Pergelaran Sekolah Balet "Sumber Cipta" di Gedung Kesenian Jakarta. Antara lain, karya penari Kanada, Heppner, yang sangat menarik. SEKOLAH Balet "Sumber Cipta" (SC) pimpinan Farida Feisol mentas lagi di Gedung Kesenian Jakarta (30 Agustus s/d 1 September). Dua program yang ditampilkan sangat bervariasi, meliputi tujuh karya tunggal dan lima karya kelompok dari empat penata tari Indonesia dan empat asing. Bekerja sama dengan Pacific Rim Tour, SC mendatangkan Maxine Heppner, penari/penata-tari modern Kanada, untuk mengajar siswa-siswa SC di Jakarta selama dua setengah bulan. Hasil- nya, To Secure an Abode yang didukung oleh 20 orang penari dengan Heppner sendiri sebagai solis. Temanya tentang korban perang yang mencoba mempertahankan tempat tinggal mereka (dibangun dengan tubuh para penari mirip atraksi "standen" dalam olahraga) yang setiap kali selesai dibangun dihancurkan oleh para serdadu. Karya ini berkesan gembira tetapi tidak menuntut tingkat keterampilan gerak yang tinggi. Partisipasi lebih ditekankan daripada hasil akhir. Dari sudut ide, Waiting, karya Heppner yang lain lebih menarik. Ditarikan lima penari wanita dan dua pria, iringan karya ini dibuat dan dilakukan oleh Heppner sendiri: selama lima menit penuh ia memukuli batu di sudut depan-kiri pentas dengan irama mencepat atau melambat. Ketujuh orang penari mulai dengan duduk berderet di atas sebuah bangku panjang di tengah-belakang panggung. Sambil menggerutu dan mengeluarkan suara-suara tanpa arti, para penari membuat berbagai variasi desain gerak dengan olahan level yang menarik dan lucu. Gerak-gerak tari dikombinasikan dengan gerak sehari-hari, dengan permainan irama. Humor memang merupakan salah satu kekuatan dalam diri dan karya Heppner. Dalam Short Attack (karya Holly Small), misalnya, Heppner duduk di pojok depan-kiri pentas, menari sebagai seorang wanita tua berkaca mata. Dengan terampil ia mengubah-ubah ekspresi muka dan melakukan gerak-gerak tangan mickey-mousing, mengikuti irama musik perkusi John Oswald yang ganjil dan mengundang tawa. Karya-karya penata tari Indonesia tak berada di bawah karya sang tamu. Yanti Arindito, yang menyuguhkan Reflections, kali ini tampil lebih bersih dan mantap. Dalam tarian ini Elika Tantra dan Monica Nuryani menjanjikan harapan. Gerakan-gerakan yang lurus dan tegas dengan tangan mengepal terasa lugas dan tegas. Memang, terkadang masih ada rasa kurang percaya diri, saling melihat, dan kurang serempak dalam gerak rampak (unison), tetapi kekurangan ini tertutup oleh gerakan penari pria pasangannya: Chendra Effendy dan terutama Dedy Pudja Indra yang kukuh kuat. Munculnya penari-penari pria ini perlu digarisbawahi, karena selama bertahun-tahun balet Indonesia sangat miskin penari pria. Upaya kreatif generasi yang lebih muda pun tidak sia-sia. Rock Song karya duet Yudistira Syuman dengan Marina Baroni cukup menarik. Ide sederhana Yudi menimbulkan multi-interpretasi. Seorang gadis (Marina) berdiri sambil bergoyang tak henti memegangi seuntai bunga. Yudi beraksi mirip seekor anjing piaraan yang setia. Setiap kali sang gadis melempar bunganya, anjing setianya mengejar, menggigit, dan menaruh kembali bunga tersebut di haribaan nonanya. Karya kontemporer tidak harus berarti impor. Baitullah karya Boy G.S. digarap dari unsur gerak tari Minang. Boy menekankan gerakan yang cepat dan bertenaga, tetapi di sana-sini gerak lemah gemulai disisipkan. Pengembangan gerak Boy bahkan sudah selangkah lebih maju dari para pendahulunya: posisi tubuh, entakan kaki, dan pekik pengiring gerak khas Minang masih tampak. Boy tetap menggunakan instrumentasi Minang, namun dengan hemat. Bintang pergelaran SC kali ini tetap Linda Hoemar, penari senior yang kini bergabung dengan Elisa Monte Dance Company di New York. Tampil dalam dua nomor tunggal karya Elisa, Last Temptations dan Pigs and Pieces, Linda tampil sungguh-sungguh sebagai solois. Tubuhnya yang jangkung, garis geraknya yang jelas, penghayatannya yang kuat, membedakannya dengan penari-penari lain. Pengalaman menari keliling dunia bersama Elisa Monte selama empat tahun tak bisa disembunyikan. Ungkapan Asmara Damais untuk Linda kecil yang disampaikan kepada saya sewaktu istirahat tetap akurat: "Linda menari bagaikan seekor angsa di tengah-tengah kerumunan bebek." Sumber Cipta meniupkan angin segar. Dengan membuka diri ia berkembang horisontal dan vertikal. Yang perlu diperbaiki adalah penataan acara yang memisahkan solo dan kelompok dalam dua program. Sal Murgiyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini