Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Inovasi

14 Mei 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Analgesik dari Daun Jinten

Satu untuk semua. Asma, batuk, perut kembung, demam tinggi, luka atau borok, sakit kepala, epilepsi, dan sariawan cukup diobati dengan rebusan daun jinten saja. Demikian hasil penelitian dua mahasiswa Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Dwi Hastuti dan Woro Supadmi, yang berhasil meraih Juara Harapan I Lomba Karya Inovatif Produktif Tingkat Nasional 1999/2000.

Menurut Dwi dan Woro, air rebusan daun jinten (Coleus amboinicus lour) berkhasiat sebagai analgesik—dapat digunakan untuk mengobati rasa nyeri berbagai penyakit—karena mengandung minyak atsiri (0,043 persen) dan senyawa flavonoid. Untuk menentukan daya analgesiknya, mereka melakukan percobaan pada tikus. Adapun metode yang dipakai adalah uji geliat dengan rangsang kimia sebagai pembangkit rasa nyeri.

Caranya, tikus itu mula-mula diinjeksi cairan intra-peritonetal dengan senyawa yang dapat menimbulkan respons. Kemudian, ia diamati melalui lompatan dan kontraksi otot perut yang disertai tarikan kaki ke belakang. Dari uji coba itu, ternyata terbukti bahwa untuk setiap peningkatan dosis jinten, frekuensi geliat tikus semakin berkurang. Dengan kata lain, semakin banyak dosis infus diberikan, semakin meningkat pula efek analgesiknya.

Tapi, "Hasil ini masih perlu diteliti lebih lanjut untuk menguji toksisitas dan uji klinisnya sehingga bisa diteruskan sebagai bahan baku obat," kata Woro kepada L.N. Idayanie dari TEMPO.

Rambut Jagung Penurun Glukosa

DIABETES atau kencing manis adalah penyakit yang sulit disembuhkan secara total. Sepanjang hayat, penderita diabetes tetap harus menjaga supaya kadar gula di dalam darah (glukosa) tidak melebihi batas aman. Bila tidak, kadar glukosa bisa naik lagi dan penderita kolaps.

Ada beberapa cara untuk membuat tekanan gula dalam darah cenderung turun atau minimal stabil. Salah satunya, yang baru saja diteliti, adalah dengan rambut jagung. Cara ini merupakah temuan tiga sekawan dari SMU I Kudus, Ahmad Syaifuddin, Bastian Wiandany, dan Melissa Gracia. Temuan itu membuat mereka memenangi Lomba Rancang Bangun 1999, yang diadakan oleh PT Nynex Indonesia.

Dalam percobaan dengan tikus putih, terbukti rambut jagung berhasil menurunkan kadar glukosa dalam darah sampai 1,02 persen selama 30 menit pertama dan 3,22 persen setelah satu jam. Dari penelitian tersebut, para peneliti muda itu bahkan mengetahui pengobatan diabetes melalui rambut jagung lebih baik ketimbang pengobatan tradisional lainnya, meskipun mereka mengakui bahwa penelitian tersebut baru pada taraf praklinis dan belum mencapai uji klinis.

Ahmad mendapatkan idenya ketika melihat iklan makanan diet yang menampilkan gambar jagung. Dari situ ia menduga, jagung tentu mengandung kalori rendah. Ternyata ia benar. Berkat temuan itu, mereka bertiga berhak mewakili Indonesia dalam International Science and Engineering Festival 2000 di Michigan, Amerika, pada 7 hingga 13 Mei.

Suntikan Jamur untuk Tumbuhan

HAMA, baik berupa hewan maupun tumbuhan, merupakan musuh bebuyutan segala jenis tanaman. Guna menangkal hama, para petani biasa menggunakan insektisida serta obat-obatan antihama kimiawi lainnya. Hanya, obat antihama kimiawi semacam ini lama-lama bisa berbahaya bagi manusia sendiri dan sulit didaur-ulang.

Belakangan, para ilmuwan di Michigan Technological University menemukan alternatif yang lebih aman. Mereka menggunakan rekayasa genetis. Adapun yang direkayasa adalah jamur Ectomycorrhizal, yang biasa hidup di atas akar tanaman. Selama ini, Ectomycorrhizal dikenal sangat bermanfaat bagi tumbuhan karena membantu proses distribusi makanan dari dan ke akar. Dalam suatu proses simbiosis mutualisme, jamur ini juga mendapatkan makanan dari tumbuhan yang dihinggapinya.

Rekayasa genetis itu dilakukan dengan "menyuntikkan" gen jamur itu ke suatu tanaman. Jamur yang sudah "masuk" ke pohon kemudian memungkinkan aliran makanan melalui akar ke seluruh bagian tumbuhan, sehingga melindungi tumbuhan dari serangan hama dan serangga. Hama mustahil memotong jalur distribusi makanan karena jamur telah membentuk jaringan ke seluruh penjuru tanaman.

Menurut pimpinan proyek sekaligus pakar biologi molekuler, Dr. Gopi Podila, dengan rekayasa genetis jamur itu, tumbuhan dapat berkembang cepat dan tumbuh sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus