Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kebudayaan terdapat dalam tema debat capres, Ahad, 4 Februari 2024. Komisi Pemilihan Umum atau KPU menetapkan topik debat mengenai Kesejahteraan Sosial, Kebudayaan, Pendidikan, Teknologi Informasi, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sumber Daya Manusia dan juga Inklusi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa budayawan, sastrawan dan pekerja seni menyampaikan harapannya terhadap debat capres yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), dan akan disiarkan televisi nasional mulai pukul 19.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penerima penghargaan National Writer's Award SATUPENA 2021 Akmal Nasery Basral Akmal menyampaikan harapannya.
“Harapan saya, ketiga paslon punya strategi kebudayaan yang mampu mensinergikan keunggulan puncak-puncak budaya Indonesia dengan arus deras budaya dunia, tanpa membuatnya menjadi dikotomi yang saling menegasikan,” kata penulis beberapa novel ini saat dihubungi Tempo.co, Rabu, 28 Januari 2024.
Menurut penerima Anugerah Sastra Andalas 2022 untuk kategori budayawan dan sastrawan nasional ini, bonus demografi Indonesia saat ini yang ditandai dengan semakin banyaknya Gen Y dan Gen Z membuat identitas nasional mengalami tantangan jauh lebih berat dibandingkan yang pernah dihadapi generasi-generasi sebelumnya.
Khusus mengenai tema kebudayaan, KH D Zawawi Imron sastrawan dan budayawan mengharapkan adanya pembahasan mengenai adanya Kementerian Kebudayaan yang mandiri.
“Perlunya Kementerian Kebudayaan yang tidak membonceng pada Kementerian Pendidikan,” katanya saat dihubungi Tempo.co, pada Kamis, 1 Februari 2024.
Sastrawan Yanusa Nugroho mengingkan debat capres itu mengangkat kebudayaan lebih luas lagi. “Aku berharap ada yang mengangkat 'pendidikan bangsa'. Karena kebudayaan itu identik dengan pendidikan, terutama intelegensi dan spiritualitas. Semoga,” kata dia.
Adakah harapan lainnya? Yanusa tertawa. “Sudah, ah.. yang itu saja belum tentu ada. Nanti kebanyakan berharap, malah banyak kecewa,” ujar penggagas konsep pertunjukan wayang kulit televisi Kalasena bersama Ki Manteb Soedharsono yang diangkat ke layar lebar dan diputar di Glassgos University, Skotlandia.
Penyair Willy Ana menginginkan debat capres itu memberikan sebuah gambaran utuh bagaimana merawat dan mengembangkan kebudayaan. Apa yang akan dilakukan capres jika nanti terpilih untuk memajukan kebudayaan. Baik dari sisi kebijakan, anggaran, maupun penguatan sumber daya manusia.
“Keaneragaman dan kebhinekaan kebudayaan Indonesia membutuhkan kepedulian lebih konkret. Tidak sekadar seremonial atau upacara. Perlu dukungan yang lebih kuat bagi pelestarian dan pengembangan kebudayaan,” kata dia kepada Tempo.co, Rabu, 28 Januari 2024.
“Pemerintah juga perlu lebih mempermudah akses terhadap anggaran atau dana untuk kebudayaan,” katanya, menegaskan.
Begitu pula bagi para pelaku budaya, menurut Willy Ana, perlu perhatian yang lebih konkret dan apresiasi yang cukup. “Karya-karya para pelaku kebudayaan perlu dihargai layak agar para pelaku budaya bisa hidup dari karyanya,” ujarnya.
Sementara, penari Rury Nostalgia menjawab singkat. “Siapapun presidennya, semoga kebudayaan makin diperhatikan,” kata pimpinan Sanggar Padnecwara kepada Tempo, Kamis, 1 Februari 2024. “Kebudayaan itu lebih kepada kehidupan berbudaya,” ujarnya, saat dihubungi Tempo.
Pilihan Editor: Debat Capres Tema Kebudayaan, Budayawan Zawawi Imron: Kementerian Kebudayaan Tidak Bonceng Kementerian Lainnya