Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Proyek pesawat intai tanpa awak alias drone spionase CIA yang gagal, eksplanasi atas kontroversi tentang vaksin Covid-19 Rusia Sputnik V, dan hujan badai di Bandung mengisi Top 3 Tekno Berita Hari Ini, Kamis 13 Agustus 2020. Selain ketiganya juga ada artikel yang populer lainnya hari ini yakni drone tempur Rusia yang diberi nama si Pemburu serta paparan dokter paru-paru mengenai bahaya penularan virus corona dari perokok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proyek gagal drone spionase Aqualine diketahui setelah Badan Intelejen Amerika (CIA) baru-baru ini mendeklasifikasi dokumennya yang telah disimpan lebih dari lma dekade. Program diberi nama Proyek Aqualine dan bertujuan memata-matai negara tertentu seperti Uni Soviet--pada masanya. Desainnya sempat diusulkan dilengkapi dengan sistem propulsi radio isotop yang membuat Aqualine diharap dapat terbang selama sebulan penuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sedang eksplanasi atas kontroversi tentang vaksin Covid-19 Rusia Sputnik V membeberkan lewat penjelasan atas tiga pertanyaan. Ketiganya adalah seperti apa vaksin yang dimaksud? Bagaimana uji yang sudah dilalui? dan Apa dampak yang dicemaskan para ahli di dunia atas vaksin tersebut?
Artikel ketiga berisi sebagian warga di daerah perbatasan Cimahi-Bandung, Jawa Barat, yang dikejutkan oleh hujan badai disertai butiran es selama kurang dari 30 menit, Rabu, 12 Agustus 2020. Sayang, sistem peringatan dini bencana berbasis satelit yang digunakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan (LAPAN) gagal menangkap fenomena itu karena keterbatasan resolusi.
Berikut ini Top 3 Tekno Berita Hari Ini selengkapnya,
1. CIA Buka Dokumen Rahasia Proyek Gagal Drone Spionase Aqualine
Badan Intelejen Amerika (CIA) baru-baru ini mendeklasifikasi program pengembangan pesawat intai tanpa awak alias drone yang pernah dilakukan lebih dari lima dekade silam. Program yang diberi nama Proyek Aqualine dan bertujuan memata-matai negara tertentu seperti Uni Soviet--pada masanya--ini akhirnya tak diselesaikan.
Dikutip dari laman resmi CIA, pada Rabu, 12 Agustus 2020, proyek Aqualine dimulai pada 1960-an setelah pesawat intai U-2 yang dipiloti Gary Powers ditembak jatuh di Uni Soviet pada tahun yang sama. Sejak itu, CIA menganggap pesawat intai berawak memiliki resiko yang tinggi. Selain kinerjanya juga tidak efektif karena keberadaannya mudah tertangkap radar dan hasil foto yang didapat juga kasar.
Seperti diberitakan Popular Mechanics, Aqualine sendiri didesain sebagai drone dengan amuflase bentuk burung dengan panjang 1,5 meter, lebar 2,2 meter dan berat ketika lepas landas 37,6 kilogram. CIA pernah mengusulkan agar drone tersebut dilengkapi dengan sistem propulsi radio isotop yang membuat Aqualine diharap dapat terbang selama 30 hari terus menerus atau menempuh 36 ribu mil jauhnya.
2. Tiga Jawaban Kenapa Vaksin Covid-19 Rusia Sputnik V Dikecam Dunia
Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengumumkan pemberian izin penggunaan satu vaksin Covid-19, pada Selasa 11 Agustus 2020. Putin mengatakan vaksin itu aman dan efektif dan kemungkinan vaksinasi massal akan dilakukan mulai Oktober mendatang. Izin yang diberikan itu langsung mengundang kecaman luas di dunia. Para ahli imunologi tidak yakin kalau vaksin itu aman, apalagi efektif, kalau Rusia mengambil jalan pintas.
Berikut ini penjelasan tentang vaksin Covid-19 Rusia tersebut, teknik pembuatan, uji-uji yang telah dijalani. Termasuk kenapa vaksin itu malah membuat para ahli di dunia sangat khawatir.
Penjelasan pertama adalah bahwa vaksin tersebut dikembangkan Institut Riset Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, bagian dari Kementerian Kesehatan Rusia. Dosisnya akan dibagikan dalam dua kali suntikan yang berjarak 21 hari. Keduanya mengandung adenovirus, virus corona penyebab flu pada umumnya, yang telah dimodifikasi secara genetik.
3. Hujan Badai dan Es di Bandung, Peneliti LAPAN: Lihat Tanda Alamnya
Sebagian warga di daerah perbatasan Cimahi-Bandung, Jawa Barat, dikejutkan oleh hujan badai disertai butiran es selama kurang dari 30 menit, Rabu, 12 Agustus 2020. Sayang, sistem peringatan dini bencana berbasis satelit yang digunakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Lapan (LAPAN) gagal menangkap fenomena itu karena keterbatasan resolusi.
“Karena komputasi yang dibutuhkan butuh resolusi spasial sangat tinggi,” ujar peneliti di Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer LAPAN, di Bandung, Erma Yulihastin, Kamis 13 Agustus 2020.
Menurut Erma, cuaca ekstrem yang singkat seperti itu masih sulit diprediksi tapi masyarakat sebenarnya bisa langsung mengenali dari pertanda alamnya. Pengamatan, Erma menjelaskan, dimulai dari melihat awan pagi. “Jika ada jenis awan nimbostratus, maka hujan pada siang,” katanya.