Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Di Usia yang Penuh Tanya

Thirteen menggambarkan sebuah fase yang paling sulit bagi perempuan yang baru saja tumbuh. Holly Hunter mendapat nominasi aktris pembantu terbaik Academy Awards tahun ini.

3 Mei 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THIRTEEN
Sutradara: Catherine Hardwicke
Skenario: Catherine Hardwicke dan Nikkie Reed
Pemain: Evan Rachel Wood, Nikkie Reed, Holly Hunter
Produksi: Fox Searchlight Pictures

DI sebuah sekolah menengah di pinggir Virginia, Tracy Freeland (Evan Rachel Wood) adalah seorang gadis teladan yang mengarungi hidup remaja yang bersahaja. Dia gadis manis berusia 13 tahun, hidup bersama ibu dan adik lelakinya tanpa ayah (orang tuanya sudah bercerai dan sang ayah sering "lupa" mengirim uang santunan). Tracy selalu berhasil mendapat nilai A dalam semua mata pelajaran di sekolahnya, berbakat menulis puisi. Dia gadis yang banyak kawan, tetapi seperti juga teman-temannya satu sekolah, mata Tracy tetap tertuju pada satu sosok yang menggetarkan: Evie Zamora (Nikkie Reed).

Evie adalah gadis populer di sekolahnya yang membekap napas para lelaki—yang jakunnya baru tumbuh—bukan hanya karena dia berani mengenakan kaus ketat dan celana jins yang memperlihatkan alur tubuhnya, tetapi juga dia menjejalkan definisi cool (alias keren): mencoba segala macam yang menjengkelkan orang tua (menindik pusar dan lidah), tidak mengenakan celana dalam, bolos sekolah, hingga hal-hal yang destruktif: seks bebas, mencuri, dan narkotik. Maka, selanjutnya, film ini menggambarkan sebuah neraka.

Dibuat dengan kamera gaya MTV—penuh gerak, minim penyuntingan—untuk 30 menit pertama, kita segera mengharap ini semua hanyalah mimpi buruk; sebuah fiksi, sebuah horor gaya Hollywood. Tetapi, segala sesuatu yang begitu kejam, kasar, dan buruk selalu merupakan adopsi dari kisah nyata. Nikkie Reed, pemeran Evie Zamora, yang ikut menulis skenario film ini, dalam hidup nyata adalah Tracy, si gadis baik yang berubah menjadi gadis liar tanpa arah.

Usia 13 tahun memang tak selalu harus dihadapi dengan neraka seperti yang digambarkan dalam film ini. Tetapi memang ini usia kritis bagi perempuan dan lelaki yang menginjak pubertas: pertumbuhan payudara, menstruasi, dan lonjakan hormon yang kemudian menggapai-gapai kepada berbagai eksperimen hidup yang ternyata terlihat menjadi lebih luas dan ruwet bagi anak-anak remaja (di Indonesia, dikenal dengan istilah ABG, anak baru gede).

Evan Rachel Wood memerankan Tracy dengan cemerlang. Dia adalah prototipe anak-anak usia 13 tahun di dunia mana pun yang mengalami peer pressure (alias tuntutan geng), yang mengalami sebuah metamorfosis hanya dalam sekejap berkat "persahabatannya" dengan Evie: dari Tracy sang juara kelas teladan menjadi Tracy yang cool, keren, tetapi pemadat, pencuri, dan gemar melukai tubuhnya sendiri.

Namun adalah Holly Hunter—sebagai Melanie Freeland—yang menjadi ratu di atas panggung drama yang tragis ini. Dia seorang ibu yang mencintai putrinya seperti ibu mana pun: mencintai dengan segenap tenaga, hingga tak menyadari anaknya dan Evie sudah memanipulasi kasih sayangnya. Sebagai ibu yang tengah berjuang melawan masa lalu percintaannya dengan alkohol, ia mencari sesuap nasi dengan "membangun" salon di tengah dapurnya, sementara para tetangganya menganggap rumahnya sebagai kawasan tempat berlindung dan menikmati makan siangnya seenak perutnya. Dalam situasi finansial yang gelagapan seperti itu, Melanie toh memberanikan diri berhubungan dengan Brady (Jeremy Sisto), sesama mantan alkoholik yang sesekali masih terjerumus dalam pot kokain. Kegilaan rumah ini ditumpuk dengan absennya sosok ayah bagi Tracy dan adiknya. Maka lengkaplah "alasan" ba-gi Tracy untuk menemukan Evie sebagai tempatnya berkubang.

Film ini sangat penting bukan karena ceritanya diangkat dari kisah nyata. Film ini adalah hidup kita yang nyata. Film ini sebuah dokumen penting. Dengan menyaksikan film ini, kita memahami inilah sebuah tahap pertumbuhan anak yang paling kritis, penuh tanya, penuh keingintahuan, dan membutuhkan kedua orang tuanya.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus