Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perjalanan karier di dunia hiburan Sang Maestro Tari Indonesia, Didik Nini Thowok, akan genap 50 tahun pada Desember 2024. Seniman kelahiran Temanggung, Jawa Tengah itu pun berencana menggelar serangkaian acara dalam rangka memperingati 50 tahun berkarya di dunia hiburan dan tari yang akan digelar pada 5-8 Desember.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini disampaikan Didik saat hadir di program Mata Najwa on Stage yang diadakan di Pendapa Institut Seni Indonesia atau ISI Solo, Rabu malam, 10 Juli 2024. "Saya ingin menggelar empat malam pertunjukan pada 5, 6, 7, dan 8 Desember 2024, yang pertama adalah lomba tari memperebutkan trofi dari saya dan dari mungkin dari pejabat ya," ujar Didik, Rabu malam.
Serangkaian Acara 50 Tahun Perjalanan Karier Didik Nini Thowok
Untuk acara kedua, Didik akan mengajak kelompoknya, Sahabat Didik, untuk berpartisipasi dalam acara pertunjukan itu. Lalu ada juga pagelaran ketoprak dengan frame tentang perjalanan kariernya di dunia hiburan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Akan ada akulturasi budaya Tionghoa, itu saya juga mengundang pemain opera dari Tiongkok kemudian dari banyak negara untuk pentas tanggal 8-nya," tutur dia. Di acara itu, Didik juga akan meluncurkan buku yang ditulis oleh teman-temannya dari dalam dan luar negeri bagaimana mereka melihat seorang Didik Nini Thowok.
Menjelang 50 tahun berkarya di dunia hiburan tersebut, Didik mengaku tidak pernah menyangka akan mencapai titik ini. Ia menuturkan kisah perjalanan kariernya di dunia hiburan dan seni tari berawal dari perundungan yang dialaminya semasa anak-anak.
"Awalnya dari hasil bullying. Tapi tidak seperti anak-anak di sosial media, di-bully balas mem-bully, tapi saya balas dengan belajar untuk menunjukkan kualitas," katanya.
Kunci Bertahan di Dunia Hiburan
Didik membagikan kunci agar tetap bisa bertahan dan eksis di dunia hiburan yang digelutinya. "Kuncinya ndableg. Mindset-nya 'I don't care' karena kalau dipikirin nggak akan kejadian bisa mencapai 50 tahun ini berkarya," ungkap dia.
Berikutnya, ia mengatakan sikap mau terus belajar yang disertai dengan kerendahan hati. Ia mencontohkan dari pengalamannya dalam melakukan penelitian hingga ke sejumlah negara seperti Jepang, India, hingga Tiongkok.
"Saya memang spesialisasi seniman cross-gender atau silang gender, saya belajar, melakukan penelitian, termasuk sampai ke Jepang, India, Tiongkok untuk mencari sebenarnya seni cross-gender itu padanannya apa gitu, sehingga saya juga banyak tahu. Dan sampai sekarang pun masih belajar," tutur Didik.
Pilihan Editor: 5 Maestro Indonesia yang Berdarah Tionghoa