampanye Urban Justice Greenpeace Indonesia, Jeanny Sirait, mengatakan trem itu memang tidak berbasis bahan bakar minyak, namun rantai pasok produksinya tetap menghasilkan emisi karbon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Klaim penurunan emisi pada kereta otonom patut diduga tidak signifikan jika dinilai dari hulu sampai hilir," kata Jeanny kepada Tempo, Rabu, 31 Juli 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah sebelumnya mengklaim kereta otonom sebagai lompatan teknologi baru dalam dunia transportasi di Indonesia. Moda yang beroperasi dengan baterai ini bergerak mengikuti marka jalan yang sudah dilengkapi sensor. Sepur tanpa rel ini bakal diuji coba di IKN pada bulan ini, Agustus 2024.

Armada kereta atau rolling stock trem otonom sudah tiba di Balikpapan. Terdapat dua rangkaian kereta atau trainset, masing-masing terdiri dari tiga gerbong. Trem otonom bakal berputar melalui Jalan Sumbu Kebangsaan sisi barat dan sisi timur di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) IKN. Rangkaian kereta ini memiliki waktu tunggu atau headway selama lima menit.

Menurut Jeany, produksi baterai trem listrik itu juga menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih buruk dibanding emisi operasionalnya. Pasalnya, pabrikan baterai menggunakan banyak sekali ekstraksi bahan langka, seperti nikel dan lithium. “Dampak buruknya adalah penambangan yang intensif.”

Manajer Kampanye Tata Ruang dan Infrastruktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi), Dwi Sawung juga berpendapat senada dengan Jeany. Dia menganggap perencanaan kereta otonom IKN tidak matang. Pemerintah belum menjelaskan jenis konsumen yang disasar.

"Untuk memindahkan orang, keluarga, dan pembangunan saja sudah tinggi emisinya" kata Sawung pada 30 Juli lalu. "Kalau belum jelas, tidak bisa diklaim rendah emisi.”

Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, sebelumnya menyatakan trem otonom IKN akan melaju di jalan dengan marka khusus yang dibuat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR)

“Kerja sama dengan perusahaan Cina. Mereka memberikan layanan gratis, sementara kita menyediakan jalan, juga marka jalan,” kata Menteri Budi dalam keterangan resmi, Selasa, 30 Juli 2024.

Dalam masa pengujian, pemerintah menerapkan sistem tiket gratis yang akan berlaku hingga Desember 2024. Rangkaian kereta tanpa rel yang diboyong ke IKN adalah armada Norinco besutan CRRC Zuzhou Electric Locomotive Co Ltd asal Cina. Ada rangkaian lain yang juga datang dari Negeri Tirai Bambu, namun digarap oleh CRRC Qingdao Sifang Co Ltd.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus