Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obituari

Bagimu si buaya keroncong

Kusbini, pencipta lagu "padamu negeri" meninggal dunia dalam usia 85 tahun. bung karno sempat mengubah syairnya. mewariskan sanggar oleh seni indonesia. & berhasil melahirkan sejumlah penyanyi andal.

13 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SYAIR terakhir himne Bagimu Negeri, "... bagimu negri jiwa raga kami", sungguh mengharukan dan menyentuh hati hadirin di rumah sederhana Jalan Pengok, Yogyakarta, Minggu siang lalu. Penciptanya Kusbini, 85 tahun, hari itu benar-benar menyerahkan jiwa raganya. Ia telah istirahat untuk selama-lamanya sebagai pengabdi musik. Sebelum jenazah diberangkatkan ke makam Giri Sapto, Imogiri -- di bawah guyuran hujan -- rombongan paduan suara Tri Ubaya Cakti mengumandangkan lagu Perdamaian. Almarhum mencipta lagu itu pada 1982, ketika pecah Perang Iran-Irak . Sang komponis telah tiada. Ia mewariskan himne Bagimu Negeri yang lembut tapi menggetarkan. Padamu neg'ri kami berjanji, padamu neg'ri kami berbakti. Padamu neg'ri kami mengabdi, bagimu neg'ri jiwa raga kami. Sesungguhnya, Kusbini lebih dikenal sebagai pencipta lagulagu keroncong yang selalu dijiwai semangat kebangsaan. Ciptaan pertama di zaman Belanda, Keroncong Kewajiban Manusia, menyiratkan semangat persatuan bangsa. "Ibarat sapu lidi, beribu-ribu, tak kan mudah putus jikalau menjadi satu...." Menurut komponis Binsar Sitompul, lagu-lagu Kusbini melodis, musikal. Misalnya Padi Menguning, yang lancar dan mulus. "Di situlah keistimewaan Kusbini," katanya. Ciptaan lainnya: Keroncong Purbakala. Pamulatsih, Bintang Senjakala, Dwi Tunggal, Ngumandang Kenang, Keroncong Sarinande. Gesang, 73 tahun, pencipta Bengawan Solo, bahkan mengaku banyak belajar dari almarhum sebagai seniornya. "Ketika saya baru mulai mengenal musik, Pak Kus sudah terkenal. Dia itu guru saya," tuturnya. Keroncong Kewajiban Manusia mula-mula diperkenalkan kepada Bung Karno. Menurut Ny. Ngadiyem, istri almarhum, Kusbini sangat terkesan dengan peristiwa itu. "Seni keroncong harus kamu keloni terus, agar nanti menjadi bagian dari sejarahmu," kata Bung Karno sambil menepuk-nepuk pundaknya. Itu sebabnya Kusbini, yang mendapat julukan "Buaya Keroncong" dari Bung Karno, tetap setia menggeluti keroncong sampai akhir hayatnya. Kusbini lahir pada 3 Januari 1906 di Desa Kemlangi, yang terlindung oleh hutan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Kakaknya, Kusbandi, ternyata juga berdarah musik. Keduanya belajar musik tanpa guru. Musik dianggap sebagai dunianya. Sejak 1927, selama tiga tahun, Ia belajar di Sekolah Musik Apollo, Malang. Pada saat itu pula ia diterima sebagai dirigen Orkes Studio Surabaya di stasiun radio Nirom (Nederlandshe Indische Radio Omroep). Ia juga menyanyi bersama biduan keroncong yang sudah kondang seperti Netty, Sulami, dan S. Abdullah. Nama Kusbini mulai merambat. Apalagi setelah namanya sering disebut-sebut, antara lain dalam majalah Poestaka Timoer yang terbit di Yogya. Tak ayal, maka Fred Young, pimpinan Majestic Film Company di Malang, menggaetnya ke dunia film pada 1941. Ketika perusahaan ini melakukan syuting di Jakarta, Kusbini pun ikut pindah ke Batavia. Saat itulah lahir ciptaannya, Keroncong Jantung Hati, yang kemudian ngetop. Beberapa penyanyi terkenal saat itu, seperti Miss Soerip dan Poniman, dengan bangga menyanyikannya. Bahkan Jantung Hati kemudian diangkat sebagai judul dan tema film. Kemudian disusul Air Mata Ibu, dengan skenario Nyoo Cheong Seng. Di Batavia, Kusbini bekerja di stasiun radio militer Hooso Kanri Kyoku pimpinan Mr. Utoyo Ramelan. Di situ ia menjadi dirigen orkes, merangkap pemain biola bersama komponis terkenal Ismail Marzuki. Ia juga masih sempat membantu Ibu Sud menyelenggarakan siaran pelajaran lagu-lagu Jepang dan Indonesia untuk anak-anak. Pada saat itulah, menurut budayawan Karkono Kamajaya dalam bukunya Sejarah Bagimu Negeri, Kusbini menciptakan Bagimu Negeri semula untuk anak-anak. Karkono, yang ketika itu dimintai saran, menganggap lagu itu lebih cocok sebagai himne dan terlalu berat untuk anak-anak. "Lagu itu meminta kekhidmatan dalam membawakannya," katanya. Pada 1942 itulah, ketika bertemu sekilas dengan Bung Karno di asrama pemuda Menteng 31, Jakarta, dengan spontan Kusbini memperkenalkan ciptaannya, Bagimu Negeri. Bung Karno manggut-manggut. Tapi ia tak setuju dengan baris syair terakhir, "bagimu neg'ri, Indonesia Raya". Maka digantilah jadi "bagimu neg'ri, jiwa raga kami". Kecuali lebih puitis kata "Indonesia Raya" bisa mencelakakan penciptanya dari ancaman penangkapan oleh Jepang. Sementara itu, pada 1978, Kusbini sempat gundah. J. Semedi, mengaku sebagai pencipta Bagimu Negeri. Maka, tak ada jalan lain bagi Kusbini kecuali memaparkan riwayat hidup dan kisah terciptanya lagu monumental itu. Kusbini juga ikut menyempurnakan teks lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama 12 anggota tim lainnya yang diketuai oleh Bung Karno. Tugas itu dilanjutkan setelah masa kemerdekaan pada 1948, ketika ibu kota RI pindah ke Yogya. Dan sejak itulah Kusbini menetap di sana hingga akhir hayatnya. Pensiunan kepala cabang Lembaga Musikologi dan Koreografi Departemen P dan K dan penerima Anugerah Seni 1972 ini juga mewariskan Sanggar Olah Seni Indonesia (SOSI) yang didirikannya pada 1951. Beberapa musikus dan penyanyi pernah belajar di sana: F.X. Sutopo, Idris Sardi, Ebiet G. Ade, Pranawengrum Katamsi. Budiman S. Hartoyo, G. Sugrahety D., R. Fadjri, Kastoyo Ramelan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus