Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Biodiesel sebagai salah satu alternatif terbarukan untuk bahan bakar fosil, hadir dalam berbagai jenis yang dapat disesuaikan dengan berbagai kebutuhan dan kondisi lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenis-jenis biodiesel ini memberikan pilihan yang lebih luas bagi industri energi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya energi yang terbatas. Biodiesel dari minyak kelapa sawit menjadi salah satu bahan baku yang cukup produktif. Berikut adalah beberapa jenis biodiesel:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Biodiesel B20
Biodiesel B20 merupakan campuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen solar. Program pemerintah ini diberlakukan sejak Januari 2016 berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008.
Biodiesel B30 & B35
Biodiesel B30 adalah campuran 30 persen biodiesel dengan 70 persen solar. Program ini mulai berjalan pada Januari 2020 berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 2008.
Sejak Desember 2022 hingga Januari 2023, pemerintah Indonesia mulai mendorong transisi dari B30 ke Biodiesel B35 untuk digunakan oleh masyarakat luas. Komposisi B35 terdiri dari 35 persen biodiesel dan 65 persen solar, dan mulai digunakan oleh masyarakat umum per 1 Februari 2023.
Biodiesel B100
Biodiesel B100 adalah bahan bakar nabati untuk mesin diesel berupa ester metil asam lemak (fatty acid methyl ester atau FAME) yang dibuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi atau transesterifikasi.
Pilihan Editor: Manfaat Biodiesel dalam Pengembangan Energi Hijau