MOGI Darusman (31 tahun) yang mengaku dirinya banyak makan garam
musik pop di mancanegara, muncul di Tanah Air dengan kaset 'Aje
Gile'. Produksi perusahaan perekaman Naviri ini memuat 13 buah
lagu yang bagaikan memadukan gaya menyanyi Farid Harja si Bani
Adam, dengan syair logat Betawi yang kocak -- nyetil dari
Benyamin, bau jazz dan Bob Dylan.
Lirik terus terang untuk kaset ini yang ditulis Teguh Esha
--pengarang Ali Topan -- merupakan kritik sosial yang harangkali
untuk pertama kalinya klop dengan musiknya dalam perjalanan
kaset pribumi. Di samping mengritik, terasa lugu dan lucu,
didukung oleh aransemen dan vokal Mogi yang pas. Kritik tidak
lagi merupakan tempelan. Ia mengalir dalam musik yang kompak dan
secara teknis padu.
Cacing Belagu Buaye
Kaset dibuka dengan lagu Aje Gile yang dilontarkan seperti
bantingan suasana gambang kromong kecampuran musik Bob Dylan.
Disambung irama country lantas berakhir sebagai musik jazz dari
periode rag time. Intronya penuh kecurigaan: "Lu kan pegawai
negeri kok rumah lu gede, mercy lu ada tiga?" Kemudian disusul
dengan lirik yang dibawakan dalam suasana sedikit stoned:
Aje gile, lu kire lu siape
tampang bodo lagak lu sok jago
e, ape glle, lu sangke lu gaye
gue tau kartu lu semuanye
Jangan lu betingke di depan mata gue
kalo lu berani jangan bawa nama babe
kepale gile kagak lagi jamannye
ae gile cacing belagu buaye
Aje gile, proyek lu gede-gede
numpang nanya dekingan lu siape
e, aje gile, mendingan lu diem aje
daripade bikin ngiler tetangge
Lirik ini sesudah dinyanyikan tidak terasa bombas sebagaimana
kalau kita mendengar lirik-lirik protes Harry Rusli. Soalnya ia
masuk ke dalam musik dan dibawakan dengan akrab. Terasa ada
pengalaman dan perhitungan dalam pengolahannya, sehingga protes
tidak hanya terhidang sebagai ide -- sebagaimana kadang kita
tangkap juga dari lagu-lagu Leo Kristi. Peranan Mogi dalam
menghidupkan kata-kata protes di sini amat menonjol.
Lagu kedua berjudul Rayap-rayap. Di sini protes makin menjitak.
Suasana lucu dalam lagu pertama berubah menjadisikap anak muda
yang marah. Namun karena musiknya tetap sederhana sambil menjaga
kemantapannya, sementara suara Mogi dilatari duet Yessi dan
Tessi, protes tetap basah dan dapat dinikmati dengan enak.
Padahal kata-kata dalam lagu ini bisa membahayakan peredaran
kaset ini. Kita kutip:
Kau tahu rayap-rayap makin banyak di mana-mana
di balik baju resmi merongrong tiang negara
kau tahu babi-babi makin gemuk di negeri kita
mereka dengan tenang memakan kota dan desa
Rayap-rayap yang ganas merayap berjas dasi dalam kantor makan
minum darah rakyat babi-babi yang gemuk sekali tenang tentram
berkembang biak tak ada yang peduli
Menggemuk para rayap dalam bumi yang kian rapuh
resabnya ibu rakyat yang terbantai tanpa aduh
merayap para babi di lautan sawah dan hutan
menggencet anak rakyat meremas
jantung mereka
Selain yang dua di atas masih ada lagu bernama Koruptor. Juga
dikerjakan dengan baik, sehingga sindiran tidak hanya merupakan
umpatan klise yang bikin mual. "Koruptor di dalam kantormu,
sembunyi di balik bajumu, tiada seorangpun tau, aduh .... ,"
kata Mogi membawakan lirik Teguh Esha. Kekuatan yang terasa
dalam keseluruhan kaset ini merupakan hasil kombinasi semangat
protes yang selama ini sudah dicoba-lontarkan oleh banyak musisi
muda, tapi baru kali ini dibikin lancar dan musikal. Meski
memang tidak orisinil, karena sering rekaman ini serasa mencari
sandaran pada musik manis model 'The Cats' (Belanda) serta bau
ambiguitas musik Bob Dylan (Amerika).
Sementara itu, di balik rekaman yang menggembirakan ini kita
jadi tertegun melihat pada daftar lagu kurang jelas siapa
sebenarnya yang menulis lagu. Di bawah tulisan Aje Gile misalnya
terdapat tanda kurung yang berisi nama M. Darusman, J. Veerman,
Teguh Esha. Kemudian kode AME 10987. Seakan lagu itu sudah
pernah direkam di luar negeri.
Apalagi Teguh pada saat tulisan ini diturunkan mengatakan kepada
TEMPO sudah memutuskan hubungan dengan Mogi. "Mula-mula saya
kira lagu itu ciptaan Mogi. Tapi belakangan saya rasa semuanya
berasal dari lagu Barat. Setelah saya cek dengan Mogi, ia
mengaku lagu itu semuanya bukan ditulisnya sendiri," kata Teguh.
"Ia mengaku beberapa lagu ditulisnya bersama J. Veerman." Teguh
kemudian menunjuk lagu Cita(.'ita misalnya adalah contekan dari
lagu grup Eagles.
Teguh juga mengaku sempat didatangi Mogi, beberapa saat setelah
Aje Gile, Keresahan dan Laut Biru sempat diputar di TV tanggal
25 Oktober lalu. Mogi minta Teguh mengganti lirik Aje Gile dan
juga Rayap-rayap, karena lagu itu tak bisa disiarkan dalam acara
niaga kecuali syairnya diganti. Teguh menolak. "Kalau mau
diganti itu urusan kamu," kata Teguh. Hubungan tampaknya sudah
menjadi panas, karena ada beberapa persoalan bisnis di antara
keduanya tak bisa didamaikan. Yang terang Aje Gile tidak bisa
masuk tv lagi.
Perusahaan perekaman kaset Naviri yang dipimpin Darmawan
Susanto, ketika dihubungi mengatakan bahwa Mogi memang sudah
sempat tampil dalam acara TV membawakan Aje Gile, Keresahan dan
Laut Biru. Tapi ketika ia mengusulkan Aje Gile dipakai iklan
dalam Siaran Niaga, pihak TV dari bagian iklan menolak. Sehingga
yang kemudian masuk hanya keresahan. Sementara bagian iklan TVRI
sendiri lewat telepon membenarkan -- dan menyatakan mereka punya
hak melakukan seleksi.
Lebih jauh, Darmawan tidak tahu menahu dicantumkannya nama
Keenan Nasution dalam keterangan kaset. Ia hanya mengatakan
bahwa di samping aransemen memang dikerjakan oleh Mogi, musik
digarap oleh Karim, Alex, Wimpy dan kawan-kawannya. Keenan
Nasution yang dicantumkan tidak ikut. Jadi kalau warnanya
kemudian mengarah ke jazz, dapat dimaklumi -- mengingat
orang-orang itu memiliki reputasi dalam dunia jazz pribumi.
"Saya tidak tahu-menahu mengenai redaksi yang disebutkan dalam
keterangan kaset," kata Darmawan.
Aje Gile merupakan rekaman Mogi yang pertama. Kontraknya dengan
Naviri berlaku setahun, dan dalam jangka ia harus menghasilkan
dua kaset lagi. Kaset ini memberi sumbangan pada warna musik pop
pribumi.
Putu wijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini