Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Korban wabah campak di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, semakin bertambah. Hingga Jumat, 14 September 2018, tercatat sudah ada 39 jiwa terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus measles ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut peneliti vaksin sekaligus guru besar dari Universitas Airlangga, Chairul Anwar Nidom, peningkatan tersebut bisa jadi karena peningkatan penyebaran virus. "Bisa karena kondisi lingkungan pancaroba yang memudahkan anak-anak terserang flu. Batuk pilek merupakan kondisi yang memudahkan masuknya virus measles rubella (MR)," ujar Nidom, saat dihubungi Tempo melalui pesan pendek, Jumat. "Tanda-tanda awal campak juga demam, batuk, dan pilek."
Campak dan rubela merupakan infeksi virus menular yang dapat dicegah oleh vaksin dan dikenal dengan ruam merah yang khas. Selain itu, kata Nidom, kondisi anak-anak yang lemah, bisa karena makanan kurang atau tidak sesuai, dapat membuatnya tertular campak. Lemahnya kondisi juga bisa karena cakupan imunisasinya rendah.
"Pola penyebarannya melalui kontak, kena serpihan ingus atau batuk, mirip dengan virus flu," tutur Nidom. "Agar tidak saling menulari, anak-anak tidak perlu dulu saling kontak. Jika perlu, daerah kondisi luar biasa (KLB) meliburkan sekolah dan anak-anak beristirahat."
Nidom juga menyarankan gizi makanan anak-anak di daerah tersebut diperbaiki. Dalam waktu seminggu, dia menambahkan, anak-anak sudah sembuh. Perhatian penuh dari orang tua juga akan mempercepat penyembuhan.
"Kemudian untuk mencegah MR berikutnya ditingkatkan melalui cakupan imunisasinya," ucap Nidom, yang juga pendiri Professor Nidom Foundation.
Simak kabar terbaru tentang wabah campak hanya di kanal Tekno Tempo.co.