Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Disney Berdongeng Lagi

Sebuah gebrakan teknologi dari Studio Digital Disney yang menghasilkan visualisasi yang dahsyat. Sayang, tema cerita agak klise.

9 Juli 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dinosaur
Sutradara :Ralph Zondag dan Eric Leighton
Pengisi Suara:D.B. Sweeney, Julianna Margulies, Joan Plowright
Produksi:Disney Production

DI ujung masa purba, 65 juta tahun silam, sebuah meteor datang melesat. Bum! Ribuan pasang mata memandang sebelum bumi bergetar. Itulah sebuah awal dari kebinasaan generasi terakhir para dinosaurus di abadnya.

Aladar (pengisi suaranya D.B. Sweeney), seekor iguanodon yang dibesarkan oleh keluarga lemur, dan rekan-rekannya yang hanya terdiri atas rombongan lemur itu terpaksa meninggalkan pulaunya untuk bergabung dengan rombongan dinosaurus lainnya. Akibat ledakan meteor itu, format bumi berubah. Mereka harus mencari tempat tinggal baru yang lebih subur.

Perjalanan panjang melalui padang pasir yang tak berkesudahan itulah yang menjadi sebuah rangkaian pendidikan bagi penonton anak-anak. Di bagian itu, Disney mendongeng dan mengajarkan nilai persahabatan, gotong-royong, dan kasih sayang.

Kron, sang pemimpin, cenderung berjiwa Darwinian, yang menganggap yang terkuat adalah yang bisa bertahan, sementara Bayleen, branchisaur yang tua renta (dengan pengisi suara Joan Plowright), dan Eema, styracosaur yang juga sudah renta (pengisi suaranya Della Reese), adalah sesepuh yang tak perlu dibantu karena para carnatour pemakan daging yang ganas itu sudah berada di belakang rombongan. Adalah Aladar yang menentang sikap egoistis seperti itu. Dengan penuh kasih dan penuh pertolongan, dengan bantuan Neera (pengisi suaranya Julianna Margulies), para sesepuh itu dibantu untuk mengikuti rombongan.

Film produksi Disney kali ini memang tidak istimewa dalam tema. Pertama-tama, kisah dinosaurus sudah dimulai oleh Steven Spielberg melalui serial kartun Land Before Time, yang memiliki tema yang mirip, yakni para dinosaurus yang kehilangan "rumah" dan perjalanannya mencari tempat tinggal baru. Kemudian, Spielberg kembali membuat gebrakan fenomenal dengan film Jurassic Park dan The Lost World, yang menghadirkan para dinosaurus "di dunia modern".

Proyek film Dinosaur produksi Disney sebetulnya sudah dimulai 12 tahun silam, sebelum Jurassic Park memulai trend dinosaurus di dunia sinema. Yang baru dalam film ini, antara lain, penggabungan animasi komputer (untuk penghidupan karakter dinosaurus) dan alam yang hidup (untuk lanskap, pemandangan latar belakang). Dibutuhkan waktu satu setengah tahun bagi para kru film ini untuk mengambil shot pemandangan di Australia, Yordania, Venezuela, Samoa Barat, dan Hawaii. Hasilnya memang sebuah visualisasi yang cemerlang.

Rombongan dinosaurus dalam ragam bentuk yang berbondong-bondong menyeberangi padang pasir itu tampak sebagai sebuah gambar nyata; dan begitu mereka memasuki "dunia baru" yang hijau bak surgawi, mata penonton tak bisa lagi membedakan antara gambar nyata dan animasi komputer. Semuanya tampak indah, nyata di dunia yang purba.

Film yang menjadi produk pertama dari Studio Digital Disney ini menghabiskan dana US$ 200 juta dan belum diketahui apakah akan meraup untung seperti film-film produk Disney sebelumnya. Yang jelas, di Indonesia, film Dinosaur kalah pamor dari Petualangan Sherina. Dan penonton yang akhirnya toh menyaksikan film ini adalah mereka yang kehabisan tiket film Petualangan Sherina.

Seandainya tema yang digunakan bukan sebuah pengulangan—misalnya Aladar yang dibesarkan oleh keluarga monyet itu sungguh mengingatkan pada cerita Tarzan; juga pertemuan Aladar dan Neera terlalu mirip kisah Simba dalam The Lion King—mungkin film ini bukan sekadar menggebrak dalam bidang teknologi. Tapi, untuk mengisi liburan anak-anak yang panjang, tentu saja film ini tetap layak menjadi alternatif.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus