Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rintik hujan membasahi jendela ketika sang gadis kecil memandang ke luar. Ia memandang sebuah dunia yang baru, dunia imajinasi yang berwarna "merah, kuning, jingga, dan ungu," hingga sang gadis ingin menyentuhkan "warnamu dalam gaunku."
Sang gadis kecil itu bernama Sherina. Tiba-tiba saja gadis berusia sembilan tahun itu menjadi kosakata baru di antara anak-anak Indonesia. Dan tiba-tiba saja, setelah anak-anak Indonesia dijejali berbagai musik tentang "tante yang cerewet" atau "mengobok air" dengan penyajian penyanyi cilik yang melenggak-lenggok menggerakkan pinggul, kesederhanaan Sherina menjadi sesuatu yang menarik dan eksotis.
Sherina tampil dalam album Andai Aku Besar Nanti dengan sembilan lagu ciptaan dan aransemen Elfa Seciora dan Addie M.S. Apa yang membedakan lagu-lagudan penampilanSherina dengan lagu anak-anak yang merajai perbendaharaan musik anak-anak kita?
Yang membuat anak-anak langsung "terbius" dengan lagu-lagu Sherina adalah penggarapannya yang serius. Dengan mengandalkan musik orkestra yang menggunakan string dan brass section, Elfa menunjukkan bahwa musik anakseperti musik dewasabukan cuma sekadar musik untuk "makhluk kecil" yang diciptakan secara serampangan. Dengarkanlah lagu Pelangiku, yang menggambarkan seorang anak yang sepi, di tengah rintik hujan, sedang membayangkan pelangi yang membisikkan "kisah yang lucu." Atau dengarkan pula lagu Kembali ke Sekolah, yang berirama kabaret, lagu Putri dalam Cermin dan Balon Udara, yang memasukkan unsur musik Cina, India, Timur Tengah, Prancis, dan Bali, yang juga memiliki sentuhan ilustrasi musik film, atau lagu Dua Balerina, yang mencoba mengambil warna aransemen dan musik semiklasik.
Harus diakui, setelah kita lelah mendengarkan berbagai musik (jika itu bisa disebut musik) anak-anak asal jadi dan melihat pertunjukan videoklip yang secara sewenang-wenang memperlihatkan anak sebagai tambang emas, penampilan kaset Sherina menjadi alternatif yang melegakan. Pada akhirnya, ada juga mereka yang bersedia menggarap musik anak secara serius.
Sherina, lahir di Bandung, 11 Juni sembilan tahun silam, adalah anak kedua dari pasangan Luki Ariani dan Triawan Munaf. Ayahnya pada 1970-an tergabung dalam kelompok Giant Step, band yang anggotanya antara lain Jelly Tobing. Sejak berusia lima tahun, menurut ayahnya, Sherina memang sudah tertarik menyanyi dan bermain musik, sehingga ia sudah ikut kursus vokal di sekolah vokal terkemuka Bina Vokalia asuhan Pranajaya. Selanjutnya, ia mengikuti kursus piano jazz dan vokal di Bina Seni Suara (BISS) di bawah asuhan Elfa Seciora. Hasilnya memang mengagumkan.
Meski Sherina sudah memenangi berbagai lomba nyanyi, publik baru mulai memperhatikan penampilannya saat ia berduet dengan Bob Tutupoly pada acara hari ulang tahun Ani Sumadi beberapa bulan silam. Karena itu, saat videoklip Kembali ke Sekolah dan Pelangiku karya Riri Riza dan Mira Lesmana mulai ditayangkan di televisi seiring dengan beredarnya kaset ituhampir setiap hari merepotkan penjual kaset karena laku kerasada sebuah fenomena yang menarik.
Ternyata anak-anak Indonesia juga gemar "makanan yang bermutu". Bermutu karena Elfa memang menggarap album ini dengan kesungguhan dan kedalaman. Elfa dan Triawan kebetulan sama-sama prihatin karena tak ada alternatif lain dari musik anak-anak yang kini beredar. Elfa menganggap lagu anak tidak harus selalu "sederhana dan kacangan". Konsep Elfa tentang lagu anak adalah mengambil harmoni dan ritme yang "universal": tema yang cerdas dan cerdik serta lirik yang edukatif dan bermakna. Elfa mementingkan tema dan musik yang "universal" agar lagu-lagu Sherina tidak hanya dinikmati oleh anak-anak, tapi juga oleh seluruh keluarga. "Inginnya sebagai bentuk library keluarga," demikian ujar Elfa.
Apa yang dicita-citakan Elfa dengan orkestra pimpinannya itu tampaknya tercapai. Selain kaset Sherina laris manis sebanyak 30 ribu keping hanya dalam waktu empat minggu, tampaknya seluruh keluarga bisa menikmati lagu-lagu yang didendangkan si kecil ini. "Para ibu menitikkan air mata haru mendengar lagu Andai Aku Besar Nanti," tutur Triawan, sang ayah, yang bangga. Bahkan, ada beberapa ayah yang mengaku ikut berdansa dengan anaknya sembari mendengarkan lagu Balon Udara.
Tapi apakah itu berarti lagu-lagu ciptaan Elfa yang dinyanyikan Sherina memang lagu anak-anak yang bermutu?
"Melodi lagu Sherina terlalu berat untuk anak- anak," demikian komentar Bu Kasur. Toh, "Ibu dari anak-anak Indonesia" yang bersama Pak Kasur menciptakan lagu anak klasik Satu-Satu Aku Sayang Ibu itu mengakui kekagumannya kepada Elfa dan Addie M.S. yang menggunakan orkestra untuk musik anak-anak.
Menurut sang ayah, untuk persembahan bagi A.T. Mahmud, komponis anak-anak yang setia p ada lagu anak, album kedua Sherina akan diisi dengan beberapa lagu ciptaan komponis terkemuka itu. "Kami sedang menyeleksi beberapa lagu A.T. Mahmud yang sudah klasik dan abadi di telinga anak-anak," tutur Triawan. Untuk keperluan produksi ini, sang ayah mengeluarkan uang dari koceknya sendiri hingga ke promosinya, yang melibatkan pemasangan papan iklan kaset Sherina di Jalan Sudirman. Sayang, Triawan sungkan menyebut angka yang dikorek dari koceknya itu.
Bagaimana tanggapan Sherina dengan hiruk-pikuk ini?
Seperti halnya anak Jakarta, Sherinaberdomisili di Bintaromenanggapi suksesnya dengan setengah acuh, santai, dan tetap menjalani kehidupannya sebagai anak metropolitan tanpa pretensi: naik sepeda, makan di restoran di mal, mende-ngarkan musik Lea Salonga dan Celine Dion, les balet, les piano, les berenang, menyanyi, mengaji, les ini-itu, sembari tetap mempertahankan peringkat pertamanya di kelas 3 di SD Harapan Ibu. Sang juara yang menganggap "angka tujuh itu jelek" ini punya jawaban tegas ketika ditanya cita-citanya: bukan dokter, bukan insinyur, dan yang jelas bukan presiden. Dia tahu jalurnya dan dia tahu bakatnya: penyanyi.
Leila S. Chudori dan Mustafa Ismail
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo