Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Kesehatan Dunia, WHO, telah merekomendasikan penggunaan molnupiravir sebagai obat antivirus oral pertama untuk orang dengan gejala Covid-19. Syaratnya, orang itu tak parah namun berisiko rawat inap di rumah sakit. Ini berarti berlaku untuk mereka yang termasuk lansia atau sedang dalam terapi immunocompromised alias imun tubuhnya sengaja sedang ditekan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rekomendasi berbasis enam studi terhadap total 4.796 partisipan. Studi-studi itu menemukan, ketika molnupiravir diberikan dalam lima hari pertama pascagejala Covid-19 yang ringan muncul, resep 4x2 kali sehari tablet obat itu selama lima hari bisa mengurangi risiko gejala bertambah parah dan peluang masuk rumah sakit sebesar 30 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka yang tidak mempunyai gejala parah berarti tidak memiliki gejala-gejala berikut ini: kadar oksigen dalam darah kurang dari 90 persen, tanda-tanda pneumonia, dan sesak napas parah. "Rekomendasi tidak untuk mereka yang bergejala parah ataupun kritis karena tidak ada data uji molnupiravir terhadap populasi itu," bunyi keterangan WHO dalam pembaruan panduan penggunaan obat-obatan untuk Covid-19 yang dirilisnya pada 3 Maret 2022.
Molnupiravir bergabung dengan sotrovimab yang telah direkomendasikan sebelumnya sebagai mitigasi. Sotrovimab juga digunakan untuk mereka yang tidak memiliki gejala berat tapi punya risiko tertinggi untuk dirawat di rumah sakit dan bahkan meninggal.
Adapun dalam pembaruan terkini, yakni kesembilan, WHO merevisi rekomendasi bersyarat yang sebelumnya diberikan untuk penggunaa casirivimab-imdevimab pada seluruh pasien, baik yang bergejala ringan (namun berisiko tinggi rawat inap) maupun parah ataupun kritis. Casirivimab-imdevimab kini dibatasi hanya pada kasus di mana viral genotyping dapat cepat tersedia dan mengkonfirmasi infeksi oleh varian SARS-CoV-2 yang memang bisa diatasinya seperti Delta.
"Perubahan ini mengikuti bukti pra-klinis kalau casirivimab-imdevimab tak cukup efektif melawan varian Omicron BA.1.," kata WHO.
Terpisah, sebuah uji klinis skala besar di Inggris menunjukkan kalau menambahkankan obat radang sendi Baricitinib ke obat-obatan Covid-19 akan mengurangi peluang kematian sebesar 13-20 persen lagi. Baricitinib bekerja dengan memblok kerja senyawa imun tubuh yang disebut interleukin-6 (IL-6) yang meningkat saat Covid-19 bertambah parah.
Bentuknya yang tablet membuatnya lebih mudah untuk digunakan daripada obat lainnya dengan fungsi yang sama yakni tocilizumab yang berupa cairan infus. "Sebagai obat oral dengan paruh waktu pendek dan potensial tak mahal, baricitinib menjadi obat Covid-19 yang lebih menarik setelah steroid di negara-negara berpendapatan menengah atau rendah," kata Athimalaipet Ramanan dari University of Bristol, Inggris.
NEW SCIENTIST, BMJ