Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
bermotor selama ini diyakini berkontribusi pada tingkat polusi udara. Knalpot menjadi sumbernya. Tapi penelitian yang dilakukan Reto Giere dari Universitas Pennsylvania, Amerika Serikat, mengungkapkan ternyata bukan hanya asap knalpot yang menjadi penyebab polusi. Komponen lain, seperti serpihan ban, kanvas rem, dan debu jalanan, juga berperan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kita tidak cukup tahu apa saja yang ada di jalan," kata Giere. Menurut dia, di jalan padat mobil banyak debu beterbangan ke atmosfer. Debu tersebut lantas terisap oleh manusia. "Untuk memahami dampak pada kesehatan dari partikel debu ini, sangat penting untuk mengetahui partikel apa saja yang ada di jalan," ujar dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menjelaskan partikel debu yang ada di jalan raya, Giere bekerja sama dengan rekannya di Jerman dari Federal Highway Research Institute, Badan Meteorologi Jerman, dan Universitas Freiburg. Mereka lantas mengambil contoh dan menganalisis udara di sepanjang sisi jalan.
Tahun lalu, mereka mempublikasikan temuan tersebut. Yang menjadi tempat penelitian adalah dua jalan raya yang sering dilalui kendaraan, salah satunya terletak di daerah pedesaan. Pengumpulan debu menggunakan sampler silindris khusus dengan foil lengket transparan pada bagian bawah untuk menangkap partikel yang masuk.
Hasilnya, tim menemukan jalan raya yang cukup padat kendaraan menghasilkan 30 persen lebih banyak partikel berbahaya. Komponen paling banyak berasal dari serpihan halus ban. "Pada suhu yang lebih tinggi kami melihat lebih banyak ban yang cepat aus. Ini sama persis dengan apa yang ditemukan dua studi laboratorium," kata Giere.
Dalam penelitian yang diterbitkan di Aerosol dan Air Quality Research, Agustus lalu, Giere memakai pemindai mikroskop elektron untuk mendapatkan susunan partikel yang lebih akurat. Alat ini memungkinkan untuk membedakan penipisan ban, rem, karbon, atau mencari tahu apakah ada mineral lain.
Para peneliti juga mengambil sampel dan dianalisis untuk mendapatkan informasi dari unsur-unsur yang menyusun setiap spesimen, yang disebut spektroskopi sinar-X energi-dispersif. Karena itu, penelitian ini berfokus pada partikel kasar yang dikumpulkan dan berukuran lebih dari 10 mikrometer. Sebagai perbandingan, rambut manusia berdiameter 75 mikrometer.
Dari 90 persen partikel debu yang dikumpulkan, para peneliti kembali melihat perbedaannya. Ternyata, lalu lintas yang tak terlalu padat di perkotaan menghasilkan lebih banyak partikel dari serpihan ban ketimbang dari keausan rem. Adapun di jalan dengan lalu lintas padat lebih banyak polusi dari kanvas rem.
Sayangnya, produsen ban dan rem tak mengungkapkan komponen apa saja yang ada dalam produk mereka. Hanya, selama ini diketahui bahwa seng, timbel, antimon, silikat, kadmium, dan asbes menjadi bahan dasar produk tersebut. "Ini adalah bahan kimia yang dapat menimbulkan masalah kesehatan, apalagi jika ban dibakar," ujar dia.
Menurut Giere, partikel-partikel kasar ini tak akan terbang jauh sehingga polusi udara ada sekitar jalan-jalan tersebut, terutama saat terjadi kemacetan. "Partikel-partikel ini kemudian mengalir ke sungai. Kami percaya seperti itulah mikroplastik masuk ke saluran air," ucap dia. SCIENCE DAILY | LABORATORY EQUIPMENT | AFRILIA SURYANIS
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo