Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Teknologi Roket Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Rika Andiarti mengatakan perkembangan teknologi roket saat ini semakin pesat, khususnya dalam bidang pendekatan dan metoda peluncuran, serta jasa pelayanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan adanya tren perkembangan satelit kecil juga memunculkan perusahaan-perusahaan rintisan atau startup di bidang jasa peluncuran satelit kecil. Jasa peluncuran ini tidak terbatas pada negara tertentu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Roket-roket yang dulunya meluncurkan satelit besar, kini mulai beralih untuk meluncurkan satelit kecil. Sekarang ukuran roketnya juga tidak besar, tapi bisa mengangkut banyak satelit kecil. Regulasi yang mempermudah juga membantu para startup untuk menjalankan usahanya," ujar Rika dikutip siaran pers, Kamis, 2 Mei 2024.
Sementara untuk perkembangan teknologi roket di Indonesia, kata Rika, saat ini berada pada fase penguatan. Pada fase ini riset ditargetkan pada peningkatan dimensi dan jarak jangkau, peningkatan nilai ISP (Impuls Spesifik Propelan), pengembangan material ringan dan tahan temperatur tinggi, desain wahana dan riset RX450. "Kita sudah melewati fase fondasi, seperti riset dasar teknologi propelan, riset dasar roket uji skala lab, RX150 dan RX250," katanya.
Rika mengatakan jika fase penguatan sudah dikuasai, selanjutnya adalah fase Sonda. Pada tahap ini roket ditargetkan menembus Karman Line (batas tegas antara Bumi dengan luar angkasa), menguasai sistem separasi, jangkauan sistem telemetri, trajectory correction control (kontrol koreksi lintasan) dan riset RX452.
"Riset teknologi roket itu tidak mudah karena roket adalah teknologi yang sensitif dan berbahaya. Kerja sama dengan negara lain juga tidak mudah karena roket ini memiliki dua fungsi, yaitu sipil dan militer. Negara-negara lain tidak ingin teknologi kuncinya diketahui pihak luar karena tidak ada yang bisa menjamin apakah roket itu nantinya dipakai untuk kepentingan sipil atau militer. Di bangku kuliah pun ilmu yang diberikan hanya secara umum bukan ilmu yang kritikal," tutur Rika.
Meski demikian, Rika mengatakan, para periset terus berupaya menguasai teknologi secara mandiri. Saat ini terdapat tujuh kelompok riset BRIN, yaitu dinamika roket dan kontrol, insulator termal, propelan dan piroteknik, propulsi maju, propulsi roket padat, sistem telemetri serta struktur roket dan material. "Selain itu juga para periset terus meningkatkan kompetensinya dengan melanjutkan pendidikan hingga S3," ujarnya.
Pilihan Editor: Selama Dua Hari UTBK di Kampus UPI Bandung dan Daerah, 238 Peserta Mangkir Ujian