Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini tv palsu tapi asli. Palsu karena enggak ada kacanya, asli karena penyiarnya bisa keluar dari tv,” celoteh Agus Nur Akmal di hadapan pengunjung yang kemudian terpingkal-pingkal. Pertunjukan ini berlangsung akhir pekan lalu di Ruang Rupa, Jakarta. Ia menggunakan panel kayu berbentuk televisi.
Agus, yang lebih dikenal dengan teater keliling PM Toh, malam itu menunjukkan kebolehannya dalam improvisasi. Ditodong untuk melakukan pertunjukan, pria lulusan Jurusan Teater Institut Kejuruan Jakarta itu putar otak. Lalu muncullah kisah si anak hilang.
Agus melakukan monolog, seraya memainkan peran ibu, ayah, dan anak. Peran ibu dilambangkan dengan kerudung jingga, ayah dengan panci, sedangkan sang anak dengan topi SD yang sudah kumal. Cerita ini seputar Udin yang nyasar di kapal selam Rusia. Kapal selam muncul di panggung Agus melalui simbol jendela kayu berbentuk bulat dan ceret penyiram tanaman. Sedangkan air laut dilambangkan dengan tas plastik putih.
Rencananya, pertunjukan dadakan itu merupakan bagian dari pembukaan pameran handprop PM Toh bertajuk Jendela PM Toh, 14-28 Februari 2009. ”Selama ini masyarakat hanya mengenal Agus sebagai aktor teater. Padahal apa yang dia kerjakan juga menjangkau ranah visual,” kata Hafiz, kurator pameran, kepada Tempo.
Benda-benda rumah tangga, dari corong minyak, panci, botol air mineral, hingga tas plastik belanja, menjadi benda imajinatif di tangan Agus. Dalam pertunjukannya ia menggambarkan gayung mandi sebagai helikopter. Sedangkan gagang telepon dan sandal menjadi representasi perahu. ”Mengubah makna benda-benda domestik secara imajinatif merupakan kerja seni rupa pula,” ujar Hafiz.
Memang, koleksi Agus tak melulu benda domestik. Ada pula benda yang sengaja ia bikin sendiri. Misalnya kamera Leonard. Kamera dari karet yang bisa dibawa dengan mudah itu merupakan replika kamera sejenis buatan sutradara dokumenter asal Belanda, Leonard Retel Helmrich. Agus bertemu Leonard sewaktu mendukung film Promised Paradise yang dilarang tayang oleh lembaga sensor dalam ajang Jakarta International Film Festival pada 2006. ”Kamera ini dibuat sendiri oleh Leonard,” kata Agus kepada Tempo di sela-sela pameran.
Pameran ini memboyong 187 koleksi benda teater PM Toh yang terbagi menjadi empat tema besar: bencana, transportasi, perang, dan politik. Pada tema alat transportasi pengunjung diajak berimajinasi dengan pesawat antariksa Apollo ala Agus. Sebuah botol air mineral dibagi tiga: area tutup botol sebagai kepala pesawat, bagian tengah sebagai tubuh pesawat, sementara bagian bawah botol dengan plastik merah merupakan bagian bawah pesawat sekaligus api pendorong roket.
Sedangkan pada tema perang, ia membawa sebuah sepatu lars hitam. Dalam pertunjukan bertema politik yang sering ia bawakan pada era 1999-2000, sepatu menjadi representasi tentara atau kekuasaan. Jejeran botol air mineral juga menjadi personifikasi mahasiswa di era reformasi. ”Saat pertunjukan, saya siram botol dengan air panas hingga meleleh. Ini untuk menunjukkan penyiksaan yang mereka alami,” tutur Agus.
Benda domestik menjadi pilihan utama Agus karena mudah dan terjangkau. Benda yang mudah didapat menjadi kunci dalam mengumpulkan koleksi. ”Mendapatkan benda di tempat sampah lebih bermakna bagi saya,” kata pria 40 tahun ini.
Sita Planasari Aquadini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo