Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Paus Sperma Telan Plastik, WWF: Alam Butuh Solusi dari Hulu

emuan paus sperma yang menelan hampir enam kilogram sampah plastik menyakitkan kalangan yang peduli pada konservasi dan lingkungan.

27 November 2018 | 07.25 WIB

Seorang pria mengamati bangkai paus yang terdampar dengan plastik di dalam perutnya di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin, 19 November 2018.  Isi perut bangkai paus sperma (Physeter macrocephalus) yang ditemukan terdampar di Pulau Kapota ini berisi sampah plastik. REUTERS/KARTIKA SUMOLANG
Perbesar
Seorang pria mengamati bangkai paus yang terdampar dengan plastik di dalam perutnya di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin, 19 November 2018. Isi perut bangkai paus sperma (Physeter macrocephalus) yang ditemukan terdampar di Pulau Kapota ini berisi sampah plastik. REUTERS/KARTIKA SUMOLANG

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Sharm el Sheikh - Temuan paus sperma yang menelan hampir enam kilogram sampah plastik menyakitkan kalangan yang peduli pada konservasi dan lingkungan. Direktur Kampanye Global, WWF International, Zach Abraham, mengatakan temuan bangkai paus yang perutnya berisi samah plastik menjadi peringatan tentang kerusakan kehidupan laut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

WWF merupakan satu di antara organisasi non-pemerintah global yang datang di Konferensi Keanekaragaman Hayati atau United Nations Biodiversity Conference di Sharm El Sheikh, Mesir. Konferensi itu digelar pada 13-29 November 2018. Tempo berkesempatan meliput konferensi itu atas dukungan Climate Tracker, jaringan global yang beranggotakan 10 ribu jurnalis muda peliput iklim.

Konferensi itu menaruh perhatian tentang kerusakan laut dan keanekaragaman hayati dalam satu sesi khusus. Hari khusus itu dinamakan Sustainable Ocean Day: Ocean Voices di Hotel Hyatt Regency.

"Pemerintah dan pebisnis harus berbuat lebih banyak untuk mencegah polusi plastik memasuki sungai dan lautan," kata Zach dihubungi melalui surat elektronik di Sharm El Sheikh, Ahad malam, 25 November 2018.

Polusi plastik, kata dia, menjadi masalah lintas batas dan krisis global yang membutuhkan solusi global dari pemerintah dan bisnis. Pemerintah dan pebisnis bertanggung jawab untuk memperbaiki sistem yang rusak, yang memungkinkan kebocoran plastik ke lingkungan. Pemerintah atau industri tidak dapat memecahkan masalah ini sendiri karena plastik dan polusi bertambah terus menerus. Perlu tindakan nyata dan mendesak untuk mengatasi masalah ini.

Sebagian besar pencemaran laut berasal dari daratan termasuk sungai. "Kami membutuhkan solusi hulu, bukan hanya di hilir. Pembersihan pantai tidak cukup menyelesaikan masalah ini," kata dia.

Solusi yang diperlukan untuk menyelesaikannya adalah tata kelola global untuk melawan krisis global ini, seperti untuk perubahan iklim. Bisnis harus bertanggung jawab atas siklus produk mereka dan harus memainkan peran mereka dalam membantu pemerintah menangani masalah ini. "Kami mendesak perusahaan dan pemerintah untuk bekerja sama mengatasi masalah ini segera untuk mencegah kebocoran plastik lebih lanjut ke lautan," kata spesialis spesies laut WWF-Indonesia, Dwi Suprapti.

Hasil identifikasi tim dari Balai Taman Nasional Wakatobi menunjukkan di dalam perut bangkai paus tersebut ditemukan banyak sampah plastik, kayu, dan karet. Staf WWF menemukan bangkai paus di Pulau Kapota, Senin, 19 November 2018.

Simak artikel lainnya seputar paus sperma hanya di kanal Tekno Tempo.co.

Shinta Maharani

Lulus dari Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN Yogyakarta. Menjadi Koresponden Tempo untuk wilayah Yogyakarta sejak 2014. Meminati isu gender, keberagaman, kelompok minoritas, dan hak asasi manusia

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus