Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, JAKARTA - Perubahan sosial budaya merupakan salah satu fenomena dalam kehidupan masyarakat yang menunjukkan perkembangan suatu peradaban dalam hal sosial dan budayanya. Perubahan ini dinilai sebagai dinamika yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia. Karena itu, saat perubahannya terhambat, maka akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, proses perubahan sosial budaya ini tidak selalu diterima, berlangsung cepat, atau berjalan dengan baik di masyarakat. Keberlangsungan perubahan sosial budaya ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mulai dari faktor penyebab, pendorong, hingga faktor penghambat perubahan sosial budaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas apa saja faktor penghambat perubahan sosial budaya? Berikut rangkuman informasi selengkapnya.
Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Berdasarkan buku Sosiologi: Jilid 3 untuk SMP dan MTS Kelas IX karya Rohadi Wibowo dan Langgeng Nugroho, perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya dapat terjadi seiring dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin lebih baik. Perubahan ini terjadi untuk membentuk pola pikir, sikap, dan kehidupan sosial budaya yang lebih inovatif serta bermartabat.
Cepat-lambatnya perubahan sosial budaya dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut.
Faktor Penghambat Perubahan Sosial Budaya
Berikut beberapa faktor penghambat perubahan sosial budaya.
1. Minimnya interaksi dengan masyarakat lain
Melansir dari Modul Sosiologi Kelas XII oleh Irin Veronica Sepang, manusia selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain atau masyarakat dalam pergaulan sehari-hari. Kurangnya interaksi dengan masyarakat lain dapat menyebabkan suatu komunitas menjadi terisolasi dari kehidupan sosial yang lebih luas.
Akibatnya, mereka tidak menyadari kemajuan atau perkembangan yang terjadi di luar lingkungan mereka. Jika interaksi terbatas, pemikiran juga menjadi sempit, sehingga keinginan untuk melakukan perubahan menjadi sangat rendah.
2. Lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
Keterbatasan dalam pergaulan juga berdampak pada lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan. Kemajuan ilmu sering kali dicapai melalui metode seperti learning by doing. Kurangnya motivasi untuk memperluas wawasan dalam ilmu pengetahuan akan mengakibatkan pola pikir yang terbelakang dan tertinggal dari perkembangan zaman. Hal ini dapat memunculkan stigma negatif terhadap kelompok masyarakat yang dianggap sulit beradaptasi dengan perubahan.
3. Sikap konservatif dalam masyarakat tradisional
Sikap konservatif atau keengganan untuk berubah dapat menghambat kemajuan dan membentuk mentalitas yang kurang mendukung perkembangan. Oleh karena itu, sikap ini harus dihindari oleh individu yang ingin membawa perubahan dan kemajuan dalam hidup mereka.
4. Kehidupan masyarakat terasing
Berdasarkan rilis yang diunggah laman SIMPKB Kemendikbud, faktor penghambat perubahan sosial selanjutnya adalah kehidupan masyarakat yang terasing. Hal ini dapat terjadi karena kondisi daerah yang terisolasi dari jalur komunikasi dan transportasi. Akibatnya, sebagian masyarakat menjadi terisolasi dari masyarakat lain.
Kehidupan masyarakat terasing atau terisolasi menyebabkan masyarakatnya tidak mengetahui perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain, sehingga mereka sulit untuk berkembang dan memperkaya budayanya. Akibatnya perubahan sosial budaya dalam masyarakat tersebut menjadi sulit terjadi.
5. Adat istiadat dan kebiasaan
Adat istiadat merupakan pola perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang oleh anggota masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok. Adat ini biasanya bersumber dari nilai-nilai tradisional yang telah tertanam kuat dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Kehadiran adat istiadat menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, termasuk dalam hal kepercayaan, cara berpakaian, sistem mata pencaharian, pembuatan rumah, hingga pelaksanaan upacara adat. Karena itu, menggantikan adat dengan hal baru sering kali bukanlah perkara mudah.
6. Adanya prasangka terhadap hal-hal baru atau asing
Pengalaman hidup di bawah penjajahan selama ratusan tahun membuat banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi tua, memiliki trauma mendalam. Trauma ini sering kali memunculkan prasangka buruk dan kecurigaan terhadap budaya asing atau inovasi baru yang datang dari luar, khususnya dari Barat.
Akibat prasangka tersebut, muncul sikap acuh, tidak peduli, atau bahkan antipati terhadap hal-hal baru, meskipun hal tersebut sebenarnya berpotensi membawa manfaat bagi kehidupan mereka. Selain itu, di beberapa masyarakat, terdapat anggapan bahwa apa pun yang berasal dari luar hanya akan merusak lingkungan atau tatanan kehidupan yang telah mereka jalani.
7. Keyakinan yang dianut pribadi masyarakat
Dilansir dari laman Universitas Islam An Nur lampung, salah satu faktor penghambat perubahan sosial adalah keyakinan yang dianut pribadi masyarakat. Keyakinan merupakan kepercayaan atau keimanan seseorang terhadap sesuatu. Namun, keyakinan dapat menjadi penghambat perubahan sosial budaya apabila bersifat mutlak, berbasis takhayul, atau mengandung unsur mistis.
Masyarakat dengan keyakinan seperti ini cenderung mengabaikan logika dan akal sehat dalam menyelesaikan persoalan sosial. Mereka juga sering kali merasa takut terhadap hal-hal yang tidak diketahui atau sulit dipahami. Akibatnya, masyarakat dengan pola pikir seperti ini sulit berkembang dan mengalami kemajuan.
8. Perbedaan ideologi
Perbedaan ideologi mengacu pada perbedaan pandangan hidup atau sistem pemikiran yang ada di antara kelompok masyarakat. Hal ini dapat menjadi penghambat perubahan sosial budaya apabila memicu konflik, persaingan, atau permusuhan antar kelompok.
Kelompok masyarakat yang memiliki ideologi berbeda sering kali enggan berdialog atau bernegosiasi dengan pihak yang memiliki pandangan berseberangan. Kondisi ini berpotensi menimbulkan perpecahan dan menghambat masyarakat dalam mencapai kesepakatan atau konsensus bersama.