Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Melalui Twitter resminya pada 26 Mei 2023, Neuralink membagikan bahwa mereka telah menerima persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) terkait pelaksanaan studi klinis manusia untuk pertama kalinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Neuralink akan segera membuka rekrutmen uji klinis guna menciptakan teknologi yang diklaim dapat membantu banyak orang. Sebelumnya, perusahaan milik Elon Musk ini menggunakan hewan untuk serangkaian eksperimen terdahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari reuters.com, salah seorang karyawan Neuralink sempat berkata bahwa perusahaan itu terburu-buru dan merusak operasi pada monyet, babi, maupun domba sehingga mengakibatkan kematian hewan lebih banyak daripada yang diperlukan. Musk terlalu menekan kinerja staf agar bisa cepat mendapat izin FDA untuk uji coba pada manusia.
Terlepas dari kontroversi eksperimen implan otak yang telah membunuh lebih dari 1.500 hewan sejak 2018, kemajuan pesat Neuralink disambut antusias oleh dunia internasional. Selama 7 tahun terakhir, Musk telah berupaya mengembangkan cip komputer yang dapat ditanamkan ke otak dan memantau aktivitas neuron—sel saraf yang mengirim pesan ke berbagai area otak.
Singkatnya, menurut situs resmi Neuralink di neuralink.com, misi utama mereka adalah membuat antarmuka otak yang tergeneralisasi (generalized brain interface) dan membuka lebih luas potensi otonom manusia di masa depan, terutama bagi mereka yang memiliki hambatan motorik (seperti kelumpuhan atau kebutaan).
Antarmuka otak-komputer (brain-computer interfaces atau BCI) diklaim memiliki potensi untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Saat ini, Neuralink berfokus untuk memberi orang dengan quadriplegia (kelumpuhan lengan dan tungkai) kemampuan mengontrol komputer dan perangkat seluler dengan pikiran mereka. Jauh di masa mendatang, Neuralink bahkan berharap bisa memulihkan fungsi penglihatan, motorik, ataupun bicara seseorang yang telah rusak.
Cara Kerja BCI Neuralink
Benang implan BCI yang menyatukan lebih dari 3.000 elektrode ditanamkan sepenuhnya ke dalam otak manusia menggunakan bantuan robot bedah secara andal, tepat, dan efisien. Dengan begitu, komputer memungkinkan untuk mengakses informasi yang tersimpan jauh di dalam otak, kemudian mengunduh informasi tersebut.
Melansir dari thequint.com, BCI merekam sinyal listrik dari neuron yang ada di korteks motorik, lalu mengirimkan sinyal ke komputer yang selanjutnya menampilkan teks. BCI tidak merekam pikiran, melainkan rencana tindakan otak terkait gerakan seperti gestur jari, kaki, atau mulut. Itu karena korteks motorik tidak bertanggung jawab untuk berpikir, tetapi hanya mengatur instruksi gerakan. Dengan demikian, elektrode berusaha merekam rencana motorik di berbagai bagian otak seperti sensorik, linguistik, maupun kognitif.
Contoh BCI yang sudah ada saat ini adalah susunan Utah yang ditanamkan di otak Nathan Copeland. Ia memiliki tangan robotik yang mampu merasakan sensasi sentuhan. Ini berkat BCI yang merangsang otak Copeland dengan arus kecil untuk menghasilkan sensasi dengan bantuan elektrode di korteks sensorik untuk merangsang daerah “tangan” di otak.
Musk lebih lanjut menjelaskan bagaimana BCI dapat digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan ambisius telepati manusia. Teknologi semacam itu dapat membantu umat manusia berhasil dalam perang melawan kecerdasan buatan. Walau demikian, menurut insinyur saraf Giacomo Valle dari Universitas Chicago, teknologi ini belum sampai kepada kemampuan untuk membaca pikiran. Jumlah informasi yang bisa diterjemahkan dari otak masih sangat terbatas.
Polemik Etika Sains
Setiap penemuan baru pasti tak lepas dari masalah etika yang menyertainya. Pada kasus BCI Neuralink, Valle mencontohkan konsekuensi pelanggaran privasi ketika ada data terkait dengan pemikiran seseorang. Selain itu, kurang meratanya implementasi BCI karena biaya yang mahal mungkin akan memperburuk ketidaksetaraan sosial.
Ini juga berhubungan dengan kematian hewan yang telah disebutkan sebelumnya. Menanam cip seperti BCI di otak hewan dengan tujuan akhir untuk digunakan manusia dianggap memiliki beberapa masalah medis, hukum, dan etika.
Dalam sebuah video 2021 lalu, Neuralink menunjukkan seekor monyet yang memainkan video game hanya dengan pikirannya. Menurut perusahaan, monyet tersebut mengelola performa BCI yang luar biasa tanpa mengubah satu pun sifat dari dirinya.
Akan tetapi, seiringan dengan itu, dilaporkan kekerasan hewan termasuk sejumlah kematian monyet akibat eutanasia (tindakan mengakhiri nyawa dengan sengaja). Belum lagi kasus malpraktik kebocoran lem tengkorak “BioGlue” yang menimbulkan pendarahan di otak monyet hingga membuat hewan tersebut muntah parah dan luka kerongkongannya.
Neuralink sebagai gantinya menerbitkan pernyataan tentang perlakuan “manusiawi dan etis” terhadap hewannya, termasuk beberapa kematian yang berkaitan dengan eksperimen mereka. Perusahaan itu mencatat dua hewan dieutanasia ketika hendak mengumpulkan data histologis penting, sedangkan enam hewan dieutanasia atas saran medis dari staf dokter hewan.
SYAHDI MUHARRAM